Rock Lee *Modern*
Aku menghela nafas puas melihat hasil kerjaku. Sudah menjadi kebiasaanku memeriksa hasil jawaban ulangan sampai tiga kali sebelum yakin kalau jawabanku itu benar. Memang merepotkan, tapi terbukti efektif. Setelah membalikkan kertas jawaban, mataku berkeliling menangkap pemandangan yang sudah menjadi kebiasaan para murid ketika sedang ulangan. Mencontek.
Naruto dan Kiba sedang mencoba membujuk Sasuke dan Shino untuk memberikan jawaban mereka. Sakura sudah terlihat puas dengan hasil kerjanya dan sekarang sedang mencoret sesuatu di bukunya. Ino dan Hinata juga sudah terlihat tenang karena sudah selesai. Tenten sedang menatap tajam Naruto yang mengalihkan target tambang contekannya.
Neji sedang menopang dagunya di tangan menatap bosan papan tulis yang berisi kalimat 'selamat berjuang'. Chouji sedang mencoba membangunkan Shikamaru yang tertidur sambil memegang sebungkus keripik. Yang terakhir Lee, ia terlihat fokus dengan pekerjaannya sendiri, tidak menoleh dan tidak mengalihkan pandangannya dari meja.
Seperti itulah pemandangan yang selalu ada di ruang ujian. Pengawas kelasku, Kakashi-sensei juga tidak terlihat tertarik untuk menghukum anak yang mencontek dan lebih fokus dengan buku yang katanya mengandung unsur kedewasaan yang tidak ingin kuketahui. Peraturan yang berlaku di kelas ini hanyalah, jangan berisik. Itu saja. Aku yakin banyak murid yang iri dengan peraturan kelas kami ini.
Aku memperhatikan Lee dengan rasa penasaran. Baru kali ini kulihat Lee sangat diam, bahkan sama sekali tidak menoleh. Biasanya, ia adalah orang yang paling sering meneriakkan 'semangat muda' sampai Kakashi-sensei mengeluarkannya dari kelas. Setelah itu, Guy-sensei akan membuat Kakashi-sensei memberikan kertas jawaban dan soal untuk Lee dan menemaninya sampai Lee selesai mengerjakan ujiannya. Memang pasangan guru dan murid yang luar biasa.
Lamunanku buyar saat melihat ada kertas yang mendarat di mejaku. Kalau ini ulah Kiba atau Naruto aku akan membuat mereka mendengarkan ocehanku tentang fisika dan kimia. Aku membuka lipatan surat itu perlahan, agar Kakashi-sensei tidak melihat surat itu.
Aku sudah bersumpah pada diriku sendiri untuk tidak mencontek dan mendapatkan nilai bagus agar kau mau melihatku. -Lee
Aku tersenyum tipis melihat tulisannya. Tiba-tiba saja membuatku teringat dengan kejadian beberapa hari yang lalu, saat aku berkata pada Lee kalau aku tidak suka dengan suasana kelas yang riuh karena mencontek.
Saat itu aku sedang berbicara dengan Tenten tentang Lee yang selalu mengejarku setelah beberapa hari Sasuke meresmikan hubungannya dengan Sakura. Pangeran Uchiha itu memang sedikit -terlalu- protektif dengan kekasihnya. Setelah itu topik pembicaraan kami beralih menjadi ulangan yang akan diadakan sebentar lagi. Tiba-tiba saja Tenten berkata.
"Aku sih senang karena Neji tidak pernah mencontek seperti Kiba atau Naruto. Aku tidak tahu apa yang membuat Hinata bisa menyukai Naruto yang suka mencontek seperti itu."
"Hinata tidak peduli dengan sifat Naruto yang seperti itu, kurasa Naruto semakin mengurangi kegiatan ilegalnya itu karena Hinata sudah mengajarinya dengan baik," balasku saat itu.
"Bagaimana denganmu, Y/N? Apa kau ingin memiliki kekasih yang seperti itu?" tanya Tenten.
Aku menggeleng pelan. "Tentu saja tidak. Aku ingin kekasihku mengerjakan ujiannya sendiri dan aku yang akan mengajarinya kalau ada materi yang ia tidak tahu. Kurasa mengajari kekasih sendiri juga termasuk romantis, kan?" jawabku.
Tenten mengangguk setuju, tapi sebelum ia bisa membuka mulutnya kami sudah mendengar suara yang sangat familiar. Suara sosok yang memiliki rambut bob dan tergila-gila dengan guru olahraga kami yang terlalu ekstrem. Suara Lee.
"Baiklah. Aku akan mengerjakan ujianku sendiri tanpa mencontek agar kau mau melihatku, Y/N-chan."
