= 𝕊𝕚𝕩 =
" 𝕮𝖍𝖎𝖙 - 𝕮𝖍𝖆𝖙 "
.
.
.
.
Childe menatap Lumine sendu, apa rencana nekatnya kali ini gagal juga?
Sejak pagi tadi Lumine sama sekali tidak menunjukkan perkembangan akan menghampirinya atau mereka akan mulai mengobrol normal.
Apa Childe menyerah saja ya?.
Childe menggelengkan kepalanya buru-buru menghempaskan pikiran tidak pentingnya lalu mengepalkan tangannya berusaha menyemangati dirinya sendiri.
Childe yakin bisa, karna prinsip Childe jika ada yang susah kenapa harus yang mudah?.
Jika ada Lumine yang sulit ditaklukkan kenapa harus menggaet gadis-gadis yang membosankan itu?.
"Childe!"
Tubuh Childe bergetar, terkejut mendengar Lumine tiba-tiba memanggilnya dan berjalan kearahnya.
Childe mengucek matanya beberapa kali sebelum akhirnya mencubit pipinya sendiri, astaga apa besok akan ada hujan meteor adeptus Morax?.
"L-Lumine?!"
Lumine menatap Childe heran lalu melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Childe.
"Kau baik-baik saja? Apa kau kerasukan nyi roro kidul?"
"E-Enggak kok! Ahahaha, n-ngomong-ngomong ada apa Ojou-chan, tidak biasanya kamu menghampiriku?"
"Yahh teman-temanku sedang pergi, aku bingung harus apa jadi aku menghampirimu"
"Kenapa aku?"
Lumine mengerutkan alisnya.
"Apa-apaan tatapanmu itu, tentu saja karna kau satu kelompok denganku bodoh"
"Ah benar juga ahahaha"
Childe sedikit kecewa dengan jawaban Lumine tapi kemudian dia kembali tersenyum, lagipula kesempatan seperti ini akan sangat jarang dia dapatkan.
"Mau coba makan es krim disana? Katanya es krimnya enak"Tawar Childe akhirnya, Lumine menoleh kearah tempat yang ditunjuk Childe lalu mengangguk.
"Bolehh"
Childe meminta Lumine untuk memilih es krim apapun yang dia mau dan Childe membelikannya.
Mereka berbincang ringan menyusuri pesisir pantai sambil menikmati es krimnya, sejenak Lumine mengerti kenapa Aether bilang jika Childe orang yang seru.
Walau agak canggung, Childe selalu punya topik yang menarik untuk di ceritakan atau membuat lelucon konyol yang terkadang membuat Lumine tertawa tanpa sadar.
Setelah es krim mereka habis, Childe pun mengajak Lumine untuk naik ke sebuah puncak tebing yang terlalu tinggi, walau agak sulit tapi akhirnya mereka tetap sampai ke atas tebing.
Lumine menghela nafas lega sesaat setelah sampai di puncak tebing, Childe tertawa melihat ekspresi Lumine yang setelah bersusah payah naik.
Childe menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya mempersilahkan Lumine untuk duduk di sebelahnya.
"Kau ini benar-benar suka mempersulit hidup ya?"Komentar Lumine sesaat setelah puas menghirup nafas habis-habisan, Childe kembali tertawa.
"Maaf, sekarang bagaimana perasaanmu?"
Lumine menyeka peluh yang menetes di pelipisnya lalu sedikit terperangah dengan pemandangan yang dia lihat dari puncak tebing yang terlalu tinggi itu, tanpa sadar Lumine tersenyum berseri-seri menatap kagum pemandangan di hadapannya.
"Indah bukan? Ini adalah keindahan yang takkan kau temukan dengan mudah"Ucap Childe bangga, Lumine tertawa kecil setuju dengan ucapan Childe.
"Apa karna ini kau suka mempersulit hidupmu?"Tanya Lumine, Childe terkekeh lalu mengangguk.
"Yah begitulah, rasanya menyenangkan ketika kau bisa menyelesaikan sesuatu yang sulit daripada yang mudah bukan?"
"Kau benar"
"Kalo Ojou-chan mau, aku bisa mengajakmu ke suatu tempat yang bagus juga~!"
