Chptr 20 : Part Time
Air mengalir. Membasahi alat-alat makan yang harus di cuci. Piring, gelas, dan sendok kotor terus berdatangan memenuhi westafel berukuran cukup besar itu. Saat ini sudah hampir pukul sepuluh malam dimana kebanyakan cafe tutup.
Di sepanjang jalan ini hanya satu caffe yang buka selama 24 jam. Sedang yang lainnya biasanya memberlakukan jam malam bagi para pelanggannya yang kebanyakan anak sekolah. Pelayan yang masuk sift siang mendapat tugas membersihkan toko dan mengunci toko sebelum mereka pulang. Namun hari itu di salah satu cafe, di saat cafe mereka hampir tutup, seorang gadis SMU masih duduk di salah satu meja pelanggan. Menghirup Coffee yang sudah menjadi dingin karena sudah 3 jam lalu ia memesannya. Buku novel terjemahan setebal 700 halaman lebih menjadi teman ia menghirup kopi dinginnya.
"Dek, cafe kita mau tutup. Sebaiknya adek pulang." kata salah satu pelayan yang adalah kakak mahasiswa yang bekerja part time.
"Saya menunggu teman saya kak. Masih lama nggak bersih-bersih nya? " kata cewek SMU itu dengan tenang.
"Temen adek kerja di sini? Siapa namanya? "
"Marcel. Galvin Marcel kak,"
"Ya sudah. Kakak suruh dia cepetan balik."
Kakak pelayan itu masuk ke dapur. Memanggil cowok SMU yang sedang mencuci piring.
"Cewek itu ternyata nungguin elo Cel. Cepet temuin! "
"Cucian piring masih banyak kak. Nanti gajiku di potong lagi? " kata Marcel ragu.
"Terus anak orang itu gimana? Sini, biar kakak aja yang selesain! Lo pulang sono sama dia!" desak Kak Jimi, kakak mahasiswa yang juga bekerja part time di Cafe Lilac itu.
"Maaf merepotkan ya kak. Terimakasih. "
"Iyaa.. "
Marcel bergantian dengan Kak Jimi. Mengambil peralatannya di ruang ganti karyawan, kemudian baru menemui gadis itu.
"Ayo keluar dulu! " ajak Marcel.
Gadis itu tersenyum penuh kemenangan dan mengikuti langkah Marcel keluar.
Siapa gadis itu? Pacar Marcel? Adik Marcel? Sahabat Marcel?
Bukan.
"Siapa kamu? " tanya Marcel saat di luar Cafe.
"Aku penggemar kakak. " kata gadis itu. Sudah dua hari ini dia setia menunggui Marcel di tempat Marcel bekerja paruh waktu. Dan hari ini gadis ini menunggui Marcel sampai cafe tutup.
"Apa itu alasan yang di buat-buat? Ok. Apa maumu? Sign? "
"Engga. Pokoknya aku pengen kenal lebih dekat sama Kak Marcel. Boleh? "
Marcel mendengus, merasa bahwa perkataan gadis itu hanya gurauan.
"Naiklah taksi! Aku nggak akan nganterin kamu! " kata Marcel tegas. Gadis itu menekuk wajahnya kecewa. Mengharapkan sikap Marcel bisa lebih lunak terhadap dirinya. Ia ingin sekali mengobrol dengan cowok di depannya ini. Membicarakan banyak hal sambil minum juice dan kue.
"Aku penasaran kak. " kata gadis itu. Membuat Marcel yang hendak memesan Grib terhenti. Apalagi mau gadis ini?
"Apa? "
"Kenapa? Kenapa? Kenapa Kakak kerja paruh waktu? "
"Sori. Kita nggak cukup dekat sehingga saya gak harus jawab pertanyaan itu. "
"Aku tahu kok. Hubungan kita semacam idol sama fans nya. Kakak kan drummer Romeo. Band yang cukup terkenal di kalangan Anak remaja di daerah ini. Walaupun kalian sering meng cover lagu. Tapi, bukan berarti kalian gak punya fans. "
Marcel mencoba menyimak dengan seksama untuk memahami ke arah mana gadis ini mau bicara. Alisnya bertaut dan mata ebony nya menatap lurus ke arah manik gelap gadis itu yang entah kenapa, tak menghindari tatapannya. Gadis ini cukup berani untuk beradu pandang dengan cowok.
