❍⃝⃘۪۪۪͡꒰ ཻུ۪۪۪۫⁞ Satu

Seperti yang (Y/N) bilang kemarin, hari ini ia tidak menghalang-halangi Okuda menjenguk Karma. Toh mereka hanya teman. Begitu pikirnya. Sekarang Okuda sedang di ruangan Karma, berdua. Sementara (Y/N) menunggu di luar.

"Satu lagi, Karma-kun. Kau harus makan, setelah itu minum obatmu," kata Okuda sambil menyodorkan sesendok bubur pada Karma.

"Tidak mau. Aku mengantuk, aku mau tidur saja," kata Karma menolak.

Okuda menghela napas. 'Apa aku terlalu membosankan bagi Karma-kun? Tidak! Tidak! Mungkin Karma-kun masih kenyang dan ingin istirahat. Apa sebaiknya aku pulang saja, ya?' kata Okuda dalam hati.

"Apa kau sudah tidur, Karma-kun?" tanya Okuda, tapi tidak ada jawaban. Mungkin Karma sudah tidur. "Aku pulang dulu, ya. Semoga kau cepat sembuh." Okuda pamit, lalu keluar dari ruangan Karma.

Krek

(Y/N) langsung melihat ke arah Okuda, penasaran apa saja yang dilakukan Okuda di dalam. Dilihatnya wajah Okuda biasa saja, padahal (Y/N) kira wajahnya akan berseri-seri atau malu kemerahan karena habis berduaan dengan Karma. Ia lupa keadaan Karma saat ini sedang tidak bisa diajak bercanda.

"Terima kasih sudah mengantarku kemari, aku pulang dulu ya, (Y/N)-san," kata Okuda.

"Ah, itu bukan masalah, toh aku juga mau kemari. Oh iya, bagaimana keadaan Karma-kun? Tadi aku lihat ada perawat yang membawakan makanan, apa dia mau makan?" tanya (Y/N).

"Karma-kun sedang tidur. Tadi aku mau menyuapinya, tapi dia tidak mau. Mungkin Karma-kun ingin makan denganmu, (Y/N)-san. Sebenarnya aku ingin berbincang lebih lama dengannya, tapi katanya dia mengantuk," jawab Okuda.

"Mm, mungkin Karma-kun masih tidak enak makan, dia juga memang harus banyak istirahat, kan?" kata (Y/N). Sebenarnya (Y/N) berada di antara senang dan sedih. Sedih, tentu karena kondisi Karma yang masih tidak terlalu baik, apa lagi dia tidak mau makan. Senang? Karena Karma tidak terlalu menanggapi Okuda. Salahkah ia berpikir seperti ini?

"Kalau begitu aku pamit dulu, sampai bertemu di sekolah, (Y/N)-san." Sekarang Okuda benar-benar pergi, sekarang (Y/N) bisa kembali berduaan dengan Karma karena ayahnya sedang bekerja.

(Y/N) pun masuk ke ruangan Karma. Dilihatnya Karma sedang tertidur pulas di kasurnya. (Y/N) menghampiri Karma, memandanginya, lalu ia menarik kursi untuknya duduk di samping Karma. (Y/N) menggenggam tangan Karma. Dingin, itu yang (Y/N) rasakan saat menyentuh tangan Karma.

"Dingin sekali," ucap (Y/N). Kemudian ia menyentuh pipi Karma yang juga terasa dingin. Ah, ia baru sadar suhu ruangan di sini memang dingin. (Y/N) mencari remot Ac, langsung ketemu, ada di atas meja di samping ranjang Karma.

"Kenapa Okuda-san tidak mematikan AC? Apa dia tidak tau Karma kedinginan?" ucap (Y/N) sambil mematikan AC.

Srettt

(Y/N) juga membuka tirai jendela, mempersilakan masuk pada cahaya matahari agar menerangi dan menghangatkan ruangan. Setelah itu ia kembali duduk di samping Karma.

"Aku ingin tau apa saja yang tadi Okuda-san lakukan di sini," kata (Y/N) penasaran. Ia takut Okuda menyatakan perasaannya pada Karma saat mereka sedang berduaan tadi.

"Dia menyuapiku bubur dan berkata semoga aku cepat sembuh." (Y/N) terkejut karena tiba-tiba Karma berbicara. (Y/N) kira Karma tidur karena tadi Okuda berkata begitu, kan?

"K-Karma-kun?! Kau sudah bangun? Aku kita kau masih tidur," kata (Y/N).

"Aku tidak bisa tidur." Keduanya diam sesaat, menjadikan suara kicau burung di luar sebagai pembicara.

"Ne, (Y/N)-chan," panggil Karma. "Apa aku ... aku ...." Karma menjeda sejenak pertanyaan karena takut akan menerima jawaban yang tidak sesuai keinginannya. (Y/N) tetap diam menunggu Karma melanjutkan perkataannya.

