Chapter 15 : Telat
...
7Next😉
"Yah, mau kemana? " Alfin kecil berusia 10 tahun melihat ayahnya yang bersiap-siap.
"Mancing, Fin. Bawain tendanya yha! " jawab ayahnya dan memasukkan beberapa bungkus mie instan dan kopi instan.
"Iya. Bunda sama mbak Ratna nggak ikut? "
"Engga. Mereka lagi Q-time ke toko kerudung. Kalo kita Q-timenya mancing aja yha? " Ayah Alfin bekerja sebagai Mekanik di sebuah industri swasta di Malang. PT Angkasa. Kebetulan hari ini hari Sabtu sehingga ia sebagai seorang ayah memanfaatkan waktunya dengan anak laki-lakinya.
Alfin melompat senang. Hanya ada dia dan ayahnya saja.
"Yey .. Ayok Yah! "
Setelah semua perlengkapan siap, Ayah Alfin yang bernama Rosid Abdullah mengajak anaknya untuk mengikutinya.
"Mancing dimana, Yah? Waduk atau kali? "
"Ke kali aja ya Fin? Ayah bosen di waduk. "
Alfin meyanggupi saja. Asal bisa bersama ayahnya, ia merasa aman walau dimanapun tempatnya.
Setelah mengendarai sepeda motor Shogun selama 15 menit kedua Ayah dan anak itu sampai di kali kanal.
"Alfin punya cita-cita apa? " tanya Ayah disela mereka memancing.
"Jadi seperti ayah. "
"Kenapa? " Ayah tertawa.
"Karena ayahku keren. "
"Hahaha... Jadilah orang yang berguna Fin. Itu lebih dari apapun. Kau akan jadi matahari yang akan menyinari banyak orang. " nasihat ayahnya.
"Matahari kan panas Yah. "
"Itulah hebatnya matahari. Dia memang panas. Dia lebih kuat daripada kita. Tetapi justru tanpa panasnya, semua makhluk akan mati. Jadilah seperti itu. Tanpamu, orang lain akan merasa kehilangan. "
"Seperti Alfin yang akan kehilangan ayah kalau ayah pergi? "
"Yaaa.. Memangnya ayahmu mau kemana? " Ayah merangkul anak lelaki kesayangannya. "Ayah akan hidup selamanya dalam fikiran dan hatimu Fin. "
"Woa.. Pancing Alfin gerak yah. " suasana langsung heboh karena kail pancing yang ditarik dari dalam air.
"Bagus Fin. Tarik! Ayo Alfin! Ayo!! "
Suara ayah mengabur. Digantikan background gelap saja.
Diri Alfin kembali ke raganya yang dewasa. Perlahan, ia membuka matanya yang berat.
"Wha!! Jam setengah tujuh! " teriak Alfin melihat jam dinding kamarnya. Segera saja ia tergesa-gesa bersiap berangkat ke sekolah.
On & on. Kantuknya langsung hilang seketika. Ini kali pertama dalam sejarah Alfin di Umja, ia terlambat datang ke sekolah. Selama ini dia adalah anak teladan. Bukan anak telatan.
Benar saja. Pintu gerbang sudah rapat tertutup saat Alfin datang bersama motor CBR nya.
"Pak Mujiiii... " panggil Alfin pada guru BK merangkap guru olahraga itu. Gaswat. Ternyata guru piketnya Pak Muji. Sang guru Killer.
"Alfin? Kau Alfin? " Pak Muji bertanya takjub.
"Iya pak. Saya telat pak. "
"Astagaa ... Ini kejadian luar biasa. Bisa-bisanya kau terlambat. "
"Maaf, pak. Saya kesiangan. "
Pak Muji membuka gerbang dan membiarkan Alfin masuk beserta motornya.
"Parkir motormu dan langsung menghadap bapak disini! "
"Baik pak. "
Pak Muji akan menutup gerbang, namum teriakan seseorang menahannya lagi.
"Chotto matteeee!" (B. Jepang dari tunggu dulu..)
Andika berlari setelah turun dari angkot. Tapi Pak Muji malah mengunci gerbangnya.
"Pak, pak ... Tolong bukakan gerbangnya pak! Saya minta maaf pak. "ratap Andika.
"Beraninya kau ya, sudah terlambat meminta dibukakan gerbang? Memangnya kau tak merasa bersalah apa?! " kata Pak Muji tegas.
"Saya akui saya telat pak. "
"Bapak tak butuh pengakuanmu. Bapak butuh komitmenmu. Kau boleh masuk, asal menerima hukuman dari saya. Baru beberapa hari sudah bikin ulah. "
Pak Muji pun membukakan gerbang dan membiarkan Andika masuk.
"Pel ruangan guru sekarang!" titahnya.
"Baik paak. " jawab Andika lesu.
***
Andika memandang ruang guru yang luas. Waaah.. Ada kira-kira 70 bangku guru berhadapan. Terbayangkan? Ruangan seluas apa itu. Dan ditambah ruang kepsek yang menyendiri ukuran 3*3 meter.
"Gila! Mimpi apa Gue semalem? " desah Andika. Ia mulai mengepel dari sudut dalam.
Banyak guru sudah memasuki kelas. Sehingga ruangan hanya tersisa bangku-bangku guru dan berkas. Disamping ruang luas ini juga ada ruangan untuk rapat tertutup seluas 10* 15 meter.
"Lo juga telat Dik? " sebuah suara menyembul dari belakang Dika.
"Alfin! " Andika langsung sumringah senang. Ternyata ia tidak telat sendirian. Alfin sedang mencelupkan pell dan memerasnya.
"Nggak usah alay. Cepet rampungkan kerjaannya! " perintah Alfin.
"Iye iyee.. Wkwk. Alhamdulillaaah.. " syukur Andika.
Setelah mengepel seluruh ruangan yang lumayan menguras tenaga, keduanya kembali ke kelas. Alfin menempelkan selebaran pengumuman dulu sebelum kembali masuk ke kelasnya.
Pelajaran Bu Endang mapel antropologi menyambut mereka di jam pertama pelajaran.
***
Istirahat pertama keadaan rikuh oleh banyak obrolan mengenai pemilihan cover boy. Ini memang keadaan baru di Umja. Kali pertamanya covernya diambil dari murid Umja. Maklum saja. Pengadaan majalah sekolah baru berjalan selama satu tahun ini.
"Fin, lo bisa motret kan? " tanya Dika di sebelah Alfin.
"Bisa. Kenapa? " jawab Alfin tak acuh.
"Potretin gue! Gue mau daftar jadi cover boy sekolah! " perintah Andika.
"Hmm, gue cari jadwal kosong dulu. "
"Ya elah. Katanya lo ekskul fotografi? Ini kesempatan lo menguji kreatifitas elo Fin! "
"Iya. Tapi gue sukanya moto tanaman. Bukannya orang? "
"Hek? " Andika terheran.
"Bentar lagi juga turnamen antar sekolah. Latihan bakset semakin padat Dik. Lo mau dikeluarin dari tim?"
"Iyee iyeee.. Cuma beberapa jepretan juga ah, " jawab Andika sedikit malas. Beginilah berteman dengan Alfin si anak teladan. Sampai kegiatan ekskul pun nggak ada matinya.
Next.. To August Alfin 🧗♂
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top