Chapter 16 : Childish? Memang
"Ujian seni budaya minggu depan adalah praktek seni musik modern. Kalian mainkan istrumen apapun yang kalian bisa." terang Bu Lestari, guru Seni Budaya.
"Yes! Evaluasinya di ruang musik kan bu? " tanya Leo pemegang Bass di band Romeo.
"Iya Leo. Tapi tolong, bawakan musik yang jelas ya?! " sindiran dari Bu Lestari memicu sorakan seluruh kelas.
"Iya, huuuuuuu... "
"Musik yang ada nadanya. Jangan kentongan pecah lu jadiin nada! " komen Bima. Si cowok gendut beragama katolik.
"Iyeee.. Lu ngasal kalo pilih lagu. Bikin kuping pecah! " kali ini celetukkan Indah si ranking satu. Saingan Alfin dalam akademik. Sejauh ini, Alfin selalu kalah.
"Ngemeng aja lu pada! " kata Leo membela dirinya.
Saur manuk di kelas tersebut segera diredakan Bu Lestari. "Sudah sudah! Jangan ribut sendiri! Ingat itu ya! Minggu depan! Nggak ada alasan belum latihan!! "
"Iya buuuu.. " kompak seluruh kelas.
Musik, √
Olahraga, √
Akademik, √
Pacar, √
Dika mencontreng beberapa hal dibuku tulisnya. "Waaaah.. "
"Kenapa? " Alfin bertanya penuh selidik.
"Gapapa.. Ngitung utang! " jawab Andika asal. Segala aspek tadi Alfin kuasai dengan baik. Ditambah lagi fotografi √, penulis √. Jan, jenius sekali otak si Alfin.
"Fin, mau ke pasar malem nggak? "
"Ngapain? "
"Naik wahana. "
"Mending ke dufan naik roller koaster! " kata Alfin.
"Iya yaa.. " Dika lupa, Alfin juga seorang Pangeran. Seseorang yang hidup di kelilingi kemewahan. Pasar malem? Bukan kelas Alfin. Sementara itu, Andika saat bersama Ayah Bundanya hanya sering main ke pasar malam dengan kak Kahfi dan Zahra. Itu saja sudah menyenangkan.
"Tapi gue sibuk! Nanti aja habis UTS! " kata Alfin langsung membuat Andika menekuk mukanya.
"Lama amat. Besok aja udah weekend? "
"Weekend gue ngedate sama Ayu! "
Hiks, nasibnya jomblo di hari weekend. Nyari temen buat hang out aja susah. Semua pada milih sama pasangan daripada sama temen seperkelaminan.
"Gue ke perpus aja deh, "
Andika menyusuri koridor hendak ke perpus. Lumayan, dia akan meminjam buku Kabayan Tea lah untuk mengusir kegalauannya di weekend nanti. Atau mencari berita di kolom koran sekolah.
Bruk!!
"Dasar bego! Bawa tuh yang bener! Kenapa sampe jatuh!, " seorang yang tampak geez sedang ditindas oleh Veri dan teman-temannya. Veri mengomeli cowok geez itu karena menjatuhkan salah satu tas yang dibawanya. Jumlahnya ada 4 tas. Walaupun tas-tas itu isinya paling hanya satu buku tulis sama bolpoin doang.
"Tau! Mau dipatahin nih ni anak. " kata Joni salah satu pengikut Veri.
"Jon, sentil aja jidatnya!" perintah Veri.
Joni menurut menyentil jidat si cowok geez sampai dahinya memerah.
Penindasan di sekolah? Masih zaman aja sekarang. Dimana peran guru di sini saat ada seorang murid yang menerima ketidak adilan?
Saat Andika melewati rombongan Veri, Veri menghentikan langkah dan beralih perhatian ke Andika.
"Heh, elo anak baru!"
Andika malah celingak-celinguk. Dia bahkan mengecek tembok segala. "Cat temboknya baru ya? Baru ngeh gua. Bisa ngomong lagi." kata Andika sambil mengelus si tembok penuh hati-hati.
"Lo ngeledek gue? " Veri menarik kerah belakang Andika tiba-tiba.
"Santai dong! " sentak Dika. Tak ada rasa takut sedikitpun pada senioritas Veri. Atau pun kenyataan Veri adalah anak pemilik sekolah Umja.
