❍⃝⃘۪۪۪͡꒰ ཻུ۪۪۪۫⁞ Prolog

Sudah hampir seminggu kelas ini berjalan tanpa seorang Akabane Karma. Rasanya seperti ada yang kurang jika pemuda berambut merah itu tidak menjahili seisi kelas. Terutama bagi (Y/N), bukan lagi rasanya, tapi memang ada yang kurang karena Karma adalah teman masa kecilnya, sahabatnya, sekaligus orang yang disukainya.

"(Y/N)-chan, kau mau menjenguk Karma-kun lagi?" tanya seorang pemuda berambut biru namun cantik yang tidak lain adalah Shiota Nagisa, teman sekelas (Y/N) dan juga Karma.

"Iya, aku harap hari ini dia bangun," jawab (Y/N) penuh harap, rasanya sudah lama sekali ia tidak mendengar suara Karma.

"Aku harap juga begitu. Oh iya, apa aku dan Kayano-san boleh ikut?" tanya Nagisa.

"Tentu boleh, Karma-kun pasti senang bertemu banyak temannya," jawab (Y/N) disertai senyum di wajahnya.

"Apa aku juga boleh ikut, (Y/N)-chan?" Sebagai ketua kelas yang baik, Isogai Yuuma juga ingin ikut menjenguk Karma.

"Aku juga, (Y/N)-chan!" Maehara Hiroto juga ingin ikut. "Dari kemarin aku tidak bisa pergi, padahal (Y/N)-chan selalu mengunjunginya setiap hari."

"Kalau begitu aku juga mau ikut, (Y/N)-chan," kata Nakamura Rio. Ah, kenapa jadi banyak sekali yang ingin ikut?

"Ano ... kalau boleh, aku juga ingin menjenguk Karma-kun, (Y/N)-chan." Kali ini kata Okuda Manami.

"T-tunggu dulu, semuanya! Maaf, aku tidak bermaksud melarang kalian, tapi bukankah ini terlalu banyak?" ucap (Y/N) berusaha mencegah semakin bertambahnya orang yang mau ikut menjenguk Karma.

"Benar juga, bisa-bisa kata malah menganggu istirahatnya Karma. Kalau begitu biar aku, (Y/N)-chan, Nagisa-kun, dan Kayano-san saja yang pergi. Maehara-kun, Nakamura-san, dan Okuda-san besok saja, oke?" kata Isogai menyarankan. Ah, dia memang ketua kelas yang bisa diandalkan.

Semua menyetujuinya, walau sekilas terlihat kekecewaan di wajah Okuda. (Y/N) tahu Okuda juga menyukai Karma, ia tidak mau gadis dikepang dua itu jadi lebih dekat dengan Karma, walau sampai sekarang (Y/N)lah orang yang paling dekat dengan Karma. (Y/N) berpikir, 'Mungkin besok aku harus membiarkannya menjenguk Karma-kun, toh mereka hanya teman.'

Memang apa yang terjadi pada Karma?

Sebenarnya beberapa hari yang lalu Karma mengalami kecelakaan saat hendak pergi liburan bersama keluarganya. Ibunya meninggal di tempat kejadian karena kekurangan darah, untungnya luka Ayahnya tidak terlalu parah, tapi Karma sendiri masih belum sadarkan diri sampai sekarang.

Kesepakatan telah dibuat, mereka semua pulang ke rumah masing-masing untuk berganti pakaian dan menyimpan barang-barang sekolahnya, lalu bertemu kembali kembali agar bisa berangkat bersama ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, (Y/N) langsung mengajak teman-temannya ke ruangan tempat Karma dirawat karena ia selalu ke sana setiap hari, jadi (Y/N) sudah tahu letak ruangannya.

Kriet

Mereka baru sampai di depan ruangan Karma dan saat itu juga keluarlah seorang pria berambut merah sama seperti Karma, tentu orang itu adalah ayahnya Karma.

"(Y/N)-chan? Oh, kalian pasti teman-temannya Karma juga, ya?" tebaknya sembari menyapa (Y/N) dan yang lainnya.

"Konichiwa," sapa (Y/N), Nagisa, Kayano, juga Isogai dan dibalas senyum hangat oleh ayah Karma.

"Oh iya, bagaimana keadaan Karma-kun, paman?" tanya (Y/N).

"Masih seperti kemarin, aku harap setelah bertemu kalian dia akan bangun," jawabnya penuh harap. "Kalian mau masuk? Bagaimana kalau dua orang dulu? Dua orang lagi setelahnya."

"Kalau begitu Isogai-kun dan (Y/N)-chan duluan saja," kata Nagisa.

"Iya, kami belakangan saja. Kita juga tidak mau mengganggu Karma jika masuk terlalu ramai, kan?" Kayano melanjutkan.

"Arigatou, Nagisa-kun, Kaede-chan. Kami permisi dulu, paman." (Y/N) dan Isogai masuk lebih dulu ke ruangan Karma. Bau obat-obatan pun semakin terasa di indra penciuman mereka.

