27). Celestial Hotel
NB : Aku punya temen yang bisa dibilang dekat. Dari awal tulisanku yang ini, dukungannya kuat banget sampai bikin aku terharu. Kebetulan dia punya karya seputar dunia chef sedangkan aku punya karakter Harris sama Vica yang doyan makan. Jadi tuh timbul ide dari dia, gimana kalo kita kolaborasi silang? Jadi ada karakter tertentu yang diceritakan seakan mampir ke situasi dalam novel yang diceritakan oleh teman aku ini. Nah, jadi Harris dan teman-temannya ini mampir buat ikutan event buffet yang diadakan oleh Hotel Celestial (ini nama hotel dari karya penulis temanku ini).
Jadi ini deh hasilnya, bahkan ada beberapa karakter seperti Naura ternyata punya masa lalu yang ada hubungannya sama salah satu karakter dalam karya temanku ini.
Penasaran? Dibaca terus, ya. Yang penasaran sama dunia chefnya temanku. (itszeb) judulnya "Cooking Space". Nggak usah ragu lagi ya, penulisnya ramah kok. Dia membantu aku dalam menemukan ide dan inspirasi terkait kolaborasi silang ini atau sebutan kerennya crossover.
Akhir kata, izinkan saya menyertakan ini ya :
"Semua nama tokoh, karakter, dan tempat dari cerita lain telah dipergunakan dengan seizin penulis."
Happy reading, saya tetap menantikan banget kritik dan saran, serta votenya ya ❤️
Terima kasih.
zZz
Harris begitu menanti masa di saat dia akan menikmati santapan barbeque ala Korea dengan lidahnya sendiri, sehingga dia yang paling bersemangat dan bersedia menceritakan imajinasi liarnya kepada siapa saja yang mau mendengarkan.
Tepat seperti dugaan semua orang, Alvian Febriandy memenangkan posisi Ketua OSIS dan baru saja dilantik secara resmi pagi ini. Senyum lebarnya terlalu mendominasi sepanjang pagi, bahkan cowok itu berani mengajak Naura bercanda di sela-sela pelajarannya di kelas.
Untung saja, Naura berbaik hati untuk tidak memukul bagian bokongnya dengan rotan.
"Eh jadi gimana, lo udah tentuin belum satu pasang tersisa untuk memenuhi syarat VIP buffet-nya?" tanya Harris pada Vio. Mungkin karena saking tidak sabar menanti tanggal 4 September tiba, cowok itu sampai lupa kalau dia dan Vio tidak seakrab itu untuk berbicara satu sama lain.
Meskipun demikian, Vio tidak protes. Lebih tepatnya, dia tidak mempunyai ide untuk membalas pertanyaan dari Harris dengan sindiran seperti biasa. "Udah. Mau tau siapa?"
"Mau," jawab Harris cepat. "Meski itu nggak akan memberikan efek apa pun ke gue. Gue hanya perlu siapkan perut kosong dan mulut lebar gue untuk makan."
"Walau Pak Rio dan Bu Naura orangnya?" pancing Vio dengan seringai yang tercetak jelas di bibirnya.
Harris masih bergeming selama beberapa detik sebelum menoleh kembali ke arah Vio dengan cepat hingga otot lehernya menegang seketika. "APA???"
Vica terbangun dari tidur ayamnya di sebelah Harris. "Hoaaammm... ini ada apa sih?"
"Si Vio ini bercandanya nggak mikir dulu. Masa dia bilang kalo Pak Rio sama Bu Naura bakal nemanin kita makan buffet?" lapor Harris yang menolak percaya.
"Etdah. Edan bener si Vio. Ajak candanya nggak pake otak kayaknya," respons Vica yang mengucek sebelah matanya khas baru bangun tidur sembari menatap Vio dengan kesal. Ini juga menjadi pelampiasannya karena acara tidurnya menjadi terganggu.
"Terserah mau percaya atau nggak," balas Vio yang sama sekali tidak berniat menjelaskan lebih lanjut, membuat keduanya terbengong-bengong seketika karena gagal paham dengan gelagat cowok itu.
