Bab // 24
Air sungai mengalir dengan tenang. Air yang jernih membuat Kenar sedikit lebih tenang. Kejadian tadi membuat pikirannya kacau. Tidak salah jika Dierja mengajaknya kemari.
Namun, ia kembali teringat dengan kejadian terakhir kali ia berada di atas batu ini.
"Ada apa sebenarnya?" tanya Dierja membuyarkan lamunan Kenar.
Kenar menoleh, menatap Dierja di sampingnya. Menghembuskan napas pelan Kenar melempar pandangannya ke arah hulu sungai.
"Apakah sungai ini juga melewati hutan?" Entah kenapa justru pertanyaan ini yang di tanyakan Kenar.
Dierja mengikuti arah pandang Kenar. Di kejauhan, nampak hutan kelawangin, dipenuhi oleh pepohonan yang menjulang tinggi dan lebat.
"Sungai ini berasal dari gunung Lawu." ucap Dierja.
"Gunung Lawu?" tanya Kenar.
Dierja mengangguk. "Kamu pernah ke gunung Lawu ndhak?" tanyanya.
"Belum pernah. Aku tidak terlalu suka gunung."
"Di sana banyak candi-candi peninggalan sejarah." Dierja terdiam sebentar, tak lama ia pun berkata, "Kamu sukanya kemana?" tanya Dierja pada Kenar.
"Pantai." jawab Kenar langsung.
Senyum di wajah Dierja merekah. "Pantai?" ulangnya.
"Iya."
"Kamu mau ndhak, jalan-jalan ke pantai?" tanya Dierja.
"Tentu saja." seru Kenar senang.
"Tapi jalannya ndhak terlalu bagus. Sekitar tiga puluh menit dari sini."
"Gak pa-pa." Kenar kemudian mengingat apa yang seharusnya ia tanyakan pada Dierja.
"Oh ya, aku mau menanyakan sesuatu padamu." ucap Kenar menatap serius pada Dierja.
"Apa? Jangan sulit-sulit, aku wisuda sudah lama." canda Dierja.
Kenar yang sebelumnya deg-degan tertawa pelan.
"Kamu pernah kuliah?" tanya Kenar dengan wajah pura-pura tidak percaya.
"Eh, jangan salah. Aku ini sarjana pertanian, aku ndhak kerja kantoran karena ingin melanjutkan usaha bapakku. Sawah-sawah milik keluargaku yang sejauh mata memandang iki butuh kecerdasan aku buat mengelolanya." ucap Dierja sombong.
Kenar tidak hanya tertawa pelan. Tawanya kali ini cukup keras. Dierja tertegun sejenak, tawa Kenar menghipnotisnya. Tawa itu membuat Kenar semakin cantik, tawa yang mengingatkannya pada seseorang.
"Kamu juragan muda ya?" tanya Kenar sembari menghentikan tawanya. Wajahnya yang memerah akibat terlalu banyak tertawa membuat Dierja tak bisa berpaling.
"Dierja," Kenar memanggil Dierja yang terus saja menatapnya tak berkedip. Wajah yang memerah akibat terlalu banyak tertawa bertambah merah karena gugup dan malu.
"Kamu makin ayu kalau tertawa lepas seperti itu." Kenar yang mendapat pujian tiba-tiba itu mengalihkan pandangannya ke sungai. "Bicara apa sih." ucapnya.
Dierja tertawa pelan. "Oya, tadi ada apa?" tanya Dierja.
Kenar langsung menoleh ke Dierja. Kenar menarik napas pelan. "Mmm, begini. Aku..." Kenar tidak tahu harus memulai darimana, terlihat sekali dari wajahnya yang kebingungan. Dierja terlihat menunggu dengan sabar.
"Beberapa waktu yang lalu, aku bertemu dengan seorang nenek." ucap Kenar.
"Lalu?" ucap Dierja.
"Aku bertemu di rumah Ayu. Nenek itu mengajakku minum teh di dapur, yang aneh nenek itu meminum tehnya dalam kondisi teh itu masih panas." ucap Kenar.
"Kebanyakan warga kelawangin sudah terbiasa minum teh panas. Karena di sini hawanya sangat dingin." jelas Dierja.
"Apa iya? Teh sepanas itu?" tanya Kenar tidak percaya.
"Ya...ndhak terlalu panas juga sih. Tapi aku ndhak tahu, orang-orang kan beda." ucap Dierja.
Kenar mengangguk, menerima saja penjelasan Dierja meski ia menyangsikan hal itu. "Tapi, kata bu lek, di sana tidak ada nenek-nenek yang tinggal bersama mereka. Kalau memang tidak ada, lalu nenek itu siapa?" tanya Kenar.
"Apa kamu ndhak sedang bermimpi?" tanya Dierja. Kenar menggeleng kuat.
"Aku yakin sekali itu bukan mimpi. Aku juga kembali bertemu dengan nenek itu di pasar."
"Di pasar?" Dierja menaikkan alisnya.
"Iya." Kenar mengangguk kencang. Ia ingin meyakinkan Dierja bahwa apa yang di lihatnya bukan mimpi atau hanya sekedar halusinasi.
"Di pasar di mana?" tanya Dierja penasaran.
"Di toko barang antik."
"Hm," Dierja berdehem, ia nampak berpikir sebentar. "Kamu tahu ndhak nama nenek itu?"
"Namanya...nenek...Rahmi." ucap Kenar.
Dierja mengerutkan dahi. "Sepertinya aku pernah mendengar nama itu." gumamnya.
"Benarkah? Dimana? Siapa dia?" tanya Kenar antusias.
"Aku ndhak tahu. Tapi nanti aku akan mencari tahu untukmu. Lantas, apalagi yang membuatmu gundah?" tanya Dierja.
