9.1


Hembusan angin menerpa wajah dari keempat remaja yang terlihat tertidur dengan posisi berbeda, perlahan salah satu dari keempatnya terbangun menatap sekitar nya yang ternyata adalah hutan lalu seorang pemuda 17 tahun yang tak jauh dari mereka dan anehnya menma tak melihat adanya sang adik disisinya.

"Ughh ini dimana ? "Gumam menma mengelus kepalanya yang sedikit sakit mungkin terbentur, ia melihat kearah kirinya yang ada Obito dan juga Itachi yang masih tertidur. Dengan perlahan ia membangun kan keduanya, yang perlahan -lahan tersadar segera duduk melihat sekeliling mereka.

" ini dimana?, Naruto, dimana Naruto menma? "Tanya Obito menyadari ada yang kurang dari mereka.

Menma menggeleng tak tau lalu menunjuk kearah seorang pemuda 17 tahun yang terlihat pingsan tak jauh dari mereka membuat Obito melebar kan matanya .

"Aku tidak tahu yang kutemukan hanya pemuda itu saja " ujarnya menunjuk kearah pemuda yang tak sadar kan diri itu.

"Dia...

" eunghhh... "

Tak lama dari acara menunjuk kini pemuda yang ditunjuk itu menunjukkan tanda tanda akan bangun, seluruh tatapan berpusat kepadanya bagaikan sesuatu yang menarik akan hadir disana.

Menjadi pusat perhatian dari berbagai tatapan pemuda bersurai pirang jabrik itu menoleh dengan bingung menatap semuanya.

"Kita ada dimana ttebayo? " tanya nya melihat sekelilingnya adalah hutan yang terasa tak asing itu.

"Ttebayo?! "

"Naruto, kau Namikaze naruto kan? "

"💢, tentu saja ini aku Namikaze Naruto Dattebayo, apa kepala kalian terbentur sesuatu ha?!! " sungut nya menatap kesal pada mereka.ahhh dari aksen bicara nya dia Naruto yang mereka kenal.

Bagaimana bisa mereka melupakan dirinya apakah karena gulung itu, ngomong ngomong tentang gulungan itu Naruto seketika panik menoleh kesana kemari mencarinya namun tidak menemukannya.

'Gawat!! 'Batinnya panik.

"Ada apa naru ? "Tanya Itachi menyadari tingkah Naruto yang terlihat sedang mencari sesuatu.

Naruto menoleh dengan wajah paniknya menatap ketiga pemuda itu dengan pandangan merasa bersalah.

" a..aku , g..gulung itu menghilang "akunya menatap ketiganya dengan pandangan bersalah.

Menma tersentak lalu menunjuk kearah gulungan yang sedang terbakar itu , sedangkan yang lainnya melotot horor akan hal itu.
Perlahan demi perlahan gulungan itu hilang menjadi debu yang berterbangan disapu angin.

"B-bagaimana ini, jika gulungan itu hilang bagaimana kita pulang "panik menma.

" jangan tanya padaku karena aku juga bingung "seru Obito memijit pangkal hidung nya, kepalanya pusing memikirkan hal itu, dirinya menoleh kearah Naruto ketika pemuda itu tiba-tiba berdiri lalu berlari namun sesuatu terjadi dengan cepat pada tubuh Naruto yang tiba-tiba berubah menjadi tubuh remaja 13 tahun .

"Naruto!! " panggil Menma menyusul Naruto.

"Nissan kurasa ada yang aneh tentang gulungan itu "ujar Itachi mengeluarkan apa yang ia pikirkan kepada Obito yang membalasnya dengan anggukan dan berkata

"Bukan hanya kau saja aku juga merasa begitu, selain itu lebih baik kita menyusul kedua bocah itu sebelum sesuatu terjadi " Itachi mengangguk membenarkan ucapan Obito dan segera menyusul kemana Menma dan Naruto pergi.