"Apa ... aku lumpuh?"

"Eh?" (Y/N) menatap Karma heran. Kenapa tiba-tiba Karma menanyakan hal seperti ini?

"A-apa maksudmu, Karma-kun? Apa ada sesuatu yang mengganggumu? Kakimu, mm ... atau tanganmu, apa ada yang terasa sakit? Atau matamu? Aku akan panggil dokter jika—"

"Tidak usah, (Y/N)-chan." Karma memotong ucapan (Y/N). "Aku cuma bertanya. Sebelumnya aku pikir kakiku masih lemas karena aku baru bangun, Tousan juga bilang begitu, tapi sampai sekarang aku masih tidak bisa menggerakkannya. Aku ... aku takut, (Y/N)-chan. Bagaimana kalau
... aku ... tidak bisa berjalan lagi? Dan kenapa perban di mataku belum dibuka? Apa ada masalah dengan mataku? Apa aku akan buta? Bagaimana kalau aku ... aku—"

Karma tidak melanjutkan perkataannya karena terlalu terkejut dengan (Y/N) yang tiba-tiba memeluknya. "Kau akan sembuh, Karma-kun. Aku yakin itu!"

'Sepertinya Karma-kun sudah mulai tenang, mungkin sekarang dia mau makan,' ucap (Y/N) dalam hati. Ia melepaskan pelukannya, lalu berkata, "Okuda-san bilang kau tidak mau makan. Kau harus makan, Karma-kun. Lalu minum obat dan istirahat agar cepat sembuh dan bisa kembali ke sekolah lagi. Semuanya merindukanmu, kau juga merindukan mereka, kan? Dan aku tidak mau melihatmu kurus, jadi kau harus makan. Oke?"

(Y/N) mengambil mangkok berisi bubur yang berada di atas meja di samping ranjang Karma. Ia mengaduknya sebentar, lalu mengambilnya sesendok dan disodorkan ke mulut Karma.

"Buka mulutmu, Karma-kun," pinta (Y/N).

"Aku tidak lapar." Karma menolak.

"Ayolah, Karma-kun, sesuap saja," bujuk (Y/N).

"Tidak mau. Setelah itu kau pasti ingin 2 suap, lalu 3, 4, dan seterusnya." Karma masih menolak. (Y/N) menghela napas, berpikir sejenak hal apa yang akan membuat Karma jadi ingin makan.

Yap! Kurang dari 1 menit (Y/N) sudah mendapat ide.

"Tutt! Tutt! Buka terowongannya, Karma-kun! Keretanya datang!"

"Tidak mau. Aku tidak suka kereta!" (Y/N) berpikir lagi.

"Ngoengg! Ada pesawat yang mau mendarat, ayo buka mulutmu! Pesawatnya mau masuk~"

"Sudahlah, (Y/N)-chan. Aku tidak mau makan pesawat dan aku bukan anak-anak yang suka main kereta-keretaan atau pesawat-peswatan saat makan."

(Y/N) menghela napas,  ia bingung apa lagi yang harus ia lakukan agar Karma mau makan? "Kumohon, Karma-kun, sedikit saja. Aku janji besok aku akan membawakanmu kue stroberi favoritmu, tapi kau harus makan."

Karma berpikir sejenak. Ia tidak mau makan bubur, ia ingin makan lain
Mungkin tidak ada salahnya menerima tawaran (Y/N). "Tapi aku mau yang krimnya banyak."

(Y/N) langsung tersenyum mendengar jawaban Karma. "Soal itu sih gampang! Kalau kau mau krimnya sampai sebakul juga akan kucarikan!"

"Dan ... aku ingin toping buah stroberi di atasnya double."

"Iya, iya, aku janji besok akan kubawakan kue stroberi yang sesuai dengan keinginanmu. Tapi sekarang kau harus makan. Ayo, aaa~"

Perlahan Karma membuka mulutnya, membiarkan makanan encer itu masuk ke tenggorokannya. Berlanjut ke suapan kedua, ketiga, dan seterusnya. Paling tidak sekarang ada kemajuan daripada sebelumnya Karma hanya mau 1 atau 2 suap, kadang tidak mau sama sekali, kalau sekarang Karma sudah makan setengah mangkok. Tahu begitu sih, dari kemarin (Y/N) akan membujuk Karma dnegan kue stroberi kesukaannya itu.

Setelah itu (Y/N) membantu Karma minum obat dan menemaninya sampai tertidur. Dan kali ini Karma benar-benar tidur, bukan pura-pura.

Seorang pemuda bersurai oranye, berseragam Kunugi, ia membawa sekeranjang buah-buahan yang baru dibelinya barusan untuk teman yang akan dikunjunginya.

