Chapter 21 : Obsession
Kelas XI Bahasa 2.
Amelia berulang kali melewati deretan kelas kelas sebelas. Mondar-mandir bersama Fina sahabatnya. Kalau bukan karena kredibilitas Kak Veri, tentu Amel sudah tongkrongin kelas Bahasa itu daripada capek mondar-mandir mencari modus. Namun, hanya seperri ini sudah bisa membuat hatinya senang.
Kali lihat, Kak Superhero sedang ngobrol sama temannya. Wajahnya tampak segar dengan rambut basah. Mungkin pagi ini dia mandi junub? Seragam OSIS putih yang ia kenakan, entah kenapa seperti baju branded mahal yang dipakai foto model. Mengeluarkan cahaya lembut sehingga menambah kadar ketampanan Kak Dika menjadi 24 karat murni.
Kali lain, Kak Dika lagi ngerjain temennya. Sikap Usilnya juga membuat hati Amel gemas sendiri.
Istirahat yang lain Amel terus memantau Dika. Entah saat di halaman, kantin, ataupun saat berjalan di koridor dalam jarak yang sangat-sangat aman dan hati-hati. Menggunakan metode penyamaran yang super teliti.
"Mel, emang lo nggak capek apa stalking Kak Dika? "
"Apaan sih? Emangnya elo nggak capek juga apa saat nyari-nyari hal yang berhubungan soal Kpop? Ini ya seperti itu Fin. Cuma ini real! Bukan halu kayak obsesi Kpop elo. Bayangkan aja artis idaman elo ada didepan mata. Apa yang lo lakuin? Karna gue nggak bisa secara gamblang dengan perasaan gue, gue hanya bisa memandang dia dari jarak aman. Sejauh ini."
"Iyaa deeh.. Tapi kalau kakak lo tau gimana? Bisa panjang urusannya Mel. "
"Panjang gimana?"
"Eh, kakak lo tuh Mel. " Fina menunjuk Veri dkk sedang menuju belakang sekolah diikuti satu cowok yang selalu menunduk. Amel tau cowok itu bernama Hafis. Kakak kelas yang satu kelas dengan kakaknya.
"Kakak lo nggak bakal mukulin kak Hafis lagi kan Mel? "
"Gue harus hentikan mereka, " Amel berdiri hendak menghentikan aksi kekerasan di sekolah karena kakaknya. Namun, ia terhenti saat seseorang juga menuju belakang sekolah dengan langkah Panjang. Orang itu adalah Andika.
"OMG.. Kak Dika nyamper Kak Veri and the geng Fin. Ayo kita buntutin juga! " ajak Amel.
"Mel? Kita harus laporin ke disipliner. Kenapa kita malah ikut nyamperin mereka? " tolak Fina.
"Mungkin aja kaan, Kak Dika mau melerai mereka? Lagian, Kak Veri selalu lolos dari disipliner. Udah lah.. Kalau keadaannya udah makin gawat, kita laporin. "
Fina hanya mendesah pasrah karena kenekatan Amel. Lagipula, sejujurnya ia juga penasaran dengan hal yang sepertinya tontonan asyik ini.
Mereka bersembunyi di dekat toilet cewek yang paling dekat dengan belakang sekolah. Menguping pembicaraan cowok-cowok di belakang sekolah.
"Kuasa? Sehebat apa kuasa lo? " kata Dika. Mereka tertinggal obrolan para cowok itu. Sehingga sampai bab yang belum mereka mengerti.
"Gue bisa maklumi. Anak yang dibesarkan dari keluarga tak berpendidikan pasti tidak tau apa itu bisnis? Apa itu kuasa? " suara Veri terdengar merendahkan.
"Ya! Tidak berpendidikan?! Apa memperbudak teman sendiri itu sikap berpendidikan? "
"Ribuan kali gue jelasin, otak kampung elo tu nggak bakalan ngerti Dika. "
"Brengsek! "
Bukk.
Fina tercengang saat mendengar suara pukulan. Entah siapa yang dipukul. Amel dan Fani hanya bisa mendengar pukulan kedua. Dilanjut sorakan dari teman-teman Veri,menyemangati bos besar mereka.
"Dasar cowok! Temennya berantem bukannya dilerai, malah disorakin. "
"Sebenernya cewek juga gitu kan Mel? " kata Fani nyengir.
"Gue telepon disipliner dulu. Karena Kak Veri sering bikin ulah, gue jadi tau deh polisi sekolah. Tapi ini nomor baru Fin. Gue dapet dari Ayu kelas Ipa. Pawangnya Dika."
"Halo Kak Alfin? .. Kak, Kak Veri sama Kak Dika berantem di belakang sekolah kak. .. Iya.. Makasih kak."
"Kak Alfin anggota Basket? Yang digadang-gadang akan jadi ketua tim basket?" tanya Fina takjub.
"Yups.. Keren kan gue? "
"Tapi Meeel.. Otak lo jalan nggak sih? Kak Alfin kan masih juniornya Kak Veri? Sama aja Kayak Kak Dika. "
"Oneeeng. " Amel menepuk jidatnya. "O iya gue lupa.. Duh, gimana dong Fiiiiin.. "
"Kenapa lo nggak telfon ke Kak Damar atau kak Vicky aja siiih? Seenggaknga mereka semua senior kita. "
"Udah terlanjur Fin. Kita liat aja apa yang terjadi. "
"Hentikan! Berhenti Dik! " terdengar hardikan Alfin.
"Nggak usah ikut campur Fin!"
"Tentu harus ikut campur. " suara dari Pak Muji. "Seluruh penghuni sekolah ini, jika ada yang berbuat keributan, siapapun berhak ikut campur. Apalagi kalian berbuat keributan di lingkungan sekolah. Kalian semua, ikut bapak ke lapangan! Ambil posisi push up. Tahan seperti itu sampai pulang sekolah! "
Keadaan yang sempat ricuh itu dibubarkan Pak Muji. Dan semua siswa yang terlibat mendapat sanksi dari Pak Muji kecuali Veri. Ia diberikan sanksi yang berbeda. Entah dimana, dan melakukan apa.
"Kakak lo selalu bebas dari disipliner. Kenapa sih Mel? " tanya Fina saat mereka keluar dari toilet.
"Gue nggak tau Fin. Udah! Jangan bahas kakak gue! Gue pusing, " kata Amel menolak pertanyaan Fani.
Untuk terakhir kalinya Amel memotret Dika dari kejauhan. Cowok itu sedang dalam posisi push up. Peluh sudah membasahi bajunya.
"So cute.. " komen Amel..
"OMG.. Wake up Mel. Udah bel. Ayuk!! " Fina menarik Amel menuju kelas mereka, atau mereka akan tetap disitu sampai pulang sekolah.
Sial, Amel terlalu terobsesi dengan Kak Dika. Dan sama seperti kakaknya yang ngeyel, tidak ada yang bisa menghentikan Amel kecuali Fina. Itupun hanya mencegah dalam kadar-kadar kecil saja.
T B C . . .
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top