Rindu

Hujan turun membasahi bumi, Nara yang duduk di teras menatap halaman rumahnya, membayangkan masa kecilnya dulu bersama ibunya. Nara rindu dengan pelukan Mama, rindu belaian dan kasih sayang Mamanya.

Belum puas Nara merasakan kasih sayang dari Mamanya, diumur delapan tahun Mamanya meninggal karena kecelakaan tabrak lari. Nara dibesarkan di sebuah panti asuhan. Dan akhirnya ia merantau dan menemukan sosok pria yang bernama Arya. Hingga jatuh hati dengan ketulusan dan kepribadian Arya.

"Dek," sahut Arya yang melihat Istrinya melamun.

"Dek?" Arya menepuk pundak Nara.

"Ii-iya Mas."

"Kamu melamumin apa?"

"Nggak kok Mas, cuma liatin hujan, sambil ngadem."

"Mas gak yakin, kamu pasti mikirin sesuatu 'kan. Gak boleh bohong loh sama suami."

"Aku rindu sama sama Mama, andai Mama masih ada."

"Sabar ya sayang, jangan simpan perasaan mu sendiri. Cerita lah, jika itu membuat dirimu lebih baik. Berbagi suka duka dalam rumah tangga itu biasa."

"Iya mas, aku hanya bisa berdoa, memohon yang terbaik. Semoga Mama bahagia disana."

"Sayang," ucap Arya lembut.

"Iya Mas."

"Maaf, Mas belum bisa membahagiakan mu."

"Aku bahagia melihat Mas bahagia. Aku bahagia Mas selalu mengerti keadaanku," ucap Nara sambil tersenyum.

"Manisnya senyum istriku ini."

"Aaw, tapi gak nyubit juga sakit tau
"

"Gemesh, hihi."

Adzan maghrib telah berkumandang, dua insan bermunajat kepada sang Khaliq. Nara meneteskan air matanya,  doa yang begitu khusyuk hanya dia dan Tuhannya yang tau.

Arya yang menyadarinya langsung menghampiri istrinya, memeluknya dengan lembut. Tangis Nara pecah.

"Mama.." Arya yang memeluknya mencoba menenangkannya.

Tak ada rindu yang sedalam-dalamnya, selain merindukan seseorang yang tak akan bisa hadir lagi di kehidupan ini.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top