Sasusaku *Modern*
Sakura menghela nafas bosan. Di sekelilingnya, Ino, Hinata, Tenten dan Temari sedang membicarakan liburan musim panas mereka. Hinata yang diajak kencan penuh ramen dengan Naruto, Temari pergi ke gunung yang terus diselingi kata 'merepotkan' dari Shikamaru, Ino yang pergi ke pantai dengan ribuan gombalan dari Sai, dan Tenten yang diajak pergi ke luar kota oleh Neji. Sedangkan dirinya? Tidak ada peristiwa romantis karena Sasuke tidak suka pergi ke tempat ramai. Menyebalkan sekali, kan?
"Bagaimana denganmu, Sakura?" tanya Ino.
"Bagaimana apanya?" sahut Sakura sebal.
"Liburan musim panasmu dengan Sasuke. Memangnya apa lagi!?" tukas Tenten yang gemas dengan tingkah sahabatnya.
"Tidak ada," balas Sakura bete. "Kalian tahu sendiri kalau Sasuke-kun tidak suka dengan tempat ramai dan semua tempat yang kalian ceritakan barusan termasuk dalam kategori tempat yang sangat ramai."
"Malang sekali nasibmu," kata Ino sambil menyeruput milkshakenya. "Bahkan Neji yang sebelas-dua belas dengan Sasuke saja masih bisa mengajak Tenten ke luar kota."
Sakura mendecih sebal membenarkan kata-kata Ino dalam hati. Seluruh Konoha bahkan mungkin seluruh dunia pun tahu kalau Uchiha Sasuke adalah pemuda paling dingin, cuek dan ketus yang pernah di ciptakan di muka bumi ini. Ia tidak habis pikir apa yang membuatnya menyukai pangeran Uchiha itu.
***
Sakura menaruh segelas jus tomat dan onigiri dengan banyak hiasan tomat ceri di sekelilingnya. Siang ini Sasuke mampir ke rumahnya, ia bilang sedang bosan terus-terusan berada di rumah. Mengingat kekasih emonya memiliki rasa suka yang sangat berlebihan pada tomat, mau tidak mau ia harus selalu menyimpan cadangan tomat di kulkasnya.
"Setidaknya ucapkan terima kasih, Sasuke-kun," ucap Sakura saat Sasuke langsung menyambar gelas yang berisi jus tomat buatannya tanpa mengucapkan apapun.
"Untuk apa?" tanya Sasuke tanpa mengalihkan perhatiannya dari kebun belakang rumah Sakura yang berisi begitu banyak tanaman.
"Karena sudah membuatkanmu berbagai hidangan dari berbagai macam tomat, tentu saja," jawab Sakura.
"Hn."
Sakura mendecak pelan mendengar jawaban khas dan favorit kekasihnya, lalu kembali ke dalam rumah untuk mengambil susu cokelat yang ia buat bersamaan dengan jus tomat. Saat kembali, Sasuke mengisyaratkan agar Sakura duduk di paha kirinya tanpa suara, lengan kirinya langsung melingkari pinggang Sakura begitu ia mendudukan dirinya di pangkuan Sasuke, sementara tangan kanannya memegang gelas yang berisi jus.
"Kau tahu, Sasuke-kun?" pancing Sakura. "Kemarin Ino bercerita kalau Sai mengajaknya ke pantai, Neji mengajak Tenten keluar kota, Naruto mengajak Hinata makan ramen, bahkan Shikamaru mengajak Temari pergi ke gunung."
Sakura melirik Sasuke, ingin tahu reaksi kekasihnya. Ia ingin agar Sasuke sadar kalau hanya ia saja yang tidak mengajaknya liburan kemana pun. Hasilnya? Nihil. Sasuke sama sekali tidak bereaksi, kekasihnya tetap mengunyah onigiri dengan tomat.
Sejujurnya, Sakura tahu kalau Sasuke mencintainya, walaupun hanya mengatakannya sekali pada saat ia meminta Sakura untuk menjadi kekasihnya, tapi rasa iri membawanya lupa dengan semua itu. Ia iri dengan teman-temannya yang selalu bisa mendapatkan sikap lembut dari kekasih mereka masing-masing, ia iri saat teman-temannya bercerita tentang perlakuan manis dan romantis yang mereka dapatkan dari kekasih mereka, tapi dengan Sasuke? Boro-boro berlibur ke suatu tempat, mengucapkan terima kasih saja ogah.
"Kau iri?" tanya Sasuke dengan sebelah alis terangkat samar. Kali ini mulutnya sibuk dengan jus tomat.
"Tidak."
"Hn. Kau iri," putus Sasuke sepihak.
Sakura memalingkan wajahnya. "Terserah kau sajalah."
Tanpa Sakura tahu, Sasuke tersenyum tipis melihat sikapnya, kedua lengannya menahan Sakura agar tidak bangkit dari pangkuannya, ia sudah nyaman dengan keberadaan Sakura sekarang. Ia membalas tatapan geram Sakura dengan tatapan datar andalan miliknya yang sanggup membuat orang lain merasa kesal. Melihat Sakura yang masih belum selesai dengan acara ngambeknya, Sasuke mendecih pelan.
"Tahun lalu kita sudah pergi ke pantai dan berakhir buruk karena kakimu tercapit kepiting. Kau juga berkata tidak ingin kembali ke pantai lagi karena kejadian itu. Saat musim gugur, kita sudah pergi ke hutan yang ada gunung tempat vilaku dan kau tersesat," kata Sasuke setengah menyeringai, sementara wajah Sakura langsung merah padam mendengar penjelasan Sasuke. "Kita tidak keluar kota karena kau sudah bilang ingin menabung untuk membeli novel yang kau inginkan."
"Kau ingat?" tanya Sakura tidak percaya. Selain itu, ia juga masih terperangah karena seorang Uchiha Sasuke bisa mengucapkan kalimat panjang dalam satu tarikan nafas. Benar-benar kejadian yang langka.
Sasuke hanya mengangguk, kembali enggan mengucapkan kalimat panjang. Sakura langsung memeluk leher Sasuke yang masih belum melepaskan pinggangnya. Ia menenggelamkan wajahnya di bahu Sakura, aroma stroberi langsung tercium oleh indra penciumannya tanpa bisa di tahan.
"Tapi, apa kau tidak bosan berada di rumahku atau di rumahmu saja selama musim panas ini?" tanya Sakura tanpa melepaskan pelukannya.
"Tidak," geleng Sasuke. "Tidak mungkin aku merasa bosan kalau kau terus berada di sampingku." Sakura mendesah kecewa. "Tapi aku tidak bisa selalu berada di sampingmu, kan?"
Sasuke menyeringai. Seringaian yang selalu muncul saat Sasuke sudah memutuskan sesuatu dan mantap dengan keputusannya. Seringaian yang tampak saat Sasuke memintanya untuk menjadi kekasihnya. Seringai yang sanggup membuatnya berhenti bernafas selama beberapa detik.
"Kalau begitu jadilah Uchiha Sakura dan tetaplah bersamaku."
"Apa!?"
Untuk sementara ini Sasuke melupakan tomat yang berada di sampingnya dan berfokus pada Sakura yang memerah sampai ke telinga.
Untuk @rsyafa_11
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top