Akimichi Chouji
Aku serius Y/N, kau harus mulai memperhatikan makanan yang kau makan atau kau akan kesulitan kembali ke bentuk tubuhmu yang semula," kata Ino. Aku memutar bola mataku malas mendengar ocehannya lagi.
"Memangnya kenapa kalau tidak? Aku sudah memiliki Chouji dan ia tidak terlihat ingin aku berubah menjadi dirimu, Ino," balasku.
Kami sedang dalam perjalanan ke tempat yakiniku dan Ino terus saja mengatakan sesuatu yang sudah kuhafal di luar kepala. Ia ingin agar aku memperhatikan pola makanku, walaupun sebenarnya hanya pipiku yang terlihat chubby. Sementara aku terus berkata padanya kalau aku tidak suka menahan diri untuk tidak makan hanya untuk diet, lagipula Chouji benar-benar tidak keberatan dengan postur tubuhku yang sekarang, kok.
"Aku hanya memberi saran, Y/N. Sudah seharusnya seorang gadis menjaga bentuk tubuhnya agar tetap langsing," ujar Ino.
"Baiklah, terima kasih atas saranmu Ino, tapi aku lebih memilih agar tubuhku sehat," gerutuku pelan. Aku melambaikan tangan saat melihat Chouji dan Shikamaru yang sudah menunggu kami di depan kedai. "Maaf kami terlambat."
Chouji menggelengkan kepala samar, tangannya memegang sebungkus keripik seperti biasa. "Tidak apa-apa. Kami juga baru datang, benar kan Shikamaru?"
"Yah, memang merepotkan menunggu kalian sebentar, tapi akan lebih merepotkan lagi kalau Chouji menyeretku lebih dulu untuk masuk," balas Shikamaru dengan nada malas.
"Baiklah, ayo cepat masuk. Aku sudah tidak sabar ingin makan yakiniku," kata Chouji. Ino dan Shikamaru menggelengkan kepala pelan saat melihat semangat Chouji dan aku hanya tersenyum tipis.
Shikamaru berniat untuk mentraktir kami hari ini karena sudah menyelesaikan misi dengan baik. Kurasa sudah menjadi tradisi dari tim sepuluh, setiap kali menyelesaikan misi akan ada traktiran besar-besaran dan Shikamaru yang menjadi pengganti Asuma-sensei selalu mendapatkan posisi sebagai pembayar semua makanan.
Chouji langsung mengambil daging yang menurutnya sudah matang di atas satu piring dan memberikannya padaku. Shikamaru dan Ino sempat berpandangan sebentar, lalu mengangkat bahu acuh tak acuh karena sudah terbiasa. Percayalah, menjadi kekasih Chouji membuatku mendapatkan daging lebih banyak, walaupun itu bukan salah satu alasan kenapa aku menyukai Chouji. Chouji adalah satu dari sedikit shinobi yang tidak akan pernah menyakiti temannya walau dalam keadaan terpaksa, ia juga sangat peduli dengan keadaan teman-temannya terlepas dari dirinya yang selalu ingin potongan makanan yang terakhir. Menjadi kekasihnya adalah sebuah anugerah untukku.
"Siapa yang kalah harus mentraktir pemenang untuk ronde selanjutnya," kata Chouji sambil tersenyum. Aku mengangguk setuju walaupun tahu kalau Chouji akan selalu menang kalau berhubungan dengan makanan.
"Y/N, jangan makan seperti itu. Kau harus makan dengan perlahan," desah Ino saat melihat cara makanku yang mirip seperti orang yang belum pernah makan seumur hidupnya.
Aku tidak mengindahkan ucapan Ino dan terus mencoba untuk menelan daging sebanyak yang kubisa. Aku tahu kalau Ino hanya berniat baik dan membuatku terlihat seperti putri kerajaan, sayangnya ia tidak memperhitungkan kalau aku tidak terlalu peduli dengan semua itu.
"Aku tidak percaya kau terus setuju berlomba dengan Chouji, walaupun kau tahu akan kalah," kata Shikamaru, ia menyandarkan kepalanya di kepalan tangan.
