Nara Shikamaru *Modern*

Y/N memandangi Shikamaru yang tertidur menelungkup di atas meja. Ia bersikeras untuk menemani Y/N belajar untuk menghadapi ujian tengah semester. Tidak ada yang bisa Y/N lakukan untuk menolak Shikamaru, pria itu bisa sangat keras kepala kalau ia ingin. Alhasil, di sinilah Y/N sekarang, selesai membaca bab yang akan diujikan dan mendapati kekasihnya sudah tertidur pulas di sebelahnya.

Ia ikut merebahkan kepalanya di atas meja beralaskan buku, pandangannya tetap terpaku pada Shikamaru. Sebelah tangannya terangkat untuk mengelus rambut Shikamaru. Bibirnya membentuk seulas senyum memikirkan banyak orang yang bertanya-tanya dan berpikir menjadi kekasih Shikamaru sangatlah merepotkan mengingat sifat kekasihnya yang malas dan tidak mau repot. Tapi percayalah, walau bibirnya terus mengucap kata 'merepotkan' Shikamaru tidak pernah segan melakukan hal-hal kecil yang membuatnya merasa sangat disayangi.

Y/N melambaikan tangan ke arah Shikamaru yang berada di ujung lorong. Hari ini mereka menghadiri kelas yang sama, Y/N tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk duduk di sebelah Shikamaru. Maklum saja, walaupun tidak banyak, masih ada gadis yang terpesona dengan kejeniusan Shikamaru.

"Tidak perlu berlari seperti itu, Y/N. Kita juga menuju kelas yang sama," komentar Shikamaru ketika Y/N memamerkan cengiran lebar ke arahnya.

"Kenapa? Memangnya aku tidak boleh merasa senang karena bisa sekelas denganmu?" Y/N menjulurkan lidahnya, mengejek Shikamaru yang menghela napas jengah dengan tingkahnya.

Dengan gerakan luwes karena sudah terbiasa melakukan hal ini, Shikamaru mengambil alih ransel Y/N lalu menggamit tangan Y/N dengan tangannya yang bebas. Y/N tertawa kecil, ia benar-benar tidak habis pikir apa yang membuat Shikamaru selalu melakukan hal ini.

"Kau tidak perlu selalu membawakan tasku. Aku bisa membawanya sendiri," ujar Y/N mengikuti langkah Shikamaru menuju kelas.

Shikamaru menarik napas panjang. "Kalau aku tidak melakukan ini, kau akan berkata aku tidak romantis. Setelah itu, kau akan berkata aku bukan kekasih yang baik dan hal yang selanjutnya terjadi kau akan merengek dan ngambek karena sikapku. Wanita memang merepotkan."

Kali ini Y/N harus menutup mulut agar tawanya tidak menggema di lorong. Semua ocehan Shikamaru mungkin ada benarnya, tapi mendengar Shikamaru sendiri yang berkata seperti itu, entah kenapa Y/N merasa sangat lucu.

"Kalaupun kau tidak melakukan hal seperti ini, aku tetap menyukaimu. Lagipula, saat menjadi kekasihmu, aku sudah tahu apa yang akan kujalani. Jika memang tidak suka melakukan hal ini, kau bisa berhenti melakukannya Shikamaru," gumam Y/N. Ia menyamakan langkah dengan Shikamaru.

Y/N mengernyit ketika Shikamaru mengeratkan genggamannya dan memalingkan wajah. "Sudahlah. Setidaknya biar aku melakukan hal merepotkan ini untukmu."

Suara pintu tertutup menyadarkan Y/N. Pandangannya kembali terpaku pada Shikamaru yang masih tertidur. Hanya saja, kini wajahnya tidak tersembunyi di lipatan tangan, tetapi berhadapan langsung dengannya. Meski sudah berkali-kali melihat ekspresi tertidur Shikamaru, Y/N tetap merasa pria itu sangat manis ketika terpejam.

Tatapan Y/N beralih pada buku catatan di hadapannya. Bukan, buku catatan itu bukan miliknya, tapi milik Shikamaru yang sengaja ditulis agar menjadi bahan belajar Y/N sebelum ujian. Iya, Shikamaru si Pemalas itu menghabiskan waktunya mencatat kembali segala hal yang ia ingat berkaitan dengan materi yang akan diujikan untuk Y/N.