"Asano-kun, kau mau kemana?" tanya Sakakibara Ren, salah satu pemban—ralat—temannya.

Pemuda bernama Asano itu menghentikan langkahnya, lalu menjawab, "Aku mau menjenguk Akabane-kun, kau sendiri mau kemana, Ren?"

"Aku mau menjemput adikku. Oh iya, aku dengar dia sudah sadar."

"Iya, kata (Y/N)-chan sih begitu. Aku harap dia cepat sembuh, tidak menyenangkan menjadi nomor satu jika tidak ada saingan yang setara," ucap Gakushuu tulus. Ren tersenyum, ia juga ingin teman SD nya yang berandal itu kembali bersekolah.

Setelah itu mereka berpisah, melanjutkan perjalanannya masing-masing. Ren menjemput adiknya di tempat les, sedangkan Gakushuu menjenguk Karma di rumah sakit.

"Ahaha! Lalu apa yang terjadi padanya?" tanya Karma penasaran dengan lanjutan lelucon yang sedang (Y/N) ceritakan. Karma tidur lumayan lama, tapi (Y/N) masih setia menemaninya.

"Lalu—"

Krekk

(Y/N) menjeda sejenak ucapannya saat seseorang membuka pintu ruangan Karma dan orang itu adalah Gakushuu.

"Shuu-kun?"

"Shuu-kun? Maksudmu Asano-kun?" tanya Karma.

"Iya, ini aku, Akabane-kun. Dari kemarin aku tidak sempat menjengukmu, jadi baru sekarang aku kemari. Bagaimana keadaanmu?" tanya Gakushuu.

"Hee~ ternyata Lipan ini mengkhawatirkanku, ya? Kau pasti rindu dikalahkan olehku, iya kan?" Nada bicara Karma mulai seperti biasa, meledek dan merendahkan Gakushuu di mana pun dan kapan pun. Dan itu membuat (Y/N) senang. Mungkin ia harus meminta Gakushuu agar sering menjenguk Karma karena sepertinya Karma jaid lebih bersemangat jika saingan beratnya itu ada di sini. "Seperti yang kau lihat, beginilah keadaanku, Asano-kun."

"Aku membawakanmu buah-buahan, mintalah pada (Y/N)-chan atau perawat untuk mengupaskannya," kata Gakushuu sambil menaruh buah-buahan itu di atas meja.

"Hee~ arigatou! Ternyata kau perhatian juga ya, Lipan."

"Ck! Diam dan makanlah agar kau cepat sembuh, Akabane! Kau tau? Akhirnya (Y/N)-chan bisa tersenyum lagi setelah terus-terusan menangisimu! Aku baru tau ternyata membuat (Y/N)-chan tertawa itu susah." Gakushuu membicarakan (Y/N), tidak sadar orang yang dibicarakannya itu juga mendengar ucapannya. Ahh! Dan itu membuat wajah (Y/N) memerah karena malu. Sekarang Karma tahu kalau (Y/N) menangisinya.

"S-Shuu-kun! Kenapa kau bilang begitu?!" protes (Y/N) berharap Gakushuu tidak lagi melanjutkan percakapannya yang berisi hal-hal memalukan tentang dirinya lagi.

Krekk

Satu orang lagi masuk ke ruangan Karma, Akabane Shiro—ayahnya Karma.

"Tousan ada kabar baik untukmu, Karma. Kata dokter perban di matamu akan dibuka hari ini. Eh? Apa kau teman Karma juga?" tanya Shiro pada Gakushuu.

"Ha'i, perkenalkan namaku Asano Gakushuu." Gakushuu memperkenalkan diri, tidak lupa ia membungkuk guna memberi hormat.

"Oalah, jadi kau yang namanya Asano? Kadang Karma suka bercerita tentangmu, katanya kau adalah saingan terberatnya baik dalam pelajaran atau pun mendapatkan (Y/N)-chan," kata Shiro dan perkataannya barusan telah membuat wajah tiga remaja di sana memerah karena malu. Aduh, aduh, secara tidak langsung Shiro berkata bahwa Karma dan Gakushuu ini memperebutkan (Y/N) bukan?

"Dan yang paling kuingat adalah ketika Karma mengatakan kalau temannya yang bernama Asano-kun itu sangat menyebalkan karena mendekati (Y/N)-chan. Wahh, sepertinya kau diperebutkan dua orang sekaligus ya, (Y/N)-chan? Ah, apa di sekolah ada orang lain juga yang menyukaimu? Sepertinya kau sangat populer ya, (Y/N)-chan."

"T-Tousan! Jangan bicara begitu! S-siapa yang bilang aku menyukai (Y/N)-chan? A-aku juga tidak cemburu jika Gakushuu pdkt dengan (Y/N)-chan!" Karma sedikit meninggikan suaranya dan wajahnya semakin terlihat memerah walah separuhnya masih ditutup perban.

