❍⃝⃘۪۪۪͡꒰ ཻུ۪۪۪۫⁞ Dua

Malam hari ini sangat cerah, tidak ada awan yang menghalangi, bulan dan ribuan bintang bebas menjadi penerang. Malam yang indah untuk dinikmati, tapi ... pemuda ini tidak bisa menikmatinya. Seorang pemuda berambut merah yang terbaring lemah di kasur rumah sakit.

"Kenapa kau pergi secepat itu?" lirih seorang pria paruh baya berambut merah sama seperti pasien yang tertidur itu. Tentu pria ini adalah Akabane Shiro, ayah dari Akabane Karma. "Aku membutuhkanmu ... Karma juga sangat sangat sangat membutuhkanmu ...."

"Kenapa aku sangat sangat sangat membutuhkannya?" tanya Karma seraya membuka mata, walau iris mercury-nya tidak lagi menangkap cahaya.

"K-Karma? Kau belum tidur?" tanya Shiro terkejut. Ah, sepertinya Karma mendengar perkataannya barusan.

"Siapa yang pergi, Tousan?" tanya Karma lagi.

"Siapa? Mm itu ... itu ...." Shiro berpikir sejenak. "(Y/N)-chan! (Y/N)-chan harus pulang karena sudah malam, sayang sekali dia tidak menginap, jadi tidak bisa menemanimu," jawab Shiro.

"Memangnya kenapa kalau (Y/N)-chan tidak menemaniku? Dia pasti punya kesibukannya sendiri dan aku tidak sangat sangat sangat membutuhkannya, kata 'sangat'-nya terlalu banyak," protes Karma.

"M-masa sih? Apa terlalu banyak?"

"Tousan, di mana Kaasan?" tanya Karma. Pasalnya yang Karma alami ini tidak bisa melihat, bukan tidak bisa mendengar. Jadi ia masih bisa mendengar suara siapa saja yang menemuinya, suara ayahnya, suara (Y/N), dan suara teman-teman yang lainnya. Tapi ia belum mendengar lagi suara ibunya sejak kecelakaan itu. Apa ibunya tidak pernah menemuinya?

"Kaasan sedang mengambil barang, katanya ada yang ketinggalan di rumah. Padahal sudah Tousan bilang besok saja diambilnya, tapi katanya barang yang ketinggalan itu sangat penting jadi ...." Shiro tidak menyelesaikan perkataannya, toh Karma juga pasti mengerti dan tahu apa kelanjutannya.

"Memangnya barang apa yang ketinggalan?" tanya Karma.

"Mm ... a-apa, ya? Mungkin dompet? Entahlah, Kaasan tidak bil—"

"Jangan bohong, Tousan!" Karma sedikit meninggikan suaranya, memotong ucapan ayahnya karena tahu Shiro sedang berbohong.

"Tousan tidak berbohong, percayalah, Karma."

"Kalau begitu kenapa Kaasan tidak pernah menemuiku lagi?" tanya Karma lagi.

"Kaasan selalu ke mari kok, hanya saja kau sudah tidur, jadi—"

"Bohong!" Karma berteriak, tidak terima jika dirinya terus dibohongi, apa lagi oleh ayahnya sendiri. "Memangnya Tousan pikir selama ini aku tidur nyenyak?! Aku tidak bisa tidur! Aku tau selama ini hanya Tousan yang menemaniku! Apa Kaasan membenciku? Jangan bohongi aku ... Tousan ...."

"Tidak, Karma ... Tousan tidak bohong," lirih Shiro.

"Lalu kemana Kaasan?! Dia pasti membenciku karena sekarang aku tidak bisa apa-apa! Tousan juga pasti terpaksa merawatku, iya kan? Aku ini hanya merepotkanmu saja, aku ... tidak berguna ...." Perlahan air matanya mulai mengalir, membasahi pipinya yang pucat. Shiro pun langsung memeluk putranya, mengusap pelan kepalanya agar Karma merasa lebih tenang.

"Kau salah, Karma ... salah ... kami tidak pernah membencimu dan kami akan selalu menyayangimu. Percayalah, Kaasan akan selalu menjagamu dari tempatnya ..."