"Tundukin pandangan lo! " perintah Veri dengan hardikan keras.
Dika tak menurut.
"Tundukin! " kata Veri lagi.
Lagi-lagi Andika tetap memandang Veri berani.
"Bugh!!!! @$#*" Veri menonjok muka Andika. Ia begitu marah dengan juniornya yang kurang ajar ini. Beraninya Dika memandang berani Veri.
"$$$$$$#*~~. Cumi! " umpat Dika kesal. Dia ingin membalas Veri, namun seseorang menahannya. Joni.
"Lepas! Kamplet! Lepasin gue!" Andika didekap Joni dengan erat. Dan Dika tak bisa berkutik karenanya. Karena memang, antek Veri yang satu ini berbada besar dan tinggi.
Priiiiiiiiiit... Bunyi peluit terdengar panjang dan melengking. Seluruh pemilik telinga dalam radius sepuluh meter menutupi kendang telinganya Karena terganggu. Seketika menghentikan perseteruan Dika dan Veri.
"Ada apa ini? " gelegar suara Pak Muji.
"Saya akan jelaskan pak! " kata Veri lantang. "Dika, dengan sikap congkaknya tidak menghormati saya! "
"Apa benar Andika? "
"Dia sendiri menindas temannya Pak. " bela Andika pada dirinya sendiri.
"Nindas!? Heh, Si Hafis ini punya utang sama bos gua! Ya kan Fis? " si Joni angkat bicara sambil menepuk punggung Hafis keras.
"I~iya pak. Saya punya utang sama Veri buat beli HP. Bayarnya pakai tenaga saya pak. "
Tik. Veri menjentikkan jarinya. "Udah jelas kan? Lo jadi junior nggak usah sok tau deh! Ini udah urusan gue sama Hafis. Berkat gue, Hafis udah punya android. Nggak lagi pakai hp tutit-tutit. "
"Tapi kalian sudah bikin keributan di sekolah. Bapak akan menambahkan poin di buku catatan ketertiban kalian! " kata Pak Muji tegas.
"Silahkan pak Muji, " kata Veri dengan sopan. "Kami boleh pergi dulu? " pamitnya.
"Ya sudah! " Veri dkk dan Hafis yang membawa 4 tas dengan kether itu berlalu pergi. Kerumunan siswa yang menonton juga dibubarkan oleh Pak Muji.
"Kau lagi Dika! Jangan cari masalah sama Veri ya! " Pak Muji mengingatkan.
"Siap pak, " kata Dika tak mau memperpanjang masalah. Lagipula bukan Dika namanya kalau tak berani melawan. Dia akan membalas apa yang orang lain lakukan padanya. Padahal dirinya sendiri pun orangnya juga isengan. Hehehe.. Childish? Memang.
***
Perjumpaan dengan Veri memberikan Andika beberapa ilham. Dia jadi greget mau melukis gambar badai di laut. Adrenalinnya juga sempat naik kala Veri memukulnya namun Andika belum sempat membalas karena keburu ditahan oleh Joni. Muntab benar saat Veri dengan seenak udelnya menariknya dan memberikan bogem mentah.
Saat ia kembali dari perpustakaan, Andika mendengar bel berbunyi selama 5 kali. Tak biasanya karena bel masuk istirahat biasanya hanya 3 kali.
Terlihat Alfin yang malah berjalan keluar dari kelas.
"Fin, mau kemana? Udah masuk nih? "
"Rapat. "
"Wkwkwk... Udah kayak orang penting aja. " tawa Dika pudar kala mengingat siapa alfin.
"Udah sana masuk kelas! " perintah Alfin pada Dika.
"Iyeee iyee pak kekel, " jawab Andika patuh.
"Kekal kekel! Keringat keling apa!! " komen Alfin sebelum beranjak pergi.
Andika tertawa dengan humor Alfin yang sedikit agaknya lucu. Tapi Dika tertawa juga biar kesannya lucu aja. Kasian nanti ndak kecewa yang bikin humor.
Hiii, selamat jalan Fin.. Huhu... Author syedih, 😷
Di daerah #thorkhol# sekarang lagi usum maling. Banyak modus penjarahannya. Suasana mencekam bahkan ada lockdown maling.. Dikarenakan situasi ekonomi yang sedang sulit. ..
Semoga lekas sembuh Corona,,
Semoga lekas tobat maling.. 😖
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top