"Ehh? Memang siapa yang bilang kau menyukai (Y/N)-chan? Tousan, kan, cuma bilang kau berkata Asano-kun itu menyebalkan. Ah, jangan-jangan kau memang menyukai (Y/N)-chan ya, Kar~ma~kun~" Sial. Shiro malah semakin menggodanya. Apa ini pertanda Shiro telah merestui hubungan Karma dan (Y/N)? Bersabarlah Gakushuu. Ini cobaan.

Krekk

Sekarang dokter yang datang, mungkin mau membuka perban di mata Karma. "Permisi, saya mau memeriksa pasien," ucapnya.

"Ah, iya silakan. Apa perbannya akan dibuka sekarang?" tanya Shiro.

"Kita lihat hasil pemeriksaannya dulu, ya." Dokter mulai memeriksa Karma dan dokter setuju akan membuka perban Karma sekarang.

Perlahan dokter mulai membuka perban yang melilit kepala Karma. Sekarang wajahnya yang ikemen itu sudah terlihat sepenuhnya. Karma mengedipkan mata beberapa kali.

"Bagaimana perasaanmu, Karma?" tanya Shiro. Ia berharap apa yang kemarin dikatakan dokter tidak akan menjadi kenyataan. Toh itu hanya perkiraan, jadi mungkin saja tidak terjadi.

"Tousan, perbannya sudah dibuka ... kan?" tanya Karma. (Y/N) sedikit bingung, kenapa Karma bertanya begitu?

"Iya, sudah. Ada apa, Karma? Apa matamu sakit?" tanya Shiro khawatir dan Karma menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Tousan ... kau di mana? (Y/N)-chan, apa ... kau masih di sini? Asano-kun?" Karma meraba-raba wajahnya, ingin memastikan apakah perbannya benar-benar sudah lepas atau belum. Karma memang tidak lagi merasakan adanya sesuatu yang menutupi matanya, tapi kenapa ia masih belum bisa melihat?

"Tousan di sini, Karma. (Y/N)-chan dan Asano-kun juga di sini. A-apa kau tida—"

"Sensei!" (Y/N) memanggil dokter sekaligus memotong ucapan Shiro, tidak sopan memang mencela orang tua bicara. "Jangan bilang kalau Karma-kun ...." (Y/N) tidak menyelesaikan perkataannya dan dokter mengangguk sebagai jawaban 'iya'.

"Tenang saja, ini hanya sementara. Nanti—"

"Tidak ... tidak ... tidak! Aku tidak mau!" Kali ini Karma yang menyela. "Kenapa ... kenapa semuanya gelap? Tousan kenapa semuanya gelap?! Apa aku buta?! Apa aku lumpuh?! Kenapa Tousan berbohong padaku?! Tousan bilang aku akan baik-baik saja! TAPI KENAPA BEGINI?! AKU INGIN MELIHAT, TOUSAN! AKU INGIN BERJALAN! AKU INGIN—Akh! K-kepalaku ... sakit ...."

"Karma!/karma-kun-kun!" panggil Shiro dan (Y/N) berbarengan. 'Sial! Kenapa ini harus terjadi?! Padahal dokter bilang ini hanya kemungkinan, apa kemungkinan yang buruk itu selalu terjadi?!' begitu kata Shiro dalam hati. Sebelumnya memang dokter sudah memberitahu Shiro bahwa ada kemungkinan Karma akan mengalami lumpuh dan buta, tapi jangan khawatir, itu hanya sementara. Aah! Walau sementara, tapi tetap saja rasanya menyedihkan jika melihat orang yang kita sayangi mengalami itu, kan?

Gakushuu dan (Y/N) sama-sama terkejut, mereka tidak menyangka kecelakaan yang dialami Karma itu akan menyebabkannya seperti ini.

'Kenapa harus Karma-kun? Kenapa tidak orang lain saja?!' harap (Y/N).

"Maaf, sebaiknya Anda semua menunggu di luar, kami akan memeriksa pasien," pinta dokter. Shiro, (Y/N), dan Gakushuu pun menunggu di luar. Mereka bertiga—ralat—dan teman-teman yang lainnya juga berdoa pada Kamisama, berharap Karma akan baik-baik.

.

.

.

Huwahh!
Jadi gimana? Cocok ga nama ayahnya Karma Shiro? Tiba-tiba aja gitu kepikiran buat namain ayahnya Kaa Shiro. Padahal rambutnya aja kubilang merah tapi malah shiro🗿
Abis dari toilet itu kepikiran begitu dan ga cuma sekali dua kali dapet ide abis keluar dari toilet.

Apa kalian ada yang begitu?
Apa toilet itu tempat mencari inspirasi?

🗿

Jaa matta~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top