Akasuna no Sasori *Modern*

Maaf. Aku tidak bisa menemuimu hari ini. Ada urusan penting.

Itulah pesan yang kekasihnya, Sasori, kirimkan beberapa menit yang lalu, namun Y/N masih belum bisa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel. Sebelah tangannya yang menggantung di sisi tubuhnya mengepal erat. Perasaan kecewa, marah dan sedih menyelimuti benaknya hingga pandangannya mengabur.

Y/N tidak tahu apa yang membuat Sasori berubah. Baiklah, pemuda itu memang dingin dan tidak suka bicara. Ia juga dikenal dengan sifat sinis dan sarkasnya. Sebelum menerima Sasori menjadi kekasihnya, Y/N sudah tahu kalau ia akan kewalahan menghadapi sifat buruk Sasori. Namun, setiap tindakan memiliki batasan.

Akhir-akhir ini Sasori sering mengabaikannya. Tidak lagi membalas pesannya dan kalaupun pemuda itu menyempatkan diri untuk mengirim pesan, isi pesan tersebut terlalu singkat dan hanya menyakiti hatinya saja. Belakangan, Y/N tahu kalau Sasori sering disibukkan dengan Deidara untuk hal yang tidak ia ketahui. Baiklah, mereka memang berteman bahkan sebelum Y/N mengenal Sasori, tapi sejak kapan Deidara menjadi begitu penting untuk Sasori hingga menggeser posisi Y/N sebagai prioritas?

Tidak cukup mengabaikan kekasihnya beberapa minggu terakhir, Sasori kembali menggores luka. Ia membatalkan janji kencan mereka yang sudah lama Y/N nantikan saat ia sudah duduk di kafe langganan mereka selama dua jam untuk menunggunya. Yang lebih parahnya lagi, hari ini adalah hari jadi mereka. Selama satu tahun Y/N bersabar dengan segala sifat buruk Sasori dan inikah balasannya? Ia hanya ingin bertemu dan mengobrol ringan dengan kekasihnya, tapi inilah balasan yang ia dapatkan dari Sasori.

Ini keterlaluan.

Y/N memasukkan ponselnya ke dalam saku lalu mengambil uang untuk membayar pesanannya dengan kasar. Ia tidak peduli dengan tanggapan orang lain dengan sikap kasarnya. Kakinya menghentak saat berjalan dan terkesan terburu-buru. Tangannya masih tetap mengepal di sisi tubuhnya. Y/N memaksa kakinya berjalan lebih cepat ke apartemen Sasori. kalau pemuda itu tidak ada di sana, ia akan menunggunya hingga pulang.

Tidak peduli apa yang akan terjadi karena sifat emosionalnya. Y/N sudah muak dengan sikap cuek Sasori.

Y/N terpaku saat melihat seseorang dengan rambut pirang panjang keluar dari apartemen Sasori. Sejenak, Y/N berpikir kalau itu adalah seorang gadis dari tempat kerja kekasihnya. Namun, setelah mendengar gerutuan panjang sosok itu, Y/N tahu bahwa itu hanyalah Deidara.

"Lho, apa yang kaulakukan di sini, Y/N? Hm," tanya Deidara saat menyadari keberadaan Y/N di dekat lift.

Y/N menghela nafas berat. "Aku mencari Sasori. Ia ada di apartemennya?"

Deidara mengangguk. "Aku baru saja dari sana. Kurasa kalau kau menemuinya sekarang, tidak akan mengacaukan apapun, hm."

Sebelah alis Y/N terangkat mendengar kata 'mengacaukan'. Apa maksud Deidara kedatangannya tidak akan mengacaukan apapun? Apa Sasori membawa gadis lain ke apartemennya? Ataukah ada sesuatu yang disembunyikan keduanya?

"Baiklah, kalau begitu aku permisi dulu," kata Y/N sopan. "Sampai jumpa lagi Deidara."

"Katakan padaku apa pendapatmu nanti, hm," ucap Deidara sebelum pintu lift tertutup.

Y/N mengabaikan ucapan janggal Deidara dan berjalan cepat ke apartemen Sasori. Mulutnya sudah tidak sabar untuk mengucapkan apa yang ada di dalam hatinya. Jemari Y/N memencet tombol angka dengan cepat sebelum mendengar suara familiar pintu terbuka.

"Sasori? Di mana kau?" hening sejenak. Tidak ada balasan seperti yang Y/N harapkan. "Aku tahu kau di dalam Sasori! Deidara baru saja memberitahukannya padaku. Sekarang keluar!"

"Tidak perlu berteriak seperti itu," terdengar suara Sasori dari ruang tengah. "Aku tidak tuli."

Y/N kembali melangkah. Ia melihat Sasori tengah membaca sesuatu dengan ekspresi serius. Di hadapannya ada kotak berukuran sedang di atas meja. Amarah yang sempat hilang karena bertemu Deidara kembali memuncak saat ia tidak mendengar permintaan maaf dari bibir Sasori karena membatalkan janji mereka di saat terakhir.

"Jadi ini urusan pentingmu? Begitu pentingnya membaca buku hingga membatalkan kencan kita saat aku sudah menunggumu selama dua jam di kafe itu? Atau bertemu dengan Deidaralah urusan pentingmu yang tidak bisa ditunda untuk beberapa jam?"