"Aku fans kakak. Namaku Mawar. "
"Fans? "
"Iya. Wajah kakak itu, tipe aku banget. Tapi, jangan pernah anggap aku stalker kakak! Plis. Itu terlalu jahat! "
"Tapi kamu memang stalking saya! Dan saya merasa terganggu. "
"Maaf. "
"Grib mu sudah datang. Mobil silver. Lebih baik cepet pulang! "
Mawar meraih lengan jaket Marcel. Meremas kainnya. Menahan Marcel lagi yang akan beranjak pergi.
"Aku hampir di lecehkan. Dan Kak Marcel menyelamatkanku. "
Perkataan Mawar membuat Marcel bergeming. Ia berfikir. Dimanakah? Kejadian yang bagaimanakah ia bisa menyelamatkan gadis ini?
"Kamu? Kita pernah bertemu? " tanya Marcel. Ia sama sekali tak ingat bertemu dengan gadis ini. Mungkinkah gadis ini mempunyai minpi prekognisi yang bisa melihat kejadian penting di masa mendatang?
"Ya. Tapi tidak secara langsung. Mungkin itu sebabnya kak Marcel nggak ingat sama aku. "
Mata Marcel memicing lagi.
"Kak, "
"Apa? "
"Berhenti menatap seakan mau melubangi kepalaku! " kata Mawar. Dia tetap membalas tatapan Marcel dengan tenang. "Aku hanya khawatir. Kakak akan tumbang. "
"Pulanglah! Mobilmu datang! " perintah Marcel. Ia mendorong Mawar agar gadis itu masuk ke dalam mobil.
"Tapi, tapi kak.. Berikan aku nomormu! Tidak. Setidaknya.. Biarkan aku membalasmu.. Kak. .."
Marcel menutup pintu penumpang dan memotong perkataan gadis itu. Cowok itu memberi isyarat sopir agar berjalan mengantarkan Mawar pulang. Marcel melemaskan ototnya yang lelah. Dia iseng menghubungi sebuah nomor sahabatnya.
"Halo Cel. Ada apa? " tanya suara di seberang.
"Suaramu masih jernih. Belum tidur? " tanya Marcel.
"Lo bercanda? Kenapa kita pake bahasa aku kamu? Jangan bikin gue merinding deh Cel!! "
"Oh, sori sori. Lo belum tidur? "
"Tidur? " suara di seberang terdengar ragu. Mungkin ia mengecek jam karena perbicangam terjeda beberapa detik. "Ini baru jam sepuluh."
"Jam berapa jam tidur lo Fin? "
"Kenapa? Kok elo kepo? " Alfin di seberang terdengar curiga. Suara Marcel terdengar lelah.
"Gapapa.. "
"Jam tidur gue jam 11 sampai 1 pagi. "
"Oh, gue tutup Fin. "
Marcel mendesah lelah. Diantara member Romeo, Alfin lah yang waktunya paling sibuk. Tepatnya tukang menyibukkan diri. Dan ia baru merasakan waktu sibuk tanpa bisa nongkrong sama teman-teman itu seperti ini. Ia merasa lelah. Tapi dia juga tak bisa membebankan masalahnya dengan teman-temannya. Seperti Alfin yang bekerja part time untuk menulis, Marcel akan mengandalkan tenaganya. Karena ia tak memiliki otak brilian seperti Alfin. Yang bisa ia lakukan hanya memukul tongkat stik drum.
Silahkan jika ada keluhan..
Author akan menampung segala komentar kalian sekalipun itu adalah buah yang sangat pahit. Tapi itu sangat berharga buat author..
🖋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top