harapan

Nara memeluk Arya dengan erat, bermotor berdua dengan terik matahari di siang hari mereka tak perduli. Kini, mereka segera sampai kerumah ibu Arya, membawa sebuah harapan. Mereka sangat berharap agar ibunya bahagia.

Setibanya di rumah, Ibu Arya sedang duduk di teras rumah. Dengan senyumnya yang tipis menyambut mereka.

"Assalamu'alaikum Bu," ucap Arya lembut, sambil mencium punggung tangan ibunya, Nara pun menyusul.

"Alhamdulillah Bu, kami membawa kabar baik."

"Kita bicara di dalam aja ya,"

"Baik Bu."

Du gelas air putih tersaji di meja. Nara memeras bajunya, entah kenapa, Nara menjadi gelisah.

"Bu, kamu sudah cek dan konsul. Dokter bilang, kandungan Nara sehat. Malahan tadi pas di cek dokternya bilang, Nara lagi di masa suburnya."

"Alhamdulillah, bagus kalau begitu."

"Oya, maaf ya Bu sebelumnya. Dokter bilang, aku. Mmm."

"Kenpa Arya?"

"Arya, harus sering-sering sama Nara, gak boleh keluar kota tinggalin Nara."

"Hmm, Ibu kira apa, kamu juga sehat 'kan."

"Iya Bu, cuma. Harus lebih sering olahraga."

"Yasudah. Kalau gitu harapan kita masih ada.

Harapan? Nara yang mendengar hal itu seperti harapan. Harapan yang baik, karna sebelumnya Nara takut ada hal dalam dirinya yang membuatnya sulit hamil. Walaupun ini hanya sebuah harapan untuknya, ia ingin mertuanya dapat memaklumi hal ini.

Mendengar kabar ini sebenarnya Nara antara senang dan sedih, ia senang bisa mengembalikan kepercayaan ibu  mertuanya, bisa membuktikan bahwa ia bisa memiliki keturunan, walaupun entah kapan.

Kini Nara tau, harapan ibu mertuanya adalah cucu. Buah hatinya dari dirinya dan Arya.

Dan kini, Nara hanya berusaha dan berdoa, agar harapan itu segera hadir.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top