Namikaze Minato

Aku terbangun saat mendengar suara di luar kamar, sisi tempat tidur di sebelahku juga terasa dingin seperti tidak pernah ditiduri. Pasti ia memaksakan diri lagi. Setelah diangkat menjadi hokage, Minato memang terlalu memaksakan diri, ia sudah pergi saat matahari belum terbit dan hanya akan berhenti saat aku memergokinya. Kukira kebiasaannya ini hanya berlaku pada saat-saat pertamanya saja, tapi nyatanya belum berhenti sampai sekarang.

Benar seperti dugaanku, lampu di ruang kerja Minato menyala, samar-samar aku bisa mendengar suara helaan nafas. Untuk ke-sekian kali, aku harus membujuknya untuk istirahat.

"Kau masih belum selesai?" tanyaku. Aku menyandarkan bahuku di kusen pintu sambil menatapnya dengan tatapan setengah kesal dan setengah mengantuk.

Minato terlihat kaget saat melihatku berdiri di pintu, tapi ekspresi kagetnya langsung berganti dengan ekspresi lelah yang sengaja ditutupi. Aku menghampiri Minato dan berdiri di belakangnya. Dari posisiku sekarang aku bisa melihat dokumen yang sedang di baca oleh Minato, dokumen itu tentang sistem pertahanan Konoha yang harus segera diperbaiki.

"Hanya tinggal sedikit lagi Y/N dan aku akan selesai," balas Minato.

Aku melirik jam yang ada di mejanya, sudah hampir jam dua. Minato menghela nafas lagi saat aku memijat pelan bahunya. Ia terlalu lelah, kalau diteruskan seperti ini tidak baik untuk kesehatannya.

"Sampai kapan kau akan disini? Kalau kau tidak tidur sekarang, kau akan kelelahan, Minato," kataku mengingatkan. Aku menahan tangannya yang ingin mengambil dokumen baru untuk dibaca.

"Sampai aku menyelesaikan semua pekerjaanku. Aku harus mengurus desa ini dengan baik, Y/N. Kalau tidak, untuk apa aku menjadi hokage," gumam Minato. Ia menepis pelan tanganku, lalu kembali fokus pada dokumennya.

Aku memeluk leher Minato dari belakang, menaruh daguku di bahunya. "Dan aku juga harus mengurusmu dengan baik. Bagaimana jadinya kalau hokage pingsan di depan warga desa? Bisa-bisa aku di cap sebagai nyonya hokage terburuk sepanjang sejarah Konoha."

Minato terkekeh pelan, ia menyandarkan kepalanya di kepalaku. "Kau adalah nyonya hokage paling hebat, percaya padaku."

"Tidak usah merayuku. Kau harus istirahat, ingat? Bahkan seorang hokage perlu tidur dan istirahat yang cukup. Kita tidak ingin kau terlihat buruk di depan shinobi lainnya, kan?"

Aku melepas pelukanku, Minato menatapku lurus. Mata biru yang biasanya terlihat cerah dan indah, sekarang terlihat sayu dan suram. Aku tidak suka melihatnya memaksakan diri seperti ini, apalagi sampai membuat dirinya sendiri rugi.

"Apa lagi yang kau tunggu? Ayo cepat, tempat tidur sudah menunggu kita," suruhku.

Minato terkekeh pelan, ia mulai merapikan dokumen yang berserakan di atas mejanya dengan cepat dan berjalan mendekatiku dengan sedikit limbung. Aku menggenggam tangannya, mencoba membantunya agar berjalan dengan tegak. Ia tersenyum tipis sambil mengikuti langkahku.

"Kau beruntung karena aku mencintaimu, Y/N," kata Minato.

"Tidak ada yang meragukan itu, Minato. Siapapun yang dicintai olehmu akan merasa beruntung, desa ini juga beruntung karena kau mencintainya, karena itu kau juga harus memperhatikan dirimu sendiri," balasku.

"Aku tidak terlalu khawatir pada diriku, karena aku yakin kau akan menjagaku, benar kan?" tanya Minato. Ia memperlihatkan senyumnya saat aku menatapnya.

"Tentu saja, " aku mengangguk. "Tapi kau juga harus berjanji padaku, kalau kau tidak akan bekerja sampai selarut ini, oke?"

"Apapun untukmu, Y/N. Apapun."

Minato merebahkan tubuhnya, ia menghela nafas saat tubuhnya beradu dengan kasur. Aku menyeringai tipis, kalau memang lelah kenapa memaksakan diri? Aku tidak akan pernah mengerti jalan pikirannya. Minato menepuk sisi di sebelahnya, menyuruhku untuk berbaring di sebelahnya tanpa suara. Aku berbaring menghadap Minato dan tangannya memeluk pinggangku.

"Kau kelelahan, Minato," aku mengusap pipinya lembut.

"Aku baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan," balasnya. Ia memejamkan matanya saat aku mengusap kedua matanya, ia juga menghembuskan nafas puas saat aku mulai memijat pelipisnya perlahan.

Aku memperhatikan Minato. Kelopak mata yang menyembunyikan mata birunya, rambut pirangnya yang terasa lembut, juga rahangnya yang tegas. Bibirku mengerucut saat menyadari ada kantung hitam di bawah mata Minato, aku benar-benar harus mencegahnya untuk bekerja lebih dari yang seharusnya.

Minato membuka sebelah matanya. "Kau sendiri tidak tidur?"

"Aku ingin memastikan kalau kau tidak kabur dan kembali berkutat dengan dokumenmu saat aku sudah tertidur," balasku. Tentu saja aku harus memastikan itu, karena biasanya Minato akan sengaja berpura-pura tidur dan menungguku sebelum akhirnya kembali ke ruang kerjanya.

Minato tersenyum tipis menanggapi ucapanku. "Aku tidak akan melakukan itu, Y/N."

Aku mencium hidungnya singkat dan kembali mengusap matanya. "Tutup matamu dan tidur."

"Y/N?"

"Hm?"

"Aku mencintaimu," gumam Minato pelan, ia sempat tersenyum padaku dan mencium dahiku lama.

"Tidur, Minato," aku ikut tersenyum mendengar ucapan Minato. Aku memperhatikannya lebih lama lagi, nafasnya mulai teratur dan tangannya yang berada di pinggangku mulai mengendur, tapi tidak terlepas.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top