Nejiten *Modern*
Tenten memastikan penampilannya sudah baik di depan cermin. Dandanannya dan yang lain dilakukan oleh Ino. Ino membuatnya harus bertahan dengan rambut tergerai dan memukul tangannya saat ia mencoba mengikat rambutnya. Tenten merapikan yukata putih dengan motif bunga teratai yang dipakainya, ia harus memastikan kalau penampilannya ini benar-benar sudah baik. Kalau tidak, ia hanya akan mempermalukan dirinya sendiri di depan Neji.
Malam ini ada festival musim panas di Konoha, kesempatan ini sangat jarang di temui karena Konoha hanya akan mengadakan festival setiap lima tahun sekali. Mungkin Konoha kehabisan uang kas negara karena dipakai oleh Tsunade-sama. Neji mengajaknya untuk pergi bersama, hanya berdua. Kita semua tahu kalau Lee dan Guy-sensei sedang meneriakkan semangat muda mereka di suatu tempat, jadi tidak mungkin Neji akan mengajak mereka untuk pergi.
Neji mengusulkan agar mereka bertemu di depan gerbang festival, katanya ia masih harus menjaga Hinata atas perintah Hiashi-sama, mau tidak mau Tenten mengiyakan usul Neji. Selama ini Tenten berjalan dengan sendal biasa dan celana, tapi ternyata berjalan dengan geta dan yukata sangatlah sulit. Ia harus berjalan ekstra hati-hati agar tidak jatuh, senyum mulai terlihat di wajahnya saat melihat Neji berdiri di dekat stan yang paling depan.
"Halo, Neji. Sudah lama menunggu?" tanya Tenten.
"Tidak juga," Neji menggeleng. "Kau sudah siap?"
Tenten mengangguk. Ia sempat tersenyum menyadari Neji sengaja melambatkan langkah kakinya agar menyamai Tenten, tangan Neji juga bergerak tanpa sadar untuk menggenggam tangan Tenten yang saat gadis itu sempat hilang dari pandangannya. Neji tidak tahu apa yang membuat tubuhnya bergerak sendiri, tapi ia yakin kalau dirinya akan bereaksi secara otomatis untuk melindungi gadis yang sedang berjalan di sampingnya ini.
"Kau tahu kemana Guy-sensei dan Lee?" Tenten menatap mata lavender pucat Neji.
"Aku yakin mereka akan berlari di lapangan sampai seratus putaran," jawab Neji. Ia melanjutkan kalimatnya dengan suara berbisik, tapi Tenten masih bisa mendengarnya. "Mungkin aku harus melihat keadaan mereka berdua setelah aku mengantarmu pulang nanti."
"Mereka akan baik-baik saja. Kalau pun mereka terluka, kau hanya perlu membawa kare dan mereka akan sebaik sebelumnya," balas Tenten. Ia ingat sekali kalau teman dan gurunya sangat menyukai kare, kalau bisa mereka akan makan kare untuk sisa hidup mereka.
"Kurasa kau benar," Neji menggenggam tangan Tenten sedikit erat. "Kau mau gulali?"
"Boleh," Tenten mengangguk senang. Ia mengikuti langkah Neji yang agak terburu-buru.
Neji menyerahkan gulali yang baru ia beli ke Tenten yang menerimanya dengan raut wajah senang membuat Neji ikut tersenyum tipis. Rasanya Neji memang tidak pernah tersenyum lebar seperti Naruto atau Lee.
"Kau bilang akan berangkat dengan Hinata," Neji mengangguk. "Lalu di mana ia sekarang? Jangan bilang kau meninggalkan Hinata sendirian di festival sebesar ini?"
Neji mendengus pelan. "Aku tidak mungkin meninggalkannya sendirian, Tenten. Naruto menjemputnya sebelum kau datang, aku harus membuatnya berjanji untuk tidak meningalkannya sendirian atau aku akan menghajarnya."
