Senju Tobirama

Hah... hampir tiga minggu aku tidak menghirup udara segar dari desa yang kucintai, tidak menginjak tanah Konoha, itu semua karena ada urusan diplomasi dengan desa Kumogakure. Setelah ini aku akan minta libur panjang pada Hokage. Ia sama sekali tidak tahu berhadapan dengan Raikage dan si kembar yang aneh itu sangat menakutkan. Memang kalimat yang sangat tidak pantas dikeluarkan oleh kunoichi hebat sepertiku, tapi si kembar itu benar-benar membuat bulu kudukku meremang dan sanggup membuatku berdiri dengan jarak setidaknya sepuluh meter dari mereka.

Tanpa banyak pikir lagi, aku segera melesat ke kantor Hokage dengan kecepatan luar biasa hasil latihan bersama dengan Hokage itu sendiri. Aku mengetuk pintu dan masuk saat sudah diberi izin. Sosok berambut putih, bermata merah dan berwajah tegas menyambutku dengan tatapan super dingin.

"Bagaimana dengan misimu, Y/N?" tanyanya tanpa basa-basi.

Aku mendengus pelan, sudah terbiasa dengan sikapnya. "Berjalan dengan baik. Kumogakure setuju untuk berdamai dengan kita, tapi menurutku tidak akan bertahan lama mengingat semua desa sangat rentan terhadap hasutan apapun yang mengajak perang."

"Lalu, ada informasi menarik yang kau dapatkan di sana?" kali ini ia fokus dengan dokumen penting yang berada di mejanya dan tidak menatapku.

"Kinkaku dan Ginkaku. Shinobi yang memiliki senjata Rikudou-sennin dan sedikit chakra Kyuubi di tubuhnya. Kembar yang suka bicara dengan menyebut nama satu sama lain. kau harus berhati-hati saat bertemu mereka." jawabku sambil mengingat-ingat kemampuan si kembar selama aku berada di sana.

Tobirama mengangguk singkat. "Baiklah, kau boleh pergi dan istirahat untuk dua hari sebelum aku memberimu misi lagi."

Lagi-lagi aku mendengus, lalu membungkuk singkat. Batal sudah niatku untuk meminta libur panjang. Tepat saat aku menyentuh knop pintu, Tobirama memanggil namaku, membuatku berbalik untuk melihat senyum tipisnya.

"Kerja bagus, Y/N."

Aku membalas senyumannya, lalu keluar dengan perasaan kesal. Hampir tiga minggu ia tidak melihatku berkeliaran di desa atau di kantornya, tapi kata-kata yang ia ucapkan hanya 'kerja bagus, Y/N?' yang benar saja. Gadis mana yang senang dengan perlakuan kelewat dingin begitu? Ternyata risiko menjadi kekasih seorang Hokage yang dingin seperti Tobirama memang sangat besar. Aku sudah menyusun beberapa rencana untuk membalas sikap dinginnya padaku, toh besok adalah hari liburku.
***
Pagi-pagi sekali, aku sudah berada di kantor Hokage untuk mengambil semua dokumen yang akan Tobirama baca hari ini, lalu menyembunyikannya di tempat yang sangat rahasia. Aku tahu ia selalu datang sebelum fajar, jadi sebelum ia datang aku sudah duduk di kursinya dengan tangan terlipat di depan dada.

Baru beberapa menit duduk, Tobirama sudah berada di depan pintu dengan raut wajah datar, tidak terlihat kaget melihatku di kantornya.

"Apa yang kau lakukan di sini, Y/N?" tanya Tobirama. Langkahnya yang besar membawanya ke hadapanku dalam waktu dua detik. Ia ikut melipat tangannya di depan dada dengan nada menginterogasi.

"Membuatmu menemaniku hari ini, tentu saja," balasku.

Katakan kalau aku adalah kekasih yang egois, gadis pemaksa atau warga desa yang sangat buruk, tapi aku tidak peduli. Biar saja, sifat seperti itu sudah mendarah daging padaku. Lagipula, Tobirama juga harus santai walaupun hanya sebentar. Menjadi Hokage memiliki beban yang berat dan sangatlah tidak mudah.

"Aku punya banyak pekerjaan, kalau ingin main-main dengan orang lain saja, jangan denganku," katanya ketus.

Aku mendengus pelan, lalu menatapnya tidak kalah tajam. "Baiklah, kalau itu maumu. Aku akan mencari Hiruzen atau Danzo saja, mereka pasti mau menemaniku. Tidak seperti seseorang yang sangat sibuk."

