Kiba Inuzuka

Aku terkekeh pelan saat menyadari Kiba masih menatap tajam sosok yang berada dalam gendonganku selama lebih dari sepuluh menit. Aku tahu menggendong sosok imut ini sama sekali tidak cocok dengan imej seseorang dari klan Inuzuka, tapi kau luluh dengan tatapan memelas yang di lemparkannya padaku. Tanganku bergerak dengan sendirinya saat sosok yang berada dalam gendonganku tidak memberontak bahkan setelah tatapan Kiba menajam.

"Ayolah Kiba, hentikan tatapan mengerikanmu itu. Ia sama sekali tidak bersalah. Apa kau tidak bisa melihat tatapannya yang begitu memelas?" kataku. Kiba mendecih pelan, berusaha menjaga perasaanku, tapi tetap merasa kesal dengan makhluk tak berdosa ini.

"Aku tidak menatapnya dengan tatapan mengerikan, Y/N. Kau terlalu berprasangka buruk," balas Kiba setengah mendengus, nada suaranya terdengar ketus.ia memalingkan wajah saat aku menatapnya dengan sebelah alis terangkat.

"Kau tidak sepandai itu menutupi perasaanmu, Kiba. Katakan saja apa yang membuatmu merasa begitu kesal," pancingku sambil menghentikan langkah kaki yang segera diikuti oleh Akamaru yang berjalan di sampingku.

"Baiklah," gerutu Kiba. Ia kembali melayangkan tatapan tajamnya pada sosok yang berada dalam gendonganku. "Kucing itu sangat menganggu, Y/N. Klan Inuzuka identik dengan anjing bukannya dengan kucing. Mengingat kau yang lebih cerdas dariku, seharusnya kau sudah tahu tentang hal itu, kan?"

"Memang."

"Lalu kenapa kau tetap membawanya pulang, Y/N?"

"Karena kucing ini sangat menggemaskan Kiba. Lagipula kenapa kau yang repot? Aku kan sudah berjanji akan mengurusi semua kebutuhannya. Akamaru saja bisa berdamai dengan Shiro padahal mereka yang seharusnya menjadi musuh alami, kenapa kau tidak bisa?" balasku dengan nada tidak kalah tinggi.

Yep, yang berada dalam gendonganku sejak tadi adalah seekor kucing super imut berbulu putih yang sedikit mengingatkanku pada Akamaru dan bermata biru besar. Aku menemukannya di bawah pohon dalam kardus dekat hutan saat berjalan-jalan dengan Akamaru karena saat itu Kiba harus memenuhi panggilan alamnya. Aku sudah memperingatkan Akamaru untuk tidak mengganggu Shiro dan ia langsung menuruti perkataanku, tidak seperti majikannya yang sangat keras kepala.

Bahkan aku melihat Shiro menggapai-gapai ke arah Akamaru beberapa kali dan di sambut dengan gonggongan riang dari Akamaru sendiri. Jadi, kalau Akamaru saja bisa menerimanya, kenapa majikannya yang sangat keras kepala ini tidak bisa?

"Kau bahkan sudah memberinya nama!?" tuding Kiba tidak percaya. Ia menatapku seolah-olah kepalaku ada lima.

Aku menghela nafas pelan, berbicara dengannya memang membutuhkan ketenangan ekstra dan berkepala dingin. "Tentu saja, Kiba. Apa kau tidak mendengarku? Aku kan baru saja berjanji mengurusi semua kebutuhannya dan aku memang berniat untuk memeliharanya. Aku sudah menanyakan ini pada Akamaru dan ia terlihat setuju saja."

Kiba menggeleng keras. "Tidak, Y/N. Aku harus mempertahan citraku sebagai seorang Inuzuka."

"Ayolah, Kiba. Memangnya kau tidak kasihan melihat makhluk seimut ini terlantarkan? Ayolah Kiba. Boleh kan kita memeliharanya?" pintaku dengan suara yang kubuat-buat seperti memohon dengan sangat. Aku juga sengaja mengangkat Shiro mendekati wajah Kiba agar kucing itu bisa memperlihatkan tatapan memelasnya pada Kiba juga.

Mungkin karena tatapan memelas Shiro, mungkin juga karena aku mengikuti tatapan memohon yang di lemparkan kucing berbulu putih itu, Kiba menghela nafas mengalah. Ia menatapku dengan tatapan setengah kesal dan setengah pasrah. Jari telunjuknya teracung pada wajah Shiro tegas.

"Sekali ini saja, Y/N. Hanya sekali ini saja," gumam Kiba pasrah. Helaan nafas pelan terdengar saat aku memeluk lehernya erat, aku sudah menaruh Shiro di punggung Akamaru agar tidak terhimpit diantaraku dan Kiba.

"Terima kasih, Kiba. Aku sangat, sangat mencintaimu," ucapku di lehernya.

Tercium bau yang kukenal sebagai shampo yang biasa Akamaru pakai juga bau tubuhnya. Lengannya ikut melingkari pinggangku dan mengusap-usap punggungku. Hidung sensitfnya tenggelam di leherku, ikut mencium aromaku. Salah satu hal yang Kiba sukai dariku. Aku tidak sempat peduli dengan sekelilingku karena Kiba memelukku begitu erat.

"Apapun untukmu, Y/N," bisiknya. Aku tersenyum ke arahnya saat kami menjauh dari satu sama lain. "Omong-omong mana Akamaru dan Shiro?"

Aku ikut celingukan saat kedua binatang yang kusayangi sudah tidak berdiri di samping kami. Saat mendengar Kiba tertawa dan mengisyaratkan ke arah satu titik, mataku ikut terfokus pada arah yang sama. Pantas saja Kiba tertawa, aku melihat Akamaru sedang menjilati Shiro yang nampak nyaman bersandar di tubuh besar Akamaru. Siapa sangka Akamaru dan Shiro bisa seakur ini.

"Aku akan menggendong Shiro," ucapku.

Kiba mengangguk. "Lebih baik naik ke punggung Akamaru karena sudah mulai gelap dan aku harus memandikan Akamaru. Untuk sementara Shiro bisa memakai shampo untuk semua binatang yang kusimpan sampai kita bisa membeli barang-barangnya sendiri. Bagaimana?"

Aku tersenyum kecil dan menyetujui usulnya. Walaupun tidak di perlihatkan sebenarnya Kiba sangat senang dengan keberadaan Shiro yang masih baru ini. bagaimana pun juga ia memang penyayang binatang, kan?

Tahu kejutan apa yang di sampaikan Hana-nee saat kami sampai di rumah? Ia bilang setuju untuk memelihara kucing walaupun klannya sangat identik dengan anjing. Ia juga berkata kalau Shiro dan Akamaru di jadikan kombo akan menjadi sangat luar biasa. Kurasa idenya tidak buruk juga. Mungkin setelah ini aku harus memulai latihan mereka, dengan bantuan Kiba tentunya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top