Shikamaru masih mengemas buku saat Y/N menghampiri mejanya. Y/N mendengus kecewa ketika melirik ke arah papan tulis seraya menunggu Shikamaru selesai. Sore ini harusnya mereka berkencan, tapi karena kalimat 'Ujian akan dilaksanakan minggu depan' yang ditulis besar dengan huruf kapital di papan tulis, benak Y/N gemetar takut.

"Kencannya dibatalkan saja, tidak apa-apa kan?" tanya Y/N setengah cemberut. "Kalau tidak dicicil dari sekarang, aku tidak bisa menjawab soal dengan maksimal saat ujian."

Setelah menutup resleting tasnya, barulah Shikamaru memperhatikan Y/N seraya menguap. "Memang apa yang mau kaulakukan sore ini?"

"Belajar tentu saja. Otakku tidak sejenius otakmu, tahu," gerutu Y/N. "Butuh kerja keras agar nilaiku bertahan di posisi sekarang."

Shikamaru terkekeh pelan lalu mengusak rambut Y/N. "Makanya, jangan hanya melamun kalau di kelas. Perhatikan materinya."

Y/N mengepalkan tangan gemas bercampur kesal dengan ucapan Shikamaru. Hampir tangannya menampar lengan kekasihnya yang tidak tahu cara memilah kata. Hampir. Namun, Shikamaru menghentikan gerakannya dengan mengetuk dahinya menggunakan buku.

"Pakai itu untuk belajar. Aku sudah merangkumnya supaya kepalamu yang sederhana itu mengerti," Shikamaru melewati Y/N yang masih membolak-balikkan buku tidak percaya. Ia terkekeh mendapati Y/N masih terdiam sembari menatapnya dan buku pemberiannya bergantian. "Kenapa masih diam di sana? Ayo, kutemani sesi belajarmu. Dasar gadis merepotkan."

"Aaaahhh ... Shikamaru! Terima kasih!"

Suara mengerang familiar memaksa Y/N mengalihkan fokus ke sosok yang perlahan tersadar dari alam mimpinya. Gemas dengan wajah baru bangun Shikamaru, Y/N tidak bisa menahan diri untuk tidak mencubitnya.

"Itte. Apa yang kaulakukan, gadis merepotkan?" gumam Shikamaru sambil mengusap pipinya yang menjadi sasaran kegemasan Y/N.

Y/N menggelengkan kepalanya. "Aku baru menyadari betapa menggemaskan dirimu. Bahkan sampai rela menemaniku hingga tertidur daripada pulang dan menikmati betapa empuknya futon."

Shikamaru menguap tanpa menutup mulut, ia sudah terbiasa dengan ocehan sembarangan dan absurd yang dilontarkan gadisnya. Masih belum sepenuhnya terjaga, Shikamaru menggaruk kepalanya.

"Sudah selesai belajarnya?" Shikamaru memperhatikan sekitar, menyadari ada beberapa buku yang terbuka, dan melirik jam tangan kemudian kembali merebahkan kepalanya di atas meja seolah masih belum rela meninggalkan alam mimpinya.

"Sudah sejak tadi," sahut Y/N. "Mau membangunkanmu tapi tidak tega. Habisnya kau tidur sangat pulas."

Shikamaru mendecak lalu turut membantu Y/N membereskan barang-barangnya. Ia langsung bangkit tanpa menunggu Y/N yang berusaha menyamakan langkahnya. Tangan Shikamaru yang tidak memegang ransel Y/N terjulur ke belakang tanpa menoleh, menunggu jemari Y/N berada dalam genggamannya.

"Kau tahu, Shikamaru? Terlepas dari apa yang orang lain pikirkan tentangmu, aku merasa bersyukur bisa menjadi kekasihmu. Banyak hal yang kaulakukan untukku dan kau tidak keberatan sama sekali," Y/N memeluk lengan Shikamaru. "Untuk semua yang kaulakukan, terima kasih Shikamaru. Aku menyayangimu."

Sudut bibir Shikamaru tertarik samar. "Iya, iya. Aku juga, gadis merepotkan."

Mungkin Shikamaru tidak terlalu tampan seperti Sasuke atau Neji, tidak banyak bicara seperti Naruto dan Lee atau romantis seperti Sai, tapi jika sudah berurusan dengan perasaan, Y/N yakin Shikamaru tidak akan kalah dengan mereka. Hal-hal kecil yang ia lakukan membuktikan perasaannya, kan?

Holaaaaa.... yang ngaku pacarnya shikamaru angkat tangannyyaaaa


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top