Aku mengangkat bahu, masih berusaha untuk menelan daging di saat Chouji sudah berbicara dengan Ino. Astaga... aku penasaran seberapa besar kerongkongannya sampai mampu menelan banyak daging dalam waktu singkat dan tanpa minum. Benar-benar luar biasa.
"Aku tidak terlalu peduli dengan kalah atau menang. Berlomba dengan Chouji sangat menyenangkan dan hanya itu yang kupedulikan," balasku.
Shikamaru terkekeh pelan. "Aku berharap kalian terus bahagia. Chouji terlihat lebih bahagia saat ia bersamamu, kau tahu?"
***
Aku menggenggam tangan Chouji yang terasa sangat besar di tanganku. Chouji bilang ibunya mengundang kami untuk makan malam bersama, walaupun aku yakin sekarang belum masuk waktu makan malam, tapi Chouji sudah bersikeras untuk cepat pulang. Sudah menjadi rahasia umum kalau Chouji mampu makan dalam porsi luar biasa secara estafet. Kurasa hal itu sudah menjadi kebiasaan keluarga Akimichi. Aku penasaran, bagaimana kalau seluruh klan Akimichi mengadakan makan malam bersama? Apa jumlah makanan yang di pesan itu mampu membuat pemilik kedai yakiniku dan Paman Teuchi kaya raya?
"Y/N? Apa yang kau pikirkan?" tanya Chouji sambil menatapku.
"Tidak ada," gelengku. Tiba-tiba aku teringat dengan saran Ino sebelum kami bertemu di kedai. "Chouji, apa menurutmu aku harus menjaga pola makanku sama seperti yang dilakukan Ino?"
Chouji memiringkan kepalanya tidak mengerti. "Untuk apa?"
Aku mengangkat bahu. "Entahlah, Ino bilang semua gadis harus menjaga bentuk tubuhnya agar tetap langsing. Aku hanya ingin tahu pendapatmu saja."
"Aku ingat Ino juga pernah mengatakan itu padaku saat kami masih kecil dan aku juga ingat kalau Shikamaru mengatakan tidak semua laki-laki suka dengan gadis yang langsing, kurasa aku termasuk yang itu. Kau tidak perlu berubah, Y/N. Aku menyukaimu kan karena kau selalu bisa kuajak lomba makan, walaupun akhirnya kalah sih," kata Chouji. Ia tersenyum saat mengatakan kalimat yang terakhir, membuatku ikut tersenyum bersamanya.
"Jadi kau sama sekali tidak keberatan kalau aku chubby seperti ini?" tanyaku sekali lagi untuk memastikan.
Chouji menggeleng. "Tidak. Aku malah tidak bisa membayangkan kalau kau selangsing Ino. Pipimu tidak akan chubby lagi dan aku tidak bisa mencubitnya sesukaku."
Aku tertawa mendengar alasan Chouji. Memang benar, sulit membayangkan orang yang chubby tiba-tiba menjadi kurus. Aku penasaran dengan wajah Chouji kalau ia kurus, apa wajahnya tetap imut dan lucu seperti sekarang? Atau malah terlihat tegas dan dewasa?
"Selamat datang Chouji, Y/N. Makanannya hampir siap, kuharap kalian lapar," sambut Ibu Chouji saat kami memasuki teras depan rumahnya. Aku terkekeh mendengar pertanyaannya, lalu mengangguk semangat.
Memang kunjunganku ini bukan yang pertama kalinya, bahkan aku sudah beberapa kali ke sini karena Paman Chouza mengundangku untuk makan malam bersama dengan keluarganya, walaupun Chouji juga ikut andil dalam ajakan itu. Saat melihat makanan yang tersaji di meja, aku merasa perutku kembali minta diisi. Aku melirik Chouji yang sedang melihatku, ia mengangguk singkat dan aku mengerti arti dari anggukannya.
"Aku menyukaimu karena dirimu, bukan karena bentuk tubuh dan berat badanmu, jadi aku ingin kau terus bisa menjadi partner lomba makanku."
Aku tersenyum singkat dan ikut makan bersama dengan mereka. Sepertinya tidak semua gadis harus menjaga pola makannya agar tetap terlihat langsing dan kurus, kan Ino?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top