Aku dan Tenten hanya bisa menggelengkan kepala pasrah saja saat itu. Aku mulai terbiasa dengan fakta tidak ada yang bisa mengubah keputusan Lee kalau ia sudah menginginkan sesuatu.
Lamunanku kembali buyar saat suara Kakashi-sensei yang meminta kertas jawaban dan soalnya dikumpulkan di mejanya karena waktu sudah habis. Sekuat tenaga aku menahan tawa saat melihat Naruto dan Kiba kelabakan saat Kakashi-sensei mengambil paksa kertas jawaban mereka.
Saat mataku beralih pada Lee, ia sedang tersenyum lebar sambil mengangkat ibu jarinya ke arahku tanda kalau ia berhasil menyelesaikan ujian sesuai dengan janjinya padaku. Aku balas tersenyum sebagai arti dari 'semoga beruntung'.
***
Aku melonjak girang saat melihat hasil ujianku diatas rata-rata, walaupun tidak bisa dibandingkan dengan ketiga orang yang menduduki bangku 'murid terpintar', Shikamaru, Neji atau Sasuke. Tidak hanya aku yang melonjak senang saat melihat hasil ujian kemarin, tapi juga Naruto, Kiba, Ino dan Sakura. Tenten hanya tersenyum lebar melihat kertas bersama dengan Neji yang menyeringai tipis. Entah kenapa ada yang kurang di sini. Ah, aku sama sekali belum melihat si alis tebal favoritku, Lee.
"Y/N-chan..... aku berhasil memenuhi janjiku!!!" teriak Lee dari seberang lorong. Aku harus menutupi wajahku dengan kertas agar tidak ada yang bisa melihat ke arahku, mengingat kami berada di depan mading yang masih dipenuhi banyak murid.
"Baiklah, baiklah. Kau tidak perlu berteriak seperti itu, Lee," balasku saat Lee sudah berada di depanku.
"Jadi, apa kau juga akan memenuhi janjimu juga, Y/N-chan?" tanya Lee. Aku langsung memundurkan wajah saat Lee mendekatkan wajahnya padaku. Memberitahuku kalau ia serius dengan ucapannya.
Merasa semua orang memperhatikan kami, aku menarik tangannya. Membawanya ke tempat yang lebih sepi a.k.a halaman belakang sekolah. Tidak ada yang datang ke halaman belakang sekolah saat pembagian nilai seperti ini.
"Memangnya aku pernah menjanjikan sesuatu padamu?" dengusku. Bukannya aku tidak menyukai Lee, aku menyukainya. Sangat malah. Hanya saja, aku ingin tahu apakah ia benar-benar serius padaku atau hanya menjadikanku sebagai pelarian karena tidak bisa mendapatkan sosok Sakura yang ia inginkan.
Lee menundukkan kepalanya. Tangannya meraih tanganku dan menggenggamnya erat-erat. Masih dengan menggenggam tanganku, ia bergumam. "Aku kira kalau aku melakukan hal yang kau suka, pada akhirnya kau akan menyukaiku."
"Maksudmu?"
"Saat aku masih mengejar Sakura-san, ia pernah berkata padaku untuk menyadari seseorang yang benar-benar menyukaiku, tidak seperti dirinya yang hanya menganggapku teman. Saat itu muncul wajah seseorang di benakku, wajah seorang gadis yang selalu ada untuk menyemangatiku saat Guy-sensei tidak ada. Wajahmu Y/N-chan dan bukannya wajah Sakura-san. Jadi maukah kau menjadi kekasihku dan aku berjanji akan membuatmu bahagia selamanya?"
Lee mengangkat wajahnya dan menatapku lekat saat mengucapkan kalimat yang terakhir. Matanya memancarkan kejujuran yang kucari. Ditambah lagi, ia sama sekali tidak ragu mengatakan perasaannya padaku di saat seperti ini. Tanpa banyak pikir, aku langsung meloncat ke arahnya.
"Tentu saja aku mau, Lee. Aku mau."
Aku dan Lee sama-sama tertawa dan saat aku kembali menatap matanya. Aku kembali teringat sesuatu.
"Oh ya, Lee bagaimana dengan hasil ujianmu?" tanyaku mengingatkan.
"Ah, iya," Lee merogoh saku bajunya, lalu memberikan padaku selembar kertas yang kutebak sebagai hasil ujiannya. "Aku bekerja keras agar mendapatkan nilai itu."
Aku benar-benar terkejut saat melihat hasilnya hampir semua mencapai nilai A dan beberapa ada nilai B, tidak seperti biasanya yang dominan B dan beberapa C.
"Lee, kau benar-benar hebat!!"
Untuk Andina-chan maaf ya baru bisa sekarang...
Nah... Siapa yang nilai UTSnya bagus? Omedetou buat kalian!! Dan yang masih belum bagus, tetep semangat ya!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top