Hidan *Modern*

Sinar matahari terasa lebih terik saat berada di pantai. Seluruh anggota Akatsuki menghabiskan liburan musim panasnya di pantai hari ini. Tanpa perlu berusaha keras pun, aku sudah tahu siapa yang mengusulkan ide ini. Kisame yang kecanduan dengan air, Tobi yang jiwa kekanakkannya masih muncul dan ingin membuat istana pasir walaupun sudah terlalu besar untuk melakukan hal itu, Konan yang memang sudah lama ingin berjemur serta Hidan dan Deidara yang... ingin melihat para gadis dengan pakaian renang mereka. Satu-satunya orang yang menentang adalah Kakuzu yang mengeluh karena budget yang terlalu besar.

Aku menurunkan kacamata hitamku agar melindungi mata dari sinar matahari. Konan sudah melepas baju luarannya dan sedang bermain air dengan Leader-sama, Kisame yang sedang berenang juga menjadi latar belakang dari pemandangan romantis itu. Itachi sedang berjemur di sebelahku, Kakuzu tidak diketahui keberadaannya. Tobi sedang membuat istana pasir di temani dengan Sasori yang mencoba membuat boneka dari pasir. Sementara Hidan dan Deidara, mereka sedang mencoba menarik perhatian para gadis yang sedang berenang di sisi lain pantai.

"Kau tidak berenang, Y/N?" Itachi mengangkat kacamatanya seraya menatapku dengan sebelah alis terangkat.

"Dan membuat pemuda mata keranjang itu kegirangan? Terima kasih, tapi lebih baik aku di sini saja," sahutku sarkas. Itachi hanya terkekeh pelan.

"Apa katamu sajalah, Y/N. Aku akan mendinginkan tubuhku dulu," kata Itachi. Tanganku terangkat utnutk melambai ke arah Itachi yang berjalan mendekati bibir pantai.

Tatapanku beralih pada sosok yang sekarang berjalan ke arahku. Sosok dengan postur tubuh tinggi, berambut putih dan hanya memakai celana berwarna pastel dengan kalung tanda dewa Jashin di lehernya. Sosok itu adalah Hidan yang sedang menampakkan seringaian yang tidak ingin ku ketahui artinya.

"Masih dengan bajumu, Y/N?"

"Tentu saja, aku masih ingin berjemur dulu," jawabku sambil melirik Hidan yang merebahkan dirinya di sampingku. Tangannya mengangkat kaus tipis yang ku pakai dan mengusap perutku.

"Kau tidak ingin seperti si oranye bertindik dan gadis origami itu? Maksudku bermain di laut dengan penuh keromantisan dengan latar belakang ikan hiu yang membuatku ingin muntah," kata Hidan. Dahinya mengerut samar saat melihat ke arah Konan dan Leader-sama, sepertinya ia membayangkan kami berada di posisi kedua pasangan itu.

Hampir saja aku tertawa mendengar pilihan kata Hidan yang terkesan merendahkan dan sedikit vulgar yang terkesan blak-blakan. Aku tidak mengharapkan kurang dari seorang Hidan, lagipula itu adalah salah satu hal yang membuatku menjawab 'iya' saat ia memintaku untuk menjadi kekasihnya.

"Tidak. Kau tidak cocok melakukan hal romantis yang dilakukan oleh Leader-sama," gelengku. "Omong-omong kau tahu kemana perginya bendahara kita yang sedang berduka karena kehilangan banyak cintanya?"

Hidan mendecih pelan. "Siapa yang peduli dengan kakek tua yang hanya memperhatikan uangnya itu? Aku yakin ia sedang berada di cottage dan sibuk memikirkan pengeluaran kita yang luar biasa besar ini."

"Kurasa kau benar," sahutku sambil tertawa.

Tangan Hidan masih terus mengusap perutku dengan lembut, tangannya yang sebelah lagi menyangga kepalanya agar berhadapan denganku, sementara ia berbaring menyamping. Seringaian khasnya masih terus tampak di wajahnya. Sudut mataku menangkap kerumunan para gadis yang melirik ke arah Hidan, lalu terdengar seperti tawa genit yang menggelikan di telingaku.
Baiklah, baiklah... harus kuakui kalau kekasihku yang vulgar ini memang memesona dalam beberapa hal, tapi apa para gadis genit itu tidak melihat kalau Hidan sedang bersamaku? Entah karena aku menatap mereka dengan tatapan membunuh atau karena aku berhenti tertawa, Hidan menatapku lekat-lekat.

"Ada apa, Y/N?"

"Kurasa penggemarmu yang di sana merindukan keberadaanmu. Mereka berkali-kali melirik ke arahmu dan terkekeh genit. Kau tidak mau ke sana untuk menyapa mereka lagi?" tanyaku. Ia mengikuti arah pandangku dan kerumunan gadis itu memekik girang sambil saling mendorong, lalu tertawa.

"Untuk apa pergi ke kerumunan gadis menyebalkan yang hanya membuat telingaku sakit dengan suara sialan mereka kalau aku memiliki seorang gadis yang sudah menyita seluruh perhatianku," seringai Hidan, membuatku tersenyum.

"Kau yakin?"

"Tentu saja. Aku tidak butuh gadis lain kalau aku sudah memilikimu," kata Hidan yakin. Ia semakin mengangkat bajuku dengan sebelah tangan. "Ingin memberi pelajaran pada kerumunan sialan itu?"

Aku tersenyum licik, tahu apa yang ada di pikiran Hidan. Tanpa buang waktu lagi, aku bangkit dan melepas baju luaranku. Seketika kurasakan banyak pasang mata yang mengarah padaku, termasuk kerumunan yang kumaksud. Hidan ikut berdiri dan meraih pinggangku, tatapannya agak menajam membuatku mengernyit bingung.

"Kau tahu apa yang kupikirkan, Y/N?" tanya Hidan sambil mencium bahuku.

"Apa?"

"Aku ingin membakar semua mata sialan yang berani menatap sosokmu dengan penuh nafsu," kata Hidan.

Ia menggeram rendah, tatapannya semakin menusuk saat menatap sekeliling kami, lengannnya yang memelukku mengerat, membuat jarak tubuh kami semakin sempit dan memaksaku untuk meletakkan tanganku di dadanya. Tangan Hidan bergerak naik-turun di punggungku, seperti menegaskan kalau tidak ada yang boleh menatap ke arah kami.

"Kenapa? Bukankah bagus kalau banyak orang yang melihatku? Tandanya aku memang benar-benar memesona, kan?" pancingku. Salah satu hal yang kusukai adalah menjahili Hidan dengan membuatnya cemburu atau marah. Reaksinya benar-benar luar biasa mengingat sifatnya yang sangat posesif pada semua hal yang menjadi miliknya.

Hidan melepaskan pelukannya sebentar untuk mengambil bajunya yang ia letakkan di dekatku sebelumnya. Ia memakaikan bajunya padaku, lalu kembali memelukku erat. Suara geramannya terdengar jelas di telingaku saat ciumannya naik ke leherku.

"Kau milikku, Y/N. Hanya milikku. Kau paham itu?" geramnya dengan penuh penekanan.

Sejak saat itulah kalau ada yang mengusulkan liburan ke pantai, Hidan adalah orang pertama yang menentang sebelum Kakuzu bisa membuka mulutnya. Untuk pertama kalinya sepanjang hidupku, aku melihat Hidan dan Kakuzu bekerja sama untuk menolak ide itu.

Untuk yohanabetaria26

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top