"Aku datang lagi, Karma-kun," ucap (Y/N) sambil menggenggam jemari Karma. Perlahan air mata mengalir dan membasahi wajahnya. Melihat Karma seperti ini rasanya cukup menyakitkan apa lagi Karma adalah orang yang disukainya.

Sebuah perban putih menutupi mata Karma, ditambah infusan yang menempel di tangannya, tidak lupa terpasang pula selang oksigen di hidungnya guna mensuplai oksigen ke tubuh pemuda itu.

"Aku juga di sini loh, Karma." Isogai menyentuh pundak (Y/N), lalu mengusapnya pelan guna menenangkan si gadis. "Cepatlah bangun, kami semua merindukanmu, Karma," lanjutnya. Isogai berusaha tersenyum walau sebenarnya ia juga sedih melihat keadaan Karma.

"Khaa ... san ... tou ... san ...." Tiba-tiba Karma bersuara, ia juga sedikit menggerakkan jemarinya yang digenggam (Y/N). Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu (Y/N) datang, ia sangat merindukan suara pemuda berambut merah itu.

"Karma-kun/Karma?!" ucap (Y/N) dan Isogai berbarengan.

"(Y/N)-chan, aku akan memanggil dokter dan ayahnya, kau jaga Karma, ya." (Y/N) mengangguk dan Isogai berlari ke luar ruangan. Ah, bukan berlari sih, hanya mempercepat langkah kakinya.

"Akhirnya kau bangun ... kami sangat merindukanmu, Karma-kun."

"(Y/N) ... chan?" Karma tidak bisa melihat (Y/N) karena matanya masih diperban, tapi ia tahu orang yang ada di deketnya itu adalah (Y/N) karena suaranya.

"Iya, ini aku."

Kriet

"Karma!" Isogai kembali dengan dokter dan ayah Karma. Semuanya dipersilakan keluar ruangan karena dokter akan memeriksa Karma.

Tidak lama kemudian dokter keluar dari ruangan Karma.

"Bagaimana keadaannya, dok?" tanya ayah Karma khawatir.

"Kita bicarakan di ruangan saya saja, ya, Akabane-san."

"Baiklah. Kalau begitu aku titip Karma pada kalian, ya." Ayah Karma pergi bersama dokter, sedangkan (Y/N) dan yang lainnya masuk ke ruangan Karma.

"Karma-kun," panggil Nagisa.

"Na ... Gi ... Sa?" ucap Karma pelan, bahkan suaranya hampir tak terdengar. Untungnya tidur seminggu tidak membuatnya lupa dengan teman-temannya, ia bahkan masih mengingat masing-masing suara dari teman-temannya.

"Ayahmu sedang bicara dengan dokter, jadi kami yang akan menjagamu, Karma-kun," kata Nagisa lagi.

"Ohayou, Karma-kun. Ah, ini sudah sore sih, tapi karena kau baru bangun, aku bilang ohayou saja, ya," kata Kayano.

"Kelas terasa sepi tanpamu, Karma." Kali ini kata Isogai, Karma juga merasakan ada seseorang yang yang menggenggam tangannya, tapi sepertinya bukan Isogai.

"Terasaka-kun rindu berkelahi denganmu, Shuu-kun juga rindu bersaing denganmu. Cepatlah kembali ke sekolah, Karma-kun." Akhirnya suara yang dari tadi ingin Karma dengar, suara (Y/N) dan yang menggenggamnya juga tentu (Y/N).

Mengetahui itu (Y/N), Karma pun berusaha menggenggam balik tangan gadis yang menggenggamnya itu.

Tak lama setelahnya, ayah Karma kembali ke ruangan, sudah selesai berbincang dengan dokter.

"Bagaimana keadaan Karma-kun, paman? Apa kata dokter?" tanya (Y/N) penasaran juga khawatir.

"Tenang saja, Karma akan sembuh jika banyak istirahat dan rutin minum obat," jawabnya sambil tersenyum, berusaha menenangkan para remaja di depannya sekaligus dirinya sendiri.

"Tou ... san ... di ... mana ... Kaasan?" tanya Karma lemah.

"Kaasan sedang mandi di rumah, sekalian mengambil baju ganti untuk Tousan," jawab ayahnya berbohong. Semua yang ada di sana, kecuali Karma, tahu bahwa wanita bermarga Akabane itu sudah meninggal, tapi tidak ada yang menghentikan ayah Karma berbohong.

Mungkin memang lebih baik merahasiakannya dari Karma, ini bukan waktu yang tepat memberitahu Karma kalau ibunya sudah meninggal. Walau kebohongan ini pasti tidak akan bertahan lama.

Setelah itu mereka mengobrol, membicarakan ini dan itu walau Karma lebih banyak mendengarkan, menemani Karma hingga tertidur, kemudian mereka pulang ke rumah masing-masing.

.

.

.

Yosh!
Ditunggu chapter selanjutnya ya~^^

Sebenernya agak sulit mendeskripsikan orang tanpa nama, jadi menurut kalian ayahnya Karma ni mending aku kasih nama atau mau begitu aja?

Kalau ada yang mau kasih saran nama buat ayahnya Karma juga boleh, langsung di komentar aja ya minna^^

Jangan lupa voment-nya:3
Matta 👋🏻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top