Dunia ini begitu asing namun ada satu hal yang Naruto tahu yaitu adalah perasaan nya yang sangat tak asing , dirinya terus berlari sampai lah pada sebuah pohon yang mana terlihat tiga buah batu dengan tiga kunai yang saling terhubung dengan sebuah tali ditambah dengan sebuah batu yang ada ditengah nya bertuliskan kata 'guru'.

Langkahnya terhenti begitu pula dengan Menma lalu Obito dan Itachi yang juga ikut berhenti dan berjalan pelan mendekati Naruto.

"Tak kusangka akan kembali kesini lagi "ujar nya menatap pada batu itu .

Menma membaca tulisan itu dan bingung " ini adalah pusara yang kubuat dulu untuk mengenang sosok guru sekaligus orang yang paling berharga bagi hidup ku "cerita nya seakan mengetahui pikiran menma, semuanya terdiam mengetahui jika orang yang diceritakan oleh Naruto telah meninggal .

"Ahh ngomong ngomong bukankah kita harus mencari tahu dimasa mana kita datang, setidaknya kita harus mencari orang yang kau kenal Naruto karena-

"Tak usah kalian mencari karena aku sudah menemukan kalian " ujar seseorang yang tengah bersandar pada sebuah pohon dengan santai nya dan menatap datar pada keempat orang yang kini menatap dirinya dengan berbagai pandangan.

"Tak kusangka kau akan datang sendiri usuratonkachi " serunya lagi membuat Naruto berdecih tak suka mengingat ia yang tak tau apa apa tentang misi ini dengan bodohnya tampa bertanya menyetujuinya dengan mudah.

"Sasuke " panggil Itachi dengan lembut menghampiri pria yang tenyata Sasuke dewasa terlihat terdiam mendengarkan panggilan dari kakaknya.

Ahh.. Sudah berapa lama ia tak mendengar suara itu, rasanya ada sisi kerinduan yang menyuruhnya untuk mendatangi pemuda duplikat kakaknya dan memeluk nya namun kalian tahu bagaimana tsundere nya Sasuke, pria menoleh kearah lain dengan enggan menjawab panggilan Itachi.

"Hn, lama tidak bertemu " serunya menahan rasa malu melihat wajah tengil Naruto yang seakan mengejek nya.

"Sasuke dan tsundere nya memang tidak bisa dipisahkan, baik di dimensi ini maupun yang itu " seru menma dengan santai nya dibalas kekehan dari Itachi.

"Urusai, lebih baik kalian ikut aku "ujar nya terdengar ketus, oh ayolah rasanya dirinya sudah tak memiliki harga diri lagi didepan kakaknya ini karena Naruto dan Menma.

"Baiklah "

🍀🍀🍀

Desa Konoha setelah peperangan dunia Shinobi semakin berkembang semenjak dipimpin oleh Kakashi yang sekarang menjadi Hokage ke 6 sampai sekarang desa ini semakin berkembang, banyak nya orang orang yang berkunjung lalu imigran yang berasal dari luar desa berdatangan untuk tinggal di desa ini.

Keadaan memang terlihat damai dimata para rakyat namun tidak di mata para Shinobi yang menjadi tangan kanan sangat Hokage. Seperti kata pepatah dibalik tenang nya air menyimpan sejuta bahaya yang kapan pun akan datang, maka dari itu Kakashi memerintahkan Sasuke menjadi pemimpin pertahanan desa Konoha dengan Shikamaru yang menjadi asisten sekaligus penasihatnya.

"Hahhhh.... Suasana tenang seperti ini membuat ku menjadi merasa tak enak " keluh seorang remaja menatap langit biru diatas patung para Hokage , akhir-akhir ini dirinya sering tidak tenang dan itu sungguh merepotkan baginya.

"Sepertinya tidak, bukankah suasana seperti ini yang sangat pas untuk bersantai shikadai " ujar gadis gempal sambil memakan keripik kentang kesukaannya menatap heran pada teman sekaligus anggota tim mereka yang paling pintar itu.

