29). Coincidence or Fate?

Nevan mengalihkan pandangan dan tatapannya langsung terhubung dengan sepasang mata yang tepat pada saat itu juga sedang menatapnya. Keduanya refleks terperanjat dengan dramatis.

Masalahnya, keduanya saling tertangkap basah sedang menguping pembicaraan Naura dengan General Manager Hotel Celestial, yang pendeknya dipanggil Yusuf.

Nevan lantas berpura-pura seakan tidak melakukan tindakan ilegal sebelumnya, sementara pelaku lain yang adalah Vio Harvey, mendekatinya dan merangkul sepanjang bahunya.

Tinggi badan keduanya tidak seimbang karena Nevan lebih tinggi dari Vio, tetapi itu tidak menghalanginya untuk berbisik, "Tell me, do you know that guy?"

Nevan sempat menatap Rio dengan risih sebagai jawabannya, tetapi mendadak dia sadar apa alasan Vio mendadak kepo seperti itu.

Karena sama seperti Vio yang menangkap basah papanya menatap kakaknya dengan tatapan yang tidak layak jika disebut biasa-biasa saja di ruang Kepala Sekolah waktu itu, Nevan juga memergoki keduanya.

Dan saat itulah Nevan langsung mengerti kalau papa Vio mempunyai perasaan tersembunyi pada kakaknya.

Haruskah dia senang dengan kebenaran ini? Nevan tidak tahu. Yang jelas, pada detik ketika dia melihat tatapan Naura pada mantan teman dekatnya, Nevan tahu kalau urusan keduanya belum selesai.

Tampaknya Naura sama seperti Nevan; memilih menghindar dan mengabaikan sumber permasalahan, alih-alih menghadapinya sendiri.

"As you see, he's my sister's old friend."

"Dari ekspresi lo sekarang, gue yakin lo lebih tau dari yang seharusnya," tebak Vio yakin.

"Dan perlu gue ingatkan, lo sama sekali nggak ada urusannya sama mereka," balas Nevan datar. Cowok itu melepaskan dirinya dari belenggu Vio kemudian melanjutkan langkah untuk bergabung bersama yang lain mengambil daging mentah yang sudah dibumbui langsung oleh kepala Chef di dapur terbuka.

"Gue sebenernya nggak mau bilang, tapi karena lo pacarnya Tamara yang mana adalah saudari angkat gue, gue merasa nggak ada salahnya kalo lo tau tentang--"

"Gue paling benci sama orang yang bertele-tele, apalagi jenis kelaminnya cowok," potong Nevan terus terang, mengabaikan ekspresi Vio yang seakan sedang ditampar. "Kalo mau bilang, ya bilang. Dan kalo nggak mau bilang, ya nggak usah bilang. Nggak penting juga bagi gue."

Tepat pada saat itu, Harris membalikkan tubuhnya dan segera berhadapan dengan Nevan yang sedang mendekat ke meja panjang di mana daging-daging tersusun dengan rapi. Bisa ditebak sebanyak apa daging di atas dua piring Harris hingga dia kelabakan membawanya.

Nevan refleks mengambil alih salah satu piringnya dan membawanya ke meja di mana Harris duduk sepuluh menit yang lalu, sukses membuat pemilik piring melongo selebar-lebarnya.

Sementara Vio, cowok itu menghela napas panjangnya karena barusan dia mengira setidaknya Nevan bisa diajak kerja sama untuk berkonspirasi.

Misinya? Tentu saja menyomblangkan Rio dengan Naura setelah menendang Yusuf jauh-jauh.

Tetapi siapa sangka hasilnya tidak sesuai dengan harapan Vio, yang akhirnya membuat cowok itu memutuskan untuk pasrah saja.

Mereka semua kembali ke sofa setelah mengambil daging sesuai keinginan mereka. Berbanding terbalik dengan Harris, porsi daging yang Tamara ambil terlampau sedikit, hingga Clarissa yang duduk di seberangnya mengira kalau cewek itu sedang menjalani program diet.

"Ra, daging lo dikit amat sih. Lo lagi diet apa nggak doyan sama daging ginian?" tanya Clarissa kepo sementara Alvian menikmati kegiatannya membolak-balik daging dengan penuh penghayatan, seakan sedang mengiklankan daging premium di channel Youtube-nya.

"Kayaknya nggak cuma Tamara, deh. Bu Naura juga makan dagingnya dikit banget," balas Alvian sembari melirik isi piring milik Naura, tetapi pura-pura kembali sibuk dengan panggangan dagingnya ketika mata milik Naura balas menatap tajam.

"Kak Naura memang nggak sedoyan itu sama daging," kata Nevan yang tidak disangka-sangka menjawab keingintahuan yang lain. "Kakak pesan khusus sama Chef-nya aja, aku yakin dia nggak akan keberatan."

