Sabaku no Gaara *Modern*

Saat masih kecil, hanya ada satu anak perempuan yang berani mendekati dirinya. Anak perempuan itu tidak sungkan mengajaknya bermain dan membeli es krim bersama. Tentu saja hal ini sangat mengherankan karena imej yang dibangun oleh keluarganya tidak terlepas dari kata 'sangar' dan 'anti-sosial'. Hampir tidak ada anak kecil yang sebaya dengannya mau dengan sukarela berteman. Boro-boro berteman, menegur saja enggan.

Namun, entah bagaimana gadis itu tidak takut padanya. Anak perempuan yang menyapanya dengan senyum lebar. Gadis kecil bernama Y/N.

Selamat siang. Apa aku boleh bermain denganmu? Aku tidak bisa membuat istana pasir sendirian, mau membantuku?

Walaupun menjadi anak bungsu dari ketiga saudara, ia hampir tidak pernah menerima perlakuan khusus atau dimanja. Ayahnya bersikap tegas tanpa pandang bulu, bahkan didikan keras ayahnya membawa Temari menjadi sosok gadis yang tegar. Hanya Yashamaru yang sesekali memanjakannya juga kedua kakaknya saat ayah mereka pergi dinas. Karena itu, ia terkejut dengan sifat Y/N yang periang cenderung ceroboh, ekspresif juga manja.

Jangan salah sangka, ia tidak berpikir bahwa manja adalah sifat yang jelek. Tidak sama sekali. Lagipula, Y/N bisa menunjukkan sifat mandiri dan mampu menjaga dirinya sendiri. Hanya saja, setelah mengetahui bagaimana gadis itu dibesarkan tanpa keberadaan orangtua, ia beropini bahwa Y/N hanya tidak ingin ditinggal sendirian.

Perasaan yang sangat ia pahami.

Pertemanan antara bocah telah berkembang menjadi romansa di antara dua remaja. Entah sejak kapan ia menyadari bahwa hidupnya tak terasa lengkap saat Y/N tidak berada di sisinya. Entah bagaimana, ia merasa harinya tidak berjalan baik saat ia tidak bertemu dengan gadis itu. Setelah fakta ini berseliweran di benaknya, ia tahu bahwa ia menyayangi gadis itu lebih dari seorang sahabat.

Aku juga. Tidak melihat Gaara sehari saja rasanya sudah rindu sekali. Kalau tidak mendengar suaramu, sepertinya hariku tidak lengkap. Apa mungkin aku juga jatuh cinta padamu?

Ia harus berusaha sekuat tenaga untuk tidak tersenyum lebar saat mendengar balasan Y/N kala ia mengungkapkan apa yang ia rasakan. Sebagai respon dari balasan Y/N, ia memeluk gadis itu erat seraya mengucap syukur dalam hati. Apalagi yang lebih membahagiakan selain merengkuh gadis yang ia cintai?

Kejadian itu sudah berlangsung lama sekali, mungkin sudah lima tahun sejak hari itu. Tidak ada satu hari pun ia lalui tanpa melihat satu sama lain. Selama di sekolah menengah atas, mereka satu kelas hingga sering sekali mengerjakan tugas bersama. Ketika berada diperguruan tinggi, walaupun berbeda jurusan—jurusannya adalah geologi sementara Y/N mengambil sastra, Gaara masih berusaha menyempatkan waktu untuk berangkat dan pulang bersama.

Singkatnya, mereka hampir tidak pernah berpisah lebih dari satu hari. Dan fakta inilah yang menjadi penyebabnya dilema beberapa hari terakhir.

Ia harus pergi keluar kota untuk melakukan penelitian bersama dengan timnya. Selama satu bulan. Sialnya, ia juga baru diberitahu dua hari yang lalu oleh dosen pembimbingnya sementara ia harus berangkat lusa. Seharusnya ia sudah mulai mengepak barang-barang yang akan dibawah, tapi di sinilah ia, berusaha menenangkan gadisnya yang tengah merajuk.

"Y/N?" pandangannya terpaku pada gadis yang tengah duduk berseberangan dengannya.

Masih tidak ada balasan. Sudah seperti ini sejak satu jam yang lalu. Setelah ia memberitahu bahwa penelitiannya kali ini memakan waktu lama dan berada di luar kota, Y/N langsung mencebik dan duduk memunggunginya.

"Kau masih marah?" tanya Gaara berhati-hati.

"Menurutmu?"

Masih marah ternyata, batinnya dalam hati.

Yah ... Gaara tidak menyalahkannya, kalau ia berada di posisi Y/N sekarang mungkin ia juga akan marah dan kesal. Pemberitahuan yang mendadak, juga bayangan tentang sulitnya berkomunikasi tentu saja membuat gadis itu gelisah. Ia juga merasakannya. Namun, bukan itu yang ia inginkan sekarang. Mereka hanya punya dua hari untuk melepas rindu sebelum terpisah jarak, yang ia inginkan adalah menghabiskan waktu bersama.

"Masih tidak mau bicara padaku?" tanya Gaara lagi. Seperti sebelumnya, Y/N bungkam. "Kalau begitu, aku pergi dulu."

Belum ada tiga langkah Gaara beranjak, tangan kecil yang familiar memegang lengannya. Gaara menahan senyumnya seraya berbalik, beradu tatap dengan Y/N yang kini menggembungkan pipi kesal.

