Inuzuka Kiba

Kiba sudah hidup bersama dengan dua orang perempuan seumur hidupnya, tapi fakta itu masih tidak mengubah kenyataan ia masih tidak mengerti jalan pikiran seorang gadis. Kakak perempuannya, Hana, memang bisa terlihat keras dan galak, tapi Kiba yang paling tahu kakaknya memiliki sisi lembut yang jarang diperlihatkan. Berbanding terbalik dengan Ibunya yang hampir tidak pernah bersikap lembut padanya. Ibunya selalu terlihat galak dengan tutur kata yang cenderung kasar.

Masih ada satu gadis lagi yang membuat Kiba menggelengkan kepala dengan sikap seenaknya. Y/N adalah kekasihnya selama beberapa bulan terakhir, namun mereka sudah saling mengenal sejak ujian chuunin. Bahkan, setelah mengenal ketiga perempuan itu hampir seumur hidupnya, Kiba masih tidak mengerti bagaimana pikiran mereka bekerja.

Ia yakin tidak melakukan kesalahan apapun pada kekasihnya kemarin dan tidak melakukan sesuatu yang bisa membuat Y/N marah padanya. Lalu, mengapa sekarang gadis itu enggan mengeluarkan suaranya? Bahkan Y/N hanya merespon pertanyaan Kiba dengan anggukan dan gelengan tanpa menatapnya.

"Y/N, apa lagi salahku? Kau harus mengatakan agar aku bisa meminta maaf dengan benar," pinta Kiba.

Y/N menggeleng. Tangannya menepis lembut tangan Kiba saat ia ingin menggenggamnya.

"Haish!" Kiba mengacak rambutnya. "Aku bisa gila kalau seperti ini terus."

Kiba memalingkan tubuh dari Y/N. Ia gagal menyadari senyuman kecil yang terulas di bibir gadis itu saat melihat tingkahnya. Kiba mengendus saat angin berhembus, mencium sesuatu yang familiar di udara.

"Kenapa tercium bau kue cokelat?" tanya Kiba pada dirinya sendiri. Ia berpaling pada Y/N, memperhatikan gadis itu dengan seksama. "Kau baru makan kue cokelat? Dengan siapa? Kenapa tidak mengatakannya padaku?"

Y/N kembali menggeleng cepat. Terlalu cepat untuk dianggap normal. Gadis itu mengatakan sesuatu dengan jari-jarinya, tapi tidak ada satupun yang Kiba mengerti. Dahinya mengernyit, bingung dengan sikap Y/N yang tiba-tiba membisu, tapi berusaha berkomunikasi dengan gestur yang tidak ia pahami.

"Aku bisa mengerti bahasa Akamaru," tutur Kiba. "Tapi aku tidak memahami bahasa isyaratmu! Kenapa tidak buka mulutmu dan katakan langsung padaku, Y/N?"

Y/N menggeleng cepat. Gadis itu beranjak dari posisinya lalu buru-buru berjalan menjauhi Kiba. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain membiarkan Y/N pergi. Pikirannya terlalu sibuk memikirkan alasan Y/N berubah bisu. Biasanya gadis itu yang paling berisik jika sudah bersamanya, lalu sekarang bibirnya enggan terbuka seperti disegel. Astaga ... tidak mungkin bibir Y/N benar-benar tersegel, kan?

"Aku bisa benar-benar gila jika memikirkan ini terus," Kiba menghela nafas. "Ayo Akamaru, kita jalan-jalan di desa saja. Siapa tahu bertemu dengan seseorang yang bisa kuinterogasi di tengah jalan."

Akamaru menyahut dengan gonggongan.

***

Sudah satu minggu Kiba meninggalkan desa karena misi solonya. Sudah satu minggu pula ia tidak melihat dan berbicara dengan kekasihnya. Walaupun terkadang tindakannya tidak masuk akal, Kiba masih tetap menyayangi Y/N sepenuh hati. Karena itulah, ia memutuskan untuk mampir ke rumah kekasihnya sebelum pulang.