"Kamu ini cenayang ya?" ucap Kenar.
"Bisa jadi."
Kenar menghela napas. Ini masalah lainnya yang tidak kalah penting batin Kenar. "Nenek itu pernah berkata padaku."
"Kudune kowe ora bali neng kene. Opo sing wis kependem arep tangi. Opo sing wis kesegel arep kebukak. Sukmo sing wis digadekne arep njaluk tebusane.
Trisno Pati arep nuntut bukti ning salah sijining wengi karo loro Purnama. Saiki gerhana bulan abang lan gerhana bulan biru njedul neng dhuwur deso Kelawangin.
Nengdi kabeh nyowo lan awakmu keraket, nganti pati misahke."
Dierja sangat terkejut dengan ucapan Kenar. Bagaimana gadis di depannya ini bisa mengatakan kata-kata itu dengan sangat baik, Dierja yakini bahwa Kenarpun tidak tahu artinya.
"Apa artinya?" tanya Kenar.
Dierja menelan salivanya. Benar dugaannya, apakah ia harus memberitahu Kenar?
"Dierja." panggil Kenar.
"Hmm," Dierja berdehem. "Kamu yakin kata-kata itu yang di ucapkan mbah Rahmi?" tanya Dierja.
"Tentu saja. Kamu pikir aku tahu darimana?" balas Kenar.
"Begini, kata-kata itu artinya...
Seharusnya kamu ndhak kembali ke sini. Apa yang sudah terkubur akan bangkit. Apa yang sudah tersegel akan terbuka. Jiwa yang tergadaikan akan meminta penebusannya.
Cinta mati akan menuntut pembuktian di satu malam dengan dua purnama. Saat gerhana bulan merah dan gerhana bulan biru muncul di atas desa kelawangin.
Dimana seluruh jiwa ragamu terikat, sampai maut memisahkan."
Kenar merinding mendengar penuturan Dierja. Kata-kata yang sangat mengerikan bagi Kenar. Lalu, kenapa nenek atau mbah Rahmi mengatakan hal itu padanya? Kenapa ia yang di datangi.
"Kenapa?" gumam Kenar.
"Kenapa...apanya?" tanya Dierja bingung.
"Kenapa si nenek Rahmi mengatakan hal itu padaku? Dan...siapa dia?"
"Aku ndhak tahu. Dan benar katamu, apa maksudnya mengatakan hal itu padamu?" ucap Dierja.
"Ini sangat aneh Dierja. Aku...sering bermimpi buruk. Mimpi yang sangat nyata." Kenar akhirnya menceritakan mimpi buruknya, tidak semua. Hanya mimpi-mimpi aneh tentang ia yang berlari di tengah hutan dan seperti sedang di kejar seseorang atau sesuatu.
Termasuk kekalutannya saat ini tentang arti dari ucapan si mbah Rahmi.
Dierja memandang Kenar dengan tatapan simpati dan di balut dengan senyumnya yang paling manis.
"Itu mimpi buruk. Kamu lupakan saja." saran Dierja.
Kenar terdiam. Jawaban yang diberikan Dierja tidak memuaskannya, meskipun sudah tahu arti ucapan si nenek yang sangat mengerikan.
"Apa iya itu hanya mimpi buruk saja?" tanya Kenar tidak yakin.
"Pasti. Aku juga sering bermimpi buruk." ujar Dierja.
"Oh, ya? Mimpi apa?" Kenar penasaran.
"Aku mimpi, deketin gadis cantik dari kota tapi aku di tolak mentah-mentah sama dia. Padahal aku belum tambahin bumbu terus masak sedikit pakai mecin pasti enak lah itu." canda Dierja.
Kenar kembali tertawa. "Gombal receh itu." seru Kenar. Dierja ikut tertawa.
"Sudah lebih lega?" tanya Dierja.
Kenar menormalkan deru napasnya akibat terlalu banyak tertawa, setelah itu ia tersenyum. "Terima kasih ya." ucapnya.
Dierja mengangguk.
Kenar mengambil ponsel di saku celananya. "Di sini gak ada sinyal ya?" tanya Kenar.
"Iya. Sinyal cuma ada di kampung sampai aula. Maklum, desa kecil nan terpencil." ucap Dierja merendah.
Kenar mendelik. "Sok merendah."
Dierja tertawa pelan. "Sudah menjelang sore, kamu mau ikut ke aula ndhak?"
"Ada latihan lagi?" tanya Kenar.
"Ndhak ada." jawab Dierja.
"Lalu?"
"Aku hanya sedang ingin bermain saron." ucap Dierja.
"Oh," ucap Kenar.
"Kalau kamu mau, aku bisa mengajarimu menari. Kamu suka menari?" tanya Dierja.
"Suka. Tapi lebih sering modern dance."
"Kamu mau belajar tarian narik sukmo?" tanya Dierja.
"Apa?"
***
Wahhhhhhhhhh
Aku mauuuuuuuuu mas, ajari aku dengan jiwamu juga 😍😍
Tapiiiiiii kok aku....agak merinding dgr nama tarian itu
Kenar mau ndhak ya🤔
Oya, ini settingnya kan perbatasan antara jatim dan jateng, aku gak tau gunung mana yang lebih dekat sama desa kelawangin, aku pake gunung lawu kalo ada yang lebih dekat info ya tengkiyuuuuu 😉😙
Desa Kelawangin di pagi hari
Desa Kelawangin menjelang senja
Gambar-gambar udah aku share duluan di IG so yang belum follow IG ku boleh kok di follow sekarang 😄
Bantu cariin cast buat Kenar sama Dierja yah
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top