"Aku kan tidak menyuruhmu pergi," gumam Y/N pelan. Ia menarik lengan Gaara, memastikan bahwa pria itu tidak akan pergi kemana-mana.

"Keberadaanku di sini hanya akan membuatmu kesal, kan?" tanya Gaara menyunggingkan senyum tipis. "Bukankah lebih baik aku pulang saja?"

Y/N menggeleng keras. Ia memeluk lengan Gaara posesif seolah ada tangan tak terlihat yang akan menariknya menjauh. Gaara mendengus geli dengan sikap Y/N yang masih belum berubah sejak berumur lima tahun.

"Aku kesal," kata Y/N. "Kenapa baru memberitahuku kalau lusa kau akan pergi? Sampai sebulan pula. Jahat sekali memberitahuku mendadak seperti ini. Aku belum siap mental untuk berjauhan denganmu."

Menggemaskan adalah kata yang paling cocok untuk menggambarkan sikap Y/N saat ini. Gaara mendudukkan diri di samping Y/N, merelakan lengan kanannya menjadi sandera Y/N untuk sementara waktu.

"Aku juga baru tahu informasinya, Y/N. Maaf karena terkesan mendadak," gumam Gaara seraya menepuk pelan kepala Y/N.

"Jahat sekali," balas Y/N dengan lirih. "Kalau kau pergi siapa yang akan mengantarku di kampus? Siapa yang nanti mengingatkanku untuk makan? Siapa yang akan menemaniku mengerjakan tugas? Bagaimana nanti kalau aku merindukanmu? Bagaimana kalau aku ingin melihatmu atau memelukmu?"

Gaara menghela napas panjang. Momennya memang tidak tepat, tapi baginya Y/N sangat manis jika bersikap seperti ini. Sayangnya, kebiasaan Y/N yang tidak bisa ditinggal sendiri hanya memberatkan hatinya untuk pergi.

"Kemari."

Y/N tanpa ragu menghambur padanya. Gaara menyisipkan jemarinya di helaian rambut Y/N, berusaha menenangkan gadis itu. Tidak digubrisnya bahu yang perlahan terasa basah. Ia tahu, berpisah adalah hal yang berat walau hanya sementara.

Gaara menyusupkan wajahnya diceruk leher gadisnya, membiarkan indra penciumannya bergerilya menghirup aroma lavender yang selalu melekat pada Y/N. Belaiannya tidak berhenti, bahkan saat Y/N membenamkan wajahnya lebih dalam di bahunya.

"Aku akan mengirim pesan setiap hari untuk mengingatkanmu untuk makan. Aku juga akan menelpon setiap hari supaya kau tidak kesepian. Kita bisa video call kalau kau ingin melihatku," bisik Gaara. Bibirnya menempel samar pada pipi Y/N. "Aku berjanji akan menyelesaikan penelitiannya secepat mungkin lalu kembali padamu."

Y/N mendengus kecil. "Kau tidak akan punya waktu untukku dan penelitianmu secara bersamaan."

"Bisa," bisik Gaara penuh keyakinan. "Aku pasti bisa melakukan keduanya."

Ia menangkup wajah Y/N lembut, menjauhkannya sejenak untuk beradu tatap. Sudut hatinya terasa sakit mendapati mata Y/N berkaca-kaca dengan pipi basah. Tanpa bisa ditahan ibu jarinya menyapu sisa air mata.

"Tersenyum untukku?" pinta Gaara lembut.

Y/N memamerkan senyum simpul, tidak sepenuhnya bahagia tapi setidaknya tidak terlihat sedih. Gaara kembali membawa gadisnya mendekat, kali ini mendekapnya lebih erat. Bibirnya berulang kali mencium lembut puncak kepala Y/N, terkadang menempel lebih lama saat bersentuhan dengan pelipis atau dahinya, mengungkapkan perasaan cintanya tanpa suara.

"Kau harus berhati-hati di sana," pesan Y/N tanpa melepaskan pelukan mereka. "Jaga pola makanmu dan tidur yang cukup. Kalau kau berada jauh dariku, aku juga tidak bisa leluasa mengingatkanmu ini-itu."

"Aku juga tidak tahu tempat penelitianmu seperti apa. Jadi kau harus ekstra hati-hati. jangan sampai terluka di tempat asing yang tidak kujangkau," tambah Y/N lagi.

Gaara terkekeh kecil. "Aku pergi penelitian Y/N, bukannya berangkat ke medan perang."

Y/N memberi jarak pada tubuh mereka, menatap nyalang Gaara yang masih menyeringai tipis. "Menurut saja kenapa sih? Kalau sedang diingatkan oleh kekasihmu itu didengar, bukannya malah diejek."

"Baiklah. Maafkan aku, princess," Gaara mengangkat kedua tangannya pertanda menyerah. "Ada lagi?"

Sorot mata Y/N kembali berubah sendu. "Benar-benar harus pergi ya?"

Gaara mengangguk kecil. "Sayangnya begitu."

"Aku tidak boleh ikut di kopermu?"

"Ide bagus," senyum Gaara. "Tapi aku lebih senang kalau gadisku tidak mengabaikan kuliahnya."

Y/N mencebik kesal lalu kembali menyembunyikan wajahnya di dada Gaara. "Kalau begitu cepatlah kembali. Aku pasti akan sangat merindukanmu."

"Aku juga," bisik Gaara lembut. "Aku juga akan amat sangat merindukanmu, Gadis Kesayanganku."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top