Aku bangkit dari kursi dan berjalan ke arah pintu. Tiba-tiba saja Tobirama sudah menghadangku dengan tubuhnya yang besar. Ia menatapku dengan tatapan kesal dan tidak suka yang kubalas dengan tatapan menantang. Walaupun tinggiku hanya sampai bahunya, sama sekali tidak membuatku gentar. Kami bertatapan selama beberapa menit sampai suara kicauan burung terdengar dan akan membangunkan banyak orang.

Pada akhirnya, Tobirama menghela nafas panjang, kedua tangan yang terlipat kembali ke sisi tubuhnya, sementara senyum penuh kemenangan terpatri di wajahku.

"Baiklah, aku akan bersamamu setelah semua pekerjaanku selesai. Sekrang mana dokumenku, Y/N?" Tobirama melirik mejanya yang berada di belakangku. Ia langsung menyadari kalau kertas yang biasanya bertumpuk sekarang menghilang tanpa jejak.

Aku menggeleng. "Tidak bisa. Hari ini kau harus libur, Tobirama dan dokumen itu sudah kusembunyikan di tempat yang sangat rahasia."

"Y/N." Tobirama mengucapkan namaku dengan nada mengancam.

"Tidak bisa," kataku tegas. "Apa kau tahu membaca dokumen yang sangat penting itu bisa membuatmu menua lebih cepat? Ditambah lagi kau itu sangat jarang tersenyum, membuatmu terlihat seperti kakek-kakek yang kehilangan cucunya tahu."

Senyumku melebar saat Tobirama melewatiku dan duduk di kursinya. Ia menatapku dengan isyarat agar aku mendekat. Tangannya menggenggam tanganku erat, matanya menatapku seakan mencari sesuatu di sana. Ia menampakkan senyum tipisnya yang jarang di perlihatkan.

"Baiklah, apa yang ingin kau lakukan sekarang?" tanya Tobirama.

"Entahlah, kurasa hanya diam di sini juga tidak apa. Aku tidak ingin kau meninggalkan kantor Hokage kalau-kalau ada kejadian darurat dan desa membutuhkanmu," balasku. Aku bergerak tanpa sadar saat Tobirama menarik tanganku dan duduk di pangkuannya.

Ia mengangkat sebelah alisnya. "Kau perhatian sekali."

"Tentu saja. Memangnya aku seperti dirimu yang sangat cuek?" dengusku padanya.

"Jadi kau marah karena kemarin aku tidak mengucapkan apapun padamu, eh?" tanya Tobirama. Ia terkekeh samar dan mengeratkan pelukannya pada pinggangku saat aku menatapnya kesal, pertanda kalau ucapannya memang benar.

Aku hanya bungkam dan menaruh kepalaku di bahunya sambil memejamkan mata. Bisa kurasakan kepalanya bersandar di kepalaku, hembusan nafasnya menyapu wajahku dan saat ia mencium kelopak mataku, nafasku serasa terhenti. Hampir saja aku terkekeh saat menyadari perlakuannya adalah caranya untuk meminta maaf padaku. Saat aku membuka mata, Tobirama sudah lebih dulu menatapku dengan tatapan yang lebih lembut dari biasanya.

Semuanya sudah seperti yang kubayangkan selama ini. ralat, hampir sempurna karena tiba-tiba seseorang masuk sambil meneriakkan titel Tobirama dan orang itu adalah Danzo dan Hiruzen.

Buru-buru aku bangkit dari pangkuannya dan berdiri di sampingnya, tapi mereka berdua sudah terlihat malu karena melihat kami barusan. Terlihat dari wajah mereka yang memerah samar. Untungnya, Tobirama langsung bertanya tentang tujuan mereka kemari.

"Tidak apa-apa, Nidaime-sama. Kami hanya ingin menunjukkan jurus kami yang baru padamu. Maaf kalau kami mengganggu," ucap keduanya hampir bersamaan. Mereka langsung pergi setelah mendapat anggukan dari Tobirama.

Kami terdiam, tidak tahu akan membicarakan apa, sampai Tobirama bertanya sesuatu. "Hey, Y/N. Kau sembunyikan dimana dokumenku."

"Di bawah tempat tidur kita," jawabku. Kalau saja aku tidak mengenal Tobirama aku akan berkata kalau ia sedang menahan tawa sekarang.

"Kau bilang tempat yang sangat rahasia itu adalah di bawah tempat tidur kita? Astaga.. Y/N."

"Biar saja," kataku sambil memalingkan wajah.

"Y/N?"

"Hm?"

"Aku merindukanmu."

Untuk annisanovianti10

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top