Duo Harris dan Vica saling berpandangan dengan kompak meski sia-sia karena keduanya masih saja gagal paham.
Bagi Vio ini cukup menyenangkan karena selain berhasil menggoyangkan mental mereka untuk sejenak, dia juga tidak diwajibkan untuk menjelaskan lebih mendetail lagi karena meski rencana untuk mengajak papanya serta Naura bisa dibilang sudah positif—–karena telah disampaikan langsung ke papanya di hari yang sama dan segera disetujui, cowok itu tidak tahu apakah Naura akan setuju nantinya.
Semoga saja. Soalnya Vio baru tahu kalau Rio belum pernah mengajak Naura hang out bareng. Jika idenya berhasil, ini bisa jadi progress yang baik meski kesannya jadi kencan massal seperti yang dibilang oleh Nevan.
Lokasi Hotel Celestial cukup jauh dari tempat tinggal mereka, sehingga semuanya sepakat untuk berkumpul di rumah Alvian dan pergi bareng dengan supir pribadinya. Vio tidak mau merepotkan dan dia sudah menghapal lokasinya, jadi dia memilih untuk pergi dengan mobil pribadinya bersama Talitha. Harris dan Vica sama-sama tidak mau repot, jadi mereka setuju-setuju saja nebeng ke mobil siapa, toh tujuannya juga sama; sama-sama pergi ke surganya kuliner untuk memenuhi perut kosong mereka yang sudah sejak tadi mengajak demokrasi.
"Jauh bener, ya." Harris mengeluh sembari mengecek waktu di arlojinya. "Mana macet, lagi. Tau gini gue borong dua piring nasi tadi."
"Wah, kok kita samaan ya, Ris? Gue tadi mikirnya mau melampiaskan perut kosong gue sama daging bulgogi penuh-penuh, tapi nggak nyangka perjalanannya bisa selama ini," timpal Vica dengan nada sedih di barisan duduk bagian tengah di mana dia diapit oleh Harris di sebelah kanan dan Clarissa di sebelah kiri, sedangkan Alvian duduk di sebelah supir bagian depan.
Tamara sama Nevan tidak perlu ditanya lagi. Mereka sudah pasti menempati tempat duduk di paling belakang di mana Nevan sedang membaringkan kepalanya manja di cerukan leher Tamara.
Lucu juga, karena Nevan yang tipe tsundere berubah menjadi tipe super manja sejak kembali ke pribadinya yang dulu.
Semuanya tidak berkata apa-apa lagi sesudahnya, mungkin untuk sejenak lebih memilih menikmati pemandangan malam dari balik jendela mobil milik keluarga Alvian.
zZz
"Kenapa kita harus tunggu di sini, Pak?" tanya Naura dengan kernyitan dalam di antara alisnya. Wanita itu gagal paham dengan perkataan Pak Rio yang mengajaknya untuk tunggu di mobil seakan sedang menunggu seseorang karena kepalanya celingak-celinguk tidak jelas di sekitar parkiran luas milik Hotel Celestial.
Alih-alih menjawab pertanyaan Naura, Rio malah membuka pintu mobil dan keluar dari sana untuk memicingkan matanya ke arah pintu masuk mobil, membuat Naura yakin kalau pria itu sedang menunggu seseorang.
Atau mungkin lebih dari satu orang? pikir Naura yang pada akhirnya memutuskan untuk menunggu perintah Rio selanjutnya.
"Saya lagi nunggu anak saya, dan juga hmm... beberapa temannya," jelas Rio setelah jeda yang agak lama dan mulai yakin kalau Vio tidak mungkin sampai dalam waktu singkat.
"Vio Harvey? Dan beberapa teman?" tanya Naura yang masih saja tidak mengerti. "Bukankah Bapak bilang pertemuan malam ini untuk kepentingan direksi yayasan?"
Rio tampak merasa bersalah selagi mengembuskan napasnya yang terkesan berat dan panjang. "Maafin saya, ya. Hmmm sebenarnya... saya ada alasan untuk itu."