"Apa yang kaubicarakan Y/N?" tanya Sasori dengan dahi mengernyit. Ia menutup bukunya lalu memusatkan seluruh perhatiannya pada Y/N.

"Aku membicarakan sikapmu akhir-akhir ini, Sasori. Kita jarang sekali bertemu dan aku memaklumi itu. Aku mengetahui kesibukanmu. Saat kita bertemu dan berada di satu ruangan kau terus saja menatap ponselmu dan mengabaikanku, aku masih bisa menolerir karena kau hanya berbicara dengan Deidara. Tapi aku tidak bisa memaklumi atau menolerir saat kau tidak datang di kencan kita, Sasori! Kencan di hari jadi kita!"

Sasori menghela nafas panjang. "Bukankah sudah kubilang ada urusan penting? Kau seharusnya bisa memaklumi kesibukanku, kan?"

Air mata mulai mengaburkan pandangan Y/N saat mendengar ucapan Sasori. Tangannya kembali mengepal dengan harapan ia mampu menahan air matanya agar tidak jatuh di hadapan Sasori.

"Urusan penting apa yang memaksamu tidak bisa menemuiku, Sasori?" tanya Y/N dengan lirih. Suaranya sudah tidak setinggi sebelumnya. Ia takut jika mengeluarkan suara lebih keras dari sekarang, ia tidak akan mampu menahan isakannya.

Sasori beranjak dan menghampiri Y/N hingga Sasori mampu merangkul bahu gadisnya. Ia menangkup pipi Y/N lalu mengusap pipi gadis itu dengan ibu jarinya. "Ada yang harus kukerjakan dengan Deidara."

Y/N menepis tangan Sasori kasar. Ia muak mendengar nama pemuda berambut pirang itu. Ia sudah tidak tahan. Tatapan mata Y/N penuh dengan amarah yang tak tersampaikan. Rahangnya mengeras hingga giginya gemeletuk.

"Kenapa selalu Deidara?! Kau ... hampir setiap hari kau bertukar pesan dengannya. Kau juga menemuinya di tempat kerjamu dan itu masih belum cukup?" suara Y/N kembali meninggi. "Kalau memang kau tidak bisa hidup tanpa kehadiran Deidara, pacaran saja dengannya!"

Sasori memijat pelipisnya ringan, berusaha menghilangkan rasa sakit yang tiba-tiba datang saat Y/N berteriak. Sudut matanya melirik kotak di atas meja. Mengabaikan tatapan Y/N yang masih melekat padanya, Sasori mengambil kotak itu dan memaksa Y/N untuk menerimanya.

"Itu yang kukerjakan bersama Deidara," Sasori mengisyaratkan agar Y/N membuka kotak itu. "Aku harus mendiskusikan hal ini dengan Deidara, karena itu aku terlihat selalu sibuk bertukar pesan padanya. Kau tahu bagaimana sifat perfeksionisku. Aku tidak ingin ada kesalahan dalam pembuatannya atau bahannya. Itu adalah hadiah untukumu."

Y/N terkesima dengan isi kotak yang diterimanya. Hampir tidak ada kesalahan sejauh ini. Sasori membuatnya dengan ketelitian luar biasa, bahkan ia bisa melihat ekspresi di mata sosok di hadapannya. Tidak salah lagi, hadiah yang Sasori berikan sangat menakjubkan. Pahatan wajah Y/N di atas kayu adalah hadiah yang tidak akan ia terima oleh siapapun selain Sasori.

"Bagaimana kau bisa berpikir aku lebih mementingkan Deidara daripada dirimu?" Sasori memutar bola matanya kesal. "Kau berpikiran negatif tentang diriku sementara aku selalu memikirkanmu selama memahat hadiahmu. Yang benar saja."

Y/N langsung menghambur pada Sasori. Ia menyembunyikan wajahnya di leher kekasihnya. Senyumnya masih belum luntur bahkan setelah beberapa menit berada dalam pelukan yang ia rindukan.

"Terima kasih untuk hadiahmu Sasori dan ... maaf karena telah meragukanmu," gumam Y/N di leher Sasori.

Sasori menjauhkan dirinya dari Y/N lalu menatap gadisnya lurus. Y/N bergerak tidak nyaman di bawah tatapan Sasori. Ia lebih memilih untuk menundukkan wajah agar tidak beradu pandang dengan kekasihnya.

"Jangan pernah meragukanku lagi," Sasori mengangkat dagu Y/N dengan jari telujuk dan ibu jarinya, memaksa gadis itu untuk melihat wajahnya. "Aku tidak akan bersusah payah untuk seseorang yang tidak kucintai. Karena itu jangan meragukanku. Hanya itu yang kuminta darimu."

SongHye_

Guys, Mulai sekarang aku update Naruto Oneshots cuma setiap hari minggu ya. Ingat, cuma hari minggu. Kalaupun aku update di hari lain, anggap aja lagi double update. Jadi, aku mohon maaf sama yang req-nya belum di post sampe sekarang. Maaf ya....

Gomennasai. Arigatou juga untuk yang nyempetin baca.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top