Akamaru berjalan di sampingnya dalam diam seakan mengetahui bahwa Kiba sedang tidak ingin diganggu dengan suara apapun. Semakin dekat dengan rumah kekasihnya, semakin tercium aroma manis cokelat dan sesuatu yang terbakar. Berpikir kalau kekasihnya mencoba memasak dan berhasil membakar dapurnya, Kiba langsung berlari dengan Akamaru yang menyalak keras di belakangnya.

Kiba mendobrak pintu rumah Y/N. Ia tidak sempat berpikir untuk mengetuk pintu, pikirannya disibukkan dengan keselamatan Y/N. Saat pintu terbuka, insting Kiba menyuruhnya untuk berlari ke dapur, namun begitu melihat barisan orang-orang yang sangat dikenalnya, kaki Kiba terpaku.

"Selamat ulang tahun Kiba!"

Suara confetti, teriakan riuh dan pelukan hangat oleh teman seangkatannya membuat Kiba hampir menangis. Ia tidak menyangka begitu banyak orang yang mengingat hari ulang tahunnya saat ia melupakannya. Telinganya tuli sesaat ketika ada seseorang yang meletuskan confetti ke arahnya. Dengan segala kemeriahan dan ucapan selamat ulang tahun yang sudah diterimanya, Kiba masih merasa ada sesuatu yang kurang. Saat melihat kekasihnya membawa kue di tangannya dengan lilin yang masih menyala, Kiba baru menyadari absennya Y/N sejak ia memasuki rumah kekasihnya.

"Selamat ulang tahun, Kiba," ucap Y/N seraya menghampiri Kiba yang masih mematung. "Maaf karena seminggu terakhir aku tidak berkata apapun padamu. Aku tidak ingin mulutku tanpa sadar mengatakan tentang kejutan ini. Kau tahu sendiri kalau aku bukanlah penyimpan rahasia yang ulung dan aku tidak ingin kejutan yang sudah kusiapkan ini bera—Hey Kiba! Awas kuenya jatuh!"

Kiba tidak mengindahkan Y/N yang berusaha menyeimbangkan kue di tangannya, ia juga tidak terlihat peduli jika bajunya berlumuran cokelat karena memeluk gadisnya. Matanya menghangat karena haru. Kiba memejamkan mata, berusaha agar air matanya tidak jatuh dan merusak reputasinya.

Ia tidak menyadari banyak yang tertawa melihat tingkahnya. Y/N sendiri tersenyum kecil dan mengusak kepala Kiba, memintanya untuk menjauhkan diri agar pemuda itu bisa meniup lilin dan mengatakan permohonannya.

"Tiup lilinnya dan buat permintaan. Siapa tahu Kami-sama akan mengabulkan pemintaanmu," Y/N menyalakan lilin dan mengangkat kue sebatas wajah Kiba. "Pintalah sesuatu yang sangat kauinginkan."

Kiba memejamkan matanya lagi. Dalam hati ia mengucapkan keinginan terbesarnya. Sesaat setelah membuka mata, ia bertatapan langsung dengan mata Y/N. Sirat mata gadis itu seakan mengatakan ia bertanya-tanya apa yang diharapkan.

"Aku tidak boleh mengatakan permohonanku atau Kami-sama tidak akan mengabulkannya, kan?" seringai Kiba.

"Ayolah ... katakan padaku. Katakan padaku. Katakan padaku."

Kiba tertawa melihat ekspresi memohon kekasihnya. Ia mengusak kepala Y/N dan mengadukan dahi mereka. "Aku memohon pada Kami-sama agar bisa terus merayakan ulang tahun bersama dengan setiap tahunnya. Aku memohon agar kau tetap berada di sisiku setiap harinya. Bagaimana? Kau mau mengabulkan permohonanku atau aku harus memohon lebih gigih?"

Reina_mous15

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top