"Astaga berapa banyak tempat yang sudah kamu kunjungi?"
Childe tertawa.
"Aku suka menjelajah, mencari tempat-tempat menantang untuk ku telusuri dan saat di rumah aku bisa menceritakannya pada adik bungsuku yang paling bersemangat menunggu ceritaku"
"Adik bungsu? Kau punya adik?"
"Hm, aku punya 1 adik perempuan dan 2 adik laki-laki! Teucer nama adik bungsuku"
Lumine tersenyum, memeluk kedua kakinya dan menatap Childe yang terlihat bersemangat menceritakan adik-adiknya.
"Ahh suatu saat nanti aku ingin mengajak mereka kesini, apalagi Teucer pasti akan sangat menyukai pantai!"
Sesaat kemudian wajahnya berubah sendu, Lumine sejenak ingat jika Childe berasal dari Shneznaya yang itu berarti itu sangat jauh dari Liyue.
"Bagaimana suasana disana?"Tanya Lumine tiba-tiba, Childe mengerutkan alisnya tanda bertanya.
"Shneznaya, bagaimana suasana di tempat tinggalmu? Apa tidak jauh berbeda dengan Liyue?"
Childe menggeleng lalu tertawa kecil.
"Shneznaya sangatlah dingin, setiap hari kau hanya akan melihat pemandangan karpet salju dimana-mana"
"Ahh aku pernah ke tempat yang seperti itu dengan kakakku, namanya—"
"Dragonspine bukan? Hm, bisa dibilang begitu"
"Hee kau banyak tahu ya? Tidak mengejutkan jika hobimu suka menjejalah"
"Yup! Kamu tahu legenda kota Mondstad?"
"Aku belum pernah kesana sih, tapi aku pernah mendengar sedikit soal itu dan kudengar itu kota lama yang hanya menyisakan reruntuhan saja"
"Tepat sekali! Tapi tahukah kau kenapa kota itu bisa hancur?"
"Kenapa?"
"Legenda mengatakan jika kota itu dihancurkan oleh seorang manusia buatan dari kapur, tapi seorang pahlawan berhasil menghentikannya walau tak sepenuhnya menyelamatkan semua warganya"Cerita Childe, Lumine mangut-mangut namun kemudian terkekeh.
"Kalau di pikir-pikir ceritanya benar-benar seperti dongeng anak-anak saja ya?"Komentar Lumine, Childe mengangguk.
"Aku setuju dan Teucer benar-benar menyukai cerita itu"
"Hm mungkin nanti malam aku akan menceritakannya pada Paimon"
"Paimon?"
"Ah dia adik bungsuku dengan Aether"
"Ohh wait wha— KAU DENGAN AETHER KEMBAR?!"
Lumine menatap Childe heran, bagaimana bisa setelah sebulan lamanya sekelas dia baru menyadari jika Lumine dan Aether kembar.
"Bukankah sudah jelas jika kami ini kembar?"
Childe nyengir merutuki kebodohannya lalu mengusap rambutnya.
"Y-Yah sebenarnya aku sempat berpikir begitu tapi kukira kalian mirip itu hanya perasaanku saja"
Lumine tertawa membuat wajah Childe semakin merah karna merasa malu.
"Ngomong-ngomong ternyata kau asik juga, mungkin lain kali kita bisa mengobrol lebih banyak lagi"Ucap Lumine sesaat setelah tawanya mereda, Childe membulatkan matanya tidak percaya dengan ucapan Lumine barusan.
"S-Sungguh?"
Lumine mengangguk sambil tertawa geli melihat Childe bagai anak kecil yang di janjikan sebuah mainan baru.
"Woi udahan woi zinanya, udah hampir gelap nih!"
Lumine menoleh kearah bawah ternyata ada Rose dan Hu Tao yang sedang berkacak pinggang sambil geleng-geleng.
"Jelek mulut kalian"Dengus Lumine, Childe tertawa.
"Yuklah balik, keburu masuk angin kelamaan disini"
Lumine mengangguk seraya mengikuti langkah Childe untuk menuruni tebing dengan hati-hati.
▌│█║▌║▌║ L O A D I N G . . . ║▌║▌║█│▌
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top