Naura seperti hendak protes, tetapi tidak jadi setelah menimbang selama beberapa detik. Akhirnya yang diucapkannya adalah, "Nggak usah. Udah cukup, kok."

Di meja mereka telah disiapkan makanan pendamping seperti kimchi, acar, cabai hingga sayuran semacam selada sewaktu mereka mengantri untuk mengambil daging. Meski Tamara tidak doyan makan daging sehebat Harris yang bahkan perutnya bisa muat empat kali lipat dari porsinya, cewek itu cukup ahli dalam membungkus daging berbumbu seperti yang biasa dilakukan para pemain drama Korea.

Setelah membungkusnya dengan rapi yang ukurannya cukup dimakan dalam sekali suap, Tamara mengarahkannya pada Naura yang duduk di sebelahnya, teknisnya di antara dirinya dan Alvian.

"Kalo cuma makan daging doang saya juga nggak doyan, Bu. Tapi kalo dicampur sama banyak variasi gini rasanya jauh lebih enak. Ibu cobain, ya?"

Naura sempat kaget karena tidak menduga Tamara membungkuskan daging untuknya, namun yang lebih mengagetkan lagi adalah, bagaimana reaksi Naura selanjutnya.

Naura refleks membuka mulutnya untuk menerima suapan dari Tamara, yang berhasil menarik senyum Nevan hingga matanya melengkung.

Rupanya selain karakter mereka sama, mereka juga sama-sama tidak bisa menolak kasih dari Tamara Felisha.

Entahlah, apakah Tamara mempunyai semacam magnet yang sukses membuat keduanya 'tunduk'?

Berbeda dari area meja Naura yang tampak agak tenang, meja satunya lagi tampak terlalu heboh. Selain kesengitan antara Vio dengan Harris yang sepertinya tidak kunjung kelar, interaksi antara Harris dengan Vica juga tidak bisa dibilang kalem karena keduanya senang memberikan komentar atas makanan yang mereka santap, mengalahkan komentar para wisatawan asing yang mencoba makanan baru di negeri lain.

Sepertinya hanya Talitha dan sang Kepala Sekolah yang jauh lebih waras untuk sementara ini.

"Gila, ini bener-bener santapan paling spektakuler menurut gue," puji Vica dengan mata berkaca-kaca, sukses menghayati makna enak yang sesungguhnya.

"Lebih enak lagi bungkus kayak gini, Vic. Lo cobain deh," kata Harris sembari mengulurkan bungkusan sayuran berisi daging ke mulut Vica yang segera menerimanya dengan membuka mulutnya selebar mungkin.

"YA AMPUN, RIS!! Ini ENAK BANGETTT!!" pekik Vica dengan ekspresi terharu, membuat Harris tersenyum bangga.

"Lo tau nggak kenapa bisa enak gini? Gue banyakin bawangnya. Rupanya selera kita sama, ya?"

"Ya iyalah, gue kan diciptakan dari salah satu rusuknya elo," jawab Vica ngegombal, yang efeknya tidak hanya membuat semua temannya yang mendengar auto keselek, tetapi Rio juga terbatuk mendengar pernyataan ini.

Sepertinya Naura juga, karena mendadak saja wanita itu berdeham dengan tekanan yang tidak perlu.

Mereka selesai makan satu jam kemudian (tampaknya duo Harris dan Vica sangat tidak rela meninggalkan Hotel Celestial), lantas semuanya kembali ke meja depan lobby untuk mengurus pembayaran. Vio dan semua temannya serempak untuk menunggu di mobil, yang bagi Rio adalah situasi yang mendukung karena pria itu mencondongkan tubuhnya untuk berbisik pada wanita yang berdiri di balik meja tersebut. "Permisi, Bu. Apa saya boleh menitipkan sesuatu ke Bapak Joseph Pratama?"

"General Manager Hotel Celestial, maksud Bapak?" tanya petugas lobby itu sambil tersenyum ramah. "Tentu saja boleh. Nanti akan saya serahkan langsung ke Pak Joseph."

Rio mengambil kartu namanya sendiri di dompet lantas mencatat deretan nomor ponsel yang sudah dihapalnya di luar kepala di balik kartu nama tersebut, lengkap dengan nama seseorang.

"Terima kasih, Bu. Mohon serahkan secepatnya ya, terutama sampaikan ke Bapak Joseph untuk perhatikan pesan yang saya tulis ini."

Rio tidak sadar kalau sedari tadi Nevan mendengar semuanya. Dia lantas bertanya-tanya apakah ini takdir yang semesta sengaja atur di antara mereka, karena baginya semua ini serasa terlalu kebetulan.

Bersambung


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top