"Cho-cho untuk mu yang hanya memiliki pikiran makan memang akan mengatakan itu tidak seperti shikadai dan diriku " ujar Inojin dengan senyuman palsu yang ia tambah kan terkesan mengejek cho-cho yang sejujurnya memang memikirkan tentang makanan.

"Apa kau bilang!!!, dasarnya pucat " seru chocho kesal karena perkataan Inojin yang menyindir nya.

"Apa, aku memang benar kan gemuk "

"APA!!! "

"Astaga mereka itu " gumam shikadai merasa terganggu akibat suara choco yang kelewatan besar itu.

"Hei kalian berhenti lah "

Lalu datang seorang gadis bersurai hitam pendek berkacamata dengan iris sehitam langit malam menghentikan perdebatan keduanya.

Tatap tajam bak elang itu membuat siapa pun akan merinding ditambah dengan aura aura Uchiha nya menjadi pelengkap, alhasil keduanya terdiam .

"Kami tidak bertengkar kok sa-sarada"ujar Choco lalu merangkul Inojin seolah-olah mereka hanya bercanda tadi.

" benarkan Inojin "

Inojin menganggukkan kepalanya laiy tersenyum seperti biasanya dan berkata "ya hanya adu bacot tidak lebih seperti biasanya " akunya mencoba terlihat natural walaupun ada setitik keringat dingin di pelipis nya, berharap tidak akan mendapati amukan dari gadis Uchiha itu.

"Tapi kenapa kau berkeringat dingin Inojin" celetuk Mitsuki dengan tampang polos nya membuat Choco dan Inojin swetdrop.

"Hahh.... Lupakan soal itu , ngomong ngomong apa kalian merasakan sesuatu tadi, seperti getaran walaupun tidak terlalu kuat "

"Ya hanya sedikit tidak lebih " jawab Inojin jujur.

"Jadi kau juga merasakannya ya Sarada, tak kusangka, kukira hanya kami saja yang merasakannya" aku shikadai bangkit dari acara rebahan nya kini menatap teman temannya itu.

"Apakah perlu kita selidiki dulu ?" tanya Mitsuki menatap pada temannya yang terlarut dalam pikiran mereka.

"Tidak, lebih baik kita beritahu tuan Hokage saja atau tidak ayahnya Sarada " ide Shikadai menatap Sarada mencari persetujuan dari gadis itu.

"Ya aku setuju, lebih baik kita segera kekantor Hokage "

Setelah sedikit berbincang bincang mereka pun segera berlari kekantor untuk melaporkan atas kejadian ini sementara itu.....

Dikantor Hokage.

"Aku tak menyangka Kakashi sensei bakal menjadi Hokage " Naruto mengerucut kan bibir nya sebal setelah mendengar penuturan Sasuke tentang dunia ini, tak banyak hal yang berubah namun tetap saja membuat nya terkejut terlebih lagi dengan informasi tentang Hokage sekarang sangat diluar dugaan nya.

"Ya begitu lah setelah perang dunia Shinobi, nona Tsunade segera turun dari jabatannya dan langsung menunjuk Kakashi untuk menjdi Hokage "jelas Sasuke panjang lebar selagi mereka berjalan menuju ruangan Hokage.

Saat sampai tampa mengetuk Sasuke langsung membuka nya membuat penghuni yang ada disana menghelakan napas lelah. Memutar balikkan kursi kerjanya menatap Sasuke dengan malas sebelum menyadari beberapa orang yang tengah dibawa oleh pria itu.

" Sasuke sudah berapa kali kubilang untuk mengetuk dulu kau itu malah mengingat kan ku aka-NARUTO!!! "

Naruto tersenyum seraya menyapa.
"Yo Kakashi sensei lama tidak berjumpa"


🍀🍀🍀

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top