Naura yang merasa ada yang tidak beres, lantas mendengus kesal meski wanita itu masih berusaha menahannya supaya dengusannya tidak terdengar keras, mengingat dia masih menghormati Rio sebagai atasannya.
"Akan saya jelasin. Hmm... jadi gini. Alvian pengen traktir teman-temannya makan buffet all you can eat. Kebetulan hotel ini lagi ngadain event khusus tema Korean Barbeque. Rombongan VIP-nya bersyarat, harus beranggotakan minimal 10 orang. Dan... kita pasangan tersisa yang harus memenuhi syarat itu."
Naura hendak berkomentar, setidaknya menanyakan mengapa harus memilih dirinya untuk memenuhi persyaratan tersebut, tetapi dihalangi oleh kehadiran mobil lain yang mendekat ke area parkir.
Dari ekspresi Rio sekarang, bisa ditebak kalau mobil tersebut sedang ditumpangi oleh Vio Harvey.
Benar saja, cowok itu keluar bersamaan dengan Talitha Venesya yang keluar dari sisi kanan mobil.
Talitha yang belum tahu kelengkapan cerita tentang penambahan dua orang dewasa yang ternyata adalah Kepala Sekolah dan guru killer SMA Berdikari tentu saja memberinya syok yang efeknya cukup besar. Cewek itu segera menutup mulutnya yang terbuka lebar dengan mata yang membelalak hingga ukuran maksimal.
Vio berbisik pada Talitha, "Papa gue sama Bu Naura sebenarnya nggak segalak itu. Lagian ini area di luar sekolah dan Bu Naura nggak bawa rotannya, kok. Lo tenang aja."
Tetapi tubuh Talitha masih kaku ketika dia membungkukkan sedikit kepalanya untuk memberi kesan hormat pada Rio dan Naura. "Hmm... selamat malam, Pak Rio dan Bu Naura."
Lantas pada detik berikutnya seakan sengaja menginterupsi, ada mobil lain yang masuk ke area parkiran. Mendengar penjelasan Rio tentang anggota 10 orang tentu saja membuat Naura secara refleks menghitung dan mengira-ngira siapa saja teman-teman Vio yang kemungkinan bakal diajak ikut.
Dan Naura mencelus ketika teringat dia sempat melihat Nevan juga bersiap-siap untuk hang out malam ini yang katanya punya janji kencan sama Tamara.
Tepat dugaan Naura, karena dia melihat ada Nevan dan Tamara di antara beberapa temannya yang lain ketika pintu-pintu mobil digeser terbuka ke samping.
Ekspresi yang menyusul juga persis seperti Talitha tadi; syok hingga mulut mereka terbuka lebar meski ada beberapa yang tidak menutupnya dengan tangan.
Semuanya kompak mengalihkan pandangan mereka ke Vio dan menyorotinya dengan tatapan menuduh.
"Gila ya lo. Jadi, bener ya kalo Pak Rio sama Bu Naura yang nemenin kita makan? Gue kira lo bohong sama gue!" tuduh Harris tanpa embel-embel jaim.
"Selamat malam, Pak Rio dan Bu Naura. Terima kasih udah bersedia memenuhi syarat anggota VIP Buffet All You Can Eat, ya." Alvian menyapa sopan, menengahi kecanggungan antara Harris dan Vio yang sekarang saling tatap-tatapan dengan sengit.
"Oke, kita masuk kalo gitu," ajak Rio yang memimpin duluan, diikuti oleh Vio dan semua temannya meski Harris masih mengomel tidak jelas, diikuti oleh Vica di sebelahnya. Naura berada di urutan terakhir, tepat di belakang Nevan yang sekarang menatapnya dengan jengah.
"Kenapa Kakak bisa ikut acara ginian?" tanya Nevan heran dan mau tidak mau penasaran. Naura tidak pernah sekali pun menaruh minat pada acara seperti ini, lebih tepatnya sudah berhenti pasca tragedi tiga tahun lalu.
Bahkan reuni yang diadakan setahun sekali oleh teman kampusnya saja sudah tidak dihadiri Naura lagi sejak saat itu.
Dan ini jelas diketahui oleh Nevan.