"Memangnya Kaasan di mana? A-aku ingin bertemu dengannya," lirih Karma. Ia rindu sekali dengan sosok ibu yang sangat disayanginya itu.

"Di rumah, Kaasan ada di rumah barunya ... suatu saat kita akan berkumpul lagi, tapi untuk sekarang kau fokus dulu dengan kesembuhanmu, oke?" Tiba-tiba Karma tersadar akan sesuatu. Mereka baru saja mengalami kecelakaan, jadi apa mungkin ibunya sudah??

"Tidak ... tidak ... Tousan, jangan bilang Kaasan sudah ... i-itu tidak mungkin, kan? Kaasan masih hidup, kan?"

"Tidak apa, masih ada Tousan di sini, ada (Y/N)-chan, Nagisa-kun, Asano-kun, dan teman-temanmu yang lainnya. Jadi kau tenang saja, oke?" ucap Shiro berusaha menenangkan.

Aah! Karma memang ingin tahu yang sebenarnya, tapi saat ia mengetahuinya hal itu malah membuatnya semakin frustasi. Malam yang indah itu justru menjadi menjadi malam terburuk bagi Karma. Kenapa kejadian ini harus menimpa keluarganya? Kenapa tidak keluar orang lain saja?

Keesokan harinya.

Seperti biasa (Y/N) selalu menjenguk Karma setiap hari dan hari ini Asano Gakushuu ikut juga bersamanya.

"Karma-kun," panggil (Y/N) seraya membuka pintu ruangan Karma, sedangkan Asano tidak bersuara.

"(Y/N)-chan? Aku kira kau tidak akan menemuiku lagi," ucap Karma.

"Aku juga di sini, Akabane-kun. Dan kenapa kau berpikir begitu? Kau tau, kan, (Y/—"

"Kau masih bertanya 'kenapa'?" Karma memotong ucapan Asano. "Sudah jelas karena aku tidak berguna! Kalian tidak perlu pura-pura mau berteman denganku," lirih Karma.

"Karma-kun," panggil (Y/N). Kemudian ia duduk di kursi di samping tempat tidur Karma, lalu menggenggam tangan lelaki itu.

"Aku, Shuu-kun, Nagisa-kun, Kayano-chan, dan yang lainnya tidak pernah pura-pura mau berteman denganmu karena kita memang berteman, Karma-kun."

"(Y/N)-chan benar, Akabane-kun. Kita akan selalu berteman bagaimana pun kondisimu atau bagaimana pun kondisi kami," kata Asano.

Karma sedikit menyunggingkan senyum, lalu berkata, "Aku baru tau kau menganggapku 'teman', Asano-kun."

"Apa kau tidak mau berteman denganku, Akabane-kun?" tanya Asano.

Karma terdiam sejenak, lalu menjawab, "Pembunuh ... memangnya kau mau berteman dengan pembunuh sepertiku? Aku ini pembunuh! Gara-gara aku, sekarang Kaasan tiada! Gara-gara aku, Tousan jadi harus mengeluarkan uang! Seharusnya aku saja yang mati!" Karma berteriak dan perlahan air mata mulai membasahi pipinya.

Ia semakin frustasi, ia menyalahkan dirinya sendiri atas kematian ibunya. Seandainya waktu itu Karma tidak minta jalan-jalan, maka ibunya pasti baik-baik saja dan dirinya pun tidak akan cacat seperti ini. (Y/N) dan Asano cukup terkejut karena ternyata Karma sudah mengetahui kebenarannya.

"Apa maksudmu, Karma-kun? Kau bukan pembunuh, itu kecelakaan, jadi kau jangan menyalahkan dirimu, oke?" ucap (Y/N) berusaha menenangkan.

"(Y/N)-chan benar, ini bukan salahmu, Akabane-kun." Asano juga berusaha meyakinkan.

"Tapi aku ... aku ...."

"Tidak ada yang menyalahkanmu, Karma-kun," ucap (Y/N) sambil mengusap air mata Karma dengan tangannya.

Tiba-tiba Karma terpikir sesuatu. "(Y/N)-chan, apa besok kau akan ke mari lagi?" tanya Karma.

"Tentