Chapter 13 : Raja Iblis Coming Soon
"Sudah lama, Fin? " Ayu menghampiri Alfin yang sedang membaca majalah di sofa. Hampir saja ketiduran karena mengantuk menunggu Ayu yang lama.
"Hm? Lumayanh.. " Alfin berkata jujur. Hampir satu jam dia menunggu.
"Maaf yaa.. " Ayu meminta maaf menyesal. Ia ingin menaruh teh panas yang baru saja Ayu buat. Meski sudah ada kopi dari bi Asih.
"Aku buatin teh, Fin. "
"Kan, udah ada kopi? "
"Nggak papa. "
Namun saat berjalan menghampiri Alfin, kaki Ayu tersandung karpet dibawah meja. Alhasil, sebagian teh panas itu mengguyur tangan Alfin.
"Astaghfirullah panas!! " ucap Alfin kaget.
Ayu terperangah dengan sikap cerobohnya. Dia begitu terlihat bodoh saat ini. "Maaf, Fin. Aku ambilkan lap, ya?"
Gadis remaja itu kemudian tergesa mengambil lap di atas lemari dapur. Tak lama ia kembali dengan lap handuk dan air dingin.
Dengan hati-hati ia menyeka bekas tumpahan teh yang memerah itu.
"Sakit nggak? " tanya Ayu khawatir.
"Sakit," jawab Alfin.
"Maaf, ya. " Gadis itu bahkan tak berani menatap kembali ke manik netra Alfin yang sepertinya sedari tadi memandangi Ayu. Atau memang hanya perasaan Ayu saja? Terlebih, Ayu merasa sangat bersalah pada Alfin.
"Yu? " Panggil Alfin.
"Iya? "
"Kamu ikut pementasan drama seangkatan nanti ya? Bagianmu drama. Kalau nanti aku bakal nyuguhin band. Dan ada lagu spesial buatmu. "
"Spesial? "
"Iya. Ikut dulu ya? "
Sejenak Ayu terdiam sebelum berkata. "Kamu ke sini buat ngajak aku main drama? "
Alfin menyadari kecerobobannya. Ayu pasti salah paham. "Aku ingin tahu juga. Bagaimana stalker itu menciummu? "
"Aww! " Alfin berteriak karena Ayu menekan luka bakar Alfin. "Kenapa marah? "
"Karena adegan itu menjijikkan Fin! Kamu malah ngingetin aku!! "
"Duuuh.. Sakitnya lenganku. Tapi aku bakal lebih sakit kalau dia berhasil nyium kamu. "
Ayu tak menggubris gombalan garing Alfin. "Cowok itu berkata: sok kecantikan banget sih lo! Yang ngantri buat gue cium itu banyak! Lo harusnya bersyukur dapat giliran dari gue! Sambil nyengeram pipiku. Buat bibirku monyong. Terus dia juga moyongin bibirnya! Iuh. Aku bener-bener muak Fin" cerita Ayu menggebu. Dia sudah sedikit lupa dengan rasa bersalahnya.
"Wah. Brengsek banget tuh orang. Player banget pasti dia! "
"Kalau saja itu kamu, beda Fin ceritanya."
Kalau saja Alvin sedang minum saat itu, mungkin airnya akan menyembur keluar. Atau ia kesedak kacang goreng ditenggotokannya. Omongan Ayu barusan sedikit fulgar.
"Kalau saja nggak ada stalker itu, mungkin kita belum kenal Yu.. Makasih gih ke mas stalkernya. Siapa namanya? Indro? Paijo? " kata Alvin mengalihkan kekikukannya.
"Doni. " kata Ayu tertawa.
Mereka tertawa sesaat. Berada didekat orang yang disayang memang berbeda. Bahan obrolan apapun menjadi menyenangkan. Alfin tak tahu, apakah ia sudah jatuh secara nyata ke dalam rasa yang disebut cinta monyet ala remaja. Namun menghabiskan waktu dengan Ayu membuatnya melupakan dunia, waktu, bahkan kesedihannya.
Benarkah ini rasa suka?
Nyaman. Hanya nyaman.
***
Alfin dan Ayu menjadi semakin dekat ke depannya. Hal itu tak luput dari pantauan Dika yang bak bayang-bayang dalam kehidupan Alfin.
"Le, cewek itu siapa? Primadona sini ya? " tanya Dika pada Leo.
Mereka sedang makan somay di kantin dan menyaksikan Alfin dan Ayu yang ngobrol ria sambil makan bakso. Mesra nian. Bikin para jomblo meringis perih. Karena melihat pasangan idealis seperti di cerita novel. Mungkin berbeda jika pasangan bergigi tonggos atau rambut kribo, mereka berdua mungkin tak menggubris.
"Bukan. Banyak cewek cantik disini. Jadi gue gak nganggep dia primadona. Tapi disini ada Raja Iblis. Dia anak dari pemilik saham terbesar di Sekolah Umja ini. Namanya Veri! " cerita Leo.
"Masa? Dari sejak pertama masuk sekolah adem ayem aja. Kemana tu Iblis?? "
"Dia emang sering nggak masuk. Kadang sampai dua minggu. Tapi kabarnya dia hari ini masuk! "
Tiba-tiba saja kantin yang biasanya bising oleh obrolan menjadi hening. Beberapa anak menyingkir saat seseorang dan tiga temannya yang lain lewat. Orang itu penuh hawa kuasa. Matanya menyorot tajam. Wajahnya tegas dan garang. Rambutnya disisir asal dan beberapa kancing atasnya dibuka memperlihatkan kaos putih dalamnya. Dandanan badboy yang familiar.
"Setdah. Dia iblisnya Le? " bisik Dika sepelan mungkin.
"Iyee.. Jangan diliat. Nanti lo kena. " Leo tak perlu berkata dua kali. Veri dkk menghampiri meja keduanya. Veri tiba-tiba menarik kerah kemeja Dika dan menghentaknya sampai berdiri.
"Lo yang namanya Dika? " kata Veri penuh penekanan disetiap katanya.
"Dika siapa? "
"Kenapa ini Ver? Jangan main kasar! " lerai Alfin.
"Nggak usah mbacot lo Fin!! Gue nggak ada urusan sama lo!! " kata Veri sarkastik. Alfin tetap jaga jarak. Takut Veri bertambah muntab.
"Dika Surya! Elo kan? "
"Iya. Tolong lepasin baju gue! Bikin lecek tau nggak! " Dika menghentak tangan Veri sampai terlepas. Sempat tersulut emosi karena sikap Veri yang kurang ajar.
"Tanjirr! Lo berani nantang gue ha?? " Veri melayangkan bogem mentah. Dika menghindar dengan kecepatan tepat. Sehingga terhindar dari pukulan.
"Kakaaaaak! " lengkingan suara cewek menghentikan perkelahian. Ia menghampiri Veri yang meledak. "Kakak udah janji kan nggak ngapa-ngapain bang superheroku! " cewek itu kesal.
"Tadinya iya. Tapi dia udah kurang ajar Mel! "
"Kakak jangan marah disini dong! Kantinnya jadi rame banget nih. Amel nggak bisa makan jadinya." Veri mendengus kesal. Ia menatap Andika penuh kebencian dan berjalan dengan menabrak sebelah bahu Dika. Sepertinya tantangan permusuhan.
"Dia kakakku kak Andika. Maaf ya? "
"Hhhh.. Baguslah elo pawang kakak lo. " kata Dika. Dia cukup terpana gadis manis itu punya kakak yang menyebalkan seperti Veri.
Raja Iblis? Cooming Soon..
Ternyata cukup sulit nulis bab pacaran padahal authornya ndiri jomblo.. Huee.. Bakal ditampung semua masukannya Ganss.. Terimakasih.. 😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top