"Kakak ditipu mentah-mentah sama Pak Rio. Kamu juga, tumben ikut acara ginian. Ini kan sama sekali bukan gaya kamu," balas Naura dengan dengusan konyol karena meledek adiknya juga.
"Aku dirayu mentah-mentah sama Tamara," jawab Nevan dengan nada kesal meski tatapannya masih bersarat akan jenaka. "Jadi, kita senasib dong ya? Atau... ini modusnya Pak Rio kali, ya?"
Naura berniat menghadiahi tendangan lutut ke arah tulang kering Nevan tetapi tidak jadi karena rombongan di depan mereka berhenti mendadak yang disebabkan oleh kewajiban Rio mengurus reservasi di meja depan lobby.
Urusan tersebut tidak lama karena Rio melanjutkan langkahnya lagi, memimpin mereka di barisan paling depan dengan gaya ngalah-ngalahin CEO populer yang berjalan gagah didampingi para ajudannya.
Namun, itu hanya bertahan beberapa langkah saja karena ada seseorang yang berjalan dari arah berlawanan lantas berhenti di depan Rio, membuat pria itu juga menghentikan langkahnya.
"Bapak Rio Harvey, selamat datang." Seorang pria berpostur tubuh jangkung menyapa sopan sembari menjabat tangan Rio, sempat membuat Clarissa menatap dengan tatapan terpana dari balik tubuh sang Kepala Sekolah.
Rio tersenyum sambil membalas jabatan tangannya dan ekor matanya membaca name tag yang tersemat di jasnya. "Pak Joseph, selaku General Manager? Wah, terima kasih. Kenapa General Manager harus repot-repot turun ke sini? Saya jadi merasa tersanjung."
"Ah, ini perintah Bos besar, Pak. Beliau berpesan untuk menjamu rombongan SMA Berdikari dengan baik. Jadi, mari...."
"Pelayanan yang bagus sekali. Alright then, show us the way."
Mereka tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke area dining room yang begitu luas dan rapi, sesuai dengan peringkat hotel yang telah mencapai bintang lima.
"Silakan di sini, Pak." Joseph berkata sembari memberi isyarat dengan sopan dua set sofa nyaman dengan sandaran yang membentuk lingkaran, dilengkapi dengan satu grill khusus di bagian tengahnya. "Untuk rombongan Bapak, kami sudah sediakan dua meja khusus. Nggak masalah kan kalo grupnya jadi terpisah begini?"
"Nggak masalah. Oke kalo begitu—–"
Harris mendadak menyerobot area tempat duduknya, bersamaan dengan Vio yang juga melakukan hal yang sama. Parahnya, keduanya sama-sama kaget dan lantas saling melempar tatapan sengit lagi.
"Gue duluan duduk di sini!" hardik Harris tidak terima, dengan jari telunjuknya yang menuding ke dirinya sendiri dengan isyarat untuk menegaskan kalau kawasannya tidak sudi menerima Vio.
"Nggak ada nama elo!" balas Vio tidak mau kalah. "Lagian lo cuma tau makan aja! For your information, ini bayarnya pake duit Babeh gue!"
"Duit Babeh lo, tapi bukan duit lo kan?"
"Lo!"
"Kenapa malah ribut sih?" bentak Naura dari belakang barisan, tatapan galaknya yang saingan sama mata elang mampu membuat duo Harris dan Vio langsung kicep tanpa berani membantah lagi.
Rio hendak meminta maaf karena keributan anak didiknya pada Joseph tetapi mendadak diurungkannya karena sekarang pria itu tengah memandang Naura dengan tatapan yang terlalu konyol jika menyebutnya sebagai tatapan normal layaknya orang asing menatap lawan jenis yang tidak dikenalnya.
Bahkan ketika pria itu memanggil nama Naura, yang membuat wanita itu terhenyak ketika menatapnya balik, membuat Rio merasakan sensasi aneh dalam dirinya.
Pria bernama Joseph yang menjabat sebagai General Manager di Hotel Celestial jelas bukan orang asing bagi seorang Naura Anindira.
Bersambung
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top