Tenten tertawa, melihat Neji yang protektif sangatlah lucu. Apa lagi kalau sudah bersangkutan dengan perasaan Hinata yang menyukai Naruto, sisi protektif Neji akan keluar dua kali lipat dari yang biasanya. Ia sendiri bingung, sebenarnya sisi protektif Neji hanya muncul saat bersangkutan dengan Hinata saja atau juga dengan beberapa orang lain? ia berharap akan menjadi salah satu dari orang itu.
Tenten menghentikan langkah saat ia mendengar suara patah tepat saat ada seseorang yang menabraknya. Semoga suara itu bukan berasal dari getanya, mau taruh dimana harga dirinya kalau geta yang ia pakai patah? Tenten menunduk, melihat getanya. Sayang harapannya tidak terkabul, alas getanya patah. Sial, sudah susah berjalan, membuat Neji menunggu, sekarang getanya patah, hebat! Hancur sudah malam ini, tidak ada yang tersisa.
"Kenapa?" tanya Neji. Ia mengikuti pandangan Tenten yang menunduk, lalu menghela nafas perlahan.
Ia melepaskan sepatunya dan berjongkok. Sebelah alis Tenten terangkat bingung saat Neji menyuruhnya untuk mengangkat kaki. Tenten semakin tidak percaya saat Neji memakaikan sepatu di kakinya, ia sempat menolak, tapi kakinya di tahan oleh Neji. Ia tidak bisa menahan wajahnya untuk tidak memerah melihat perlakuan Neji padanya.
"Apa yang kau lakukan, Neji?"
"Diamlah. Gadis sepertimu tidak boleh berjalan tanpa alas kaki di tempat seperti ini," jawab Neji. Ia mengambil geta Tenten dengan sebelah tangannya dan menggunakan tangan yang lain untuk menggandeng tangan Tenten.
"Tapi bagaimana denganmu sendiri? Kau juga tidak bisa berjalan tanpa alas kaki, Neji."
Neji tidak menghiraukan pertanyaan Tenten dan menuntun gadis itu untuk pergi menjauhi keramaian, Neji menuntunnya ke bukit rendah yang tidak jauh dari tempat festival diadakan. Tenten buru-buru duduk saat melihat Neji menyandarkan punggungnya ke batang pohon yang paling dekat.
"Kenapa mengajakku ke sini?"
"Aku ingin minta maaf padamu," kata Neji, ia masih menggenggam tangan Tenten.
"Untuk apa?" Tenten merebahkan kepalanya di bahu Neji.
"Sepanjang malam ini aku membuat suasana menjadi canggung karena tidak bisa berkata banyak, bahkan aku sempat menarik tanganmu terlalu kencang dan tidak memperhatikanmu sampai getamu rusak. Jadi, maaf," ucap Neji dengan nada berbisik.
"Tidak kok," balas Tenten. "Memang kau tidak bicara banyak, aku sudah tahu itu sejak dulu, tapi kau tidak membuat suasananya canggung. Aku malah senang karena kau begitu perhatian padaku. Terima kasih, Neji."
Neji tersenyum tipis. "Omong-omong, kau terlihat berbeda dengan rambut di gerai seperti itu."
Wajah Tenten memerah lagi. Tepat saat Tenten akan membuka mulut, kedua orang berpenampilan sama muncul di depan mereka, masih memakai seragam latihan berwarna hijau. Kedatangan yang sangat tepat, terlalu tepat malah.
"Neji, Tenten, apa yang kalian berdua lakukan di sini?" Lee muncul di depan mereka berdua dengan cengiran lebar.
Tenten menggeram marah. "Kau menghancurkan suasananya, Lee!!"
Guy-sensei hanya tertawa melihat Tenten yang mengejar Lee dengan mengacungkan geta, sementara Neji hanya tersenyum tipis sambil bertanya dalam hati. 'Bagaimana bisa ia mengejar Lee dengan yukata, sementara tadi sebelumnya ia susah berjalan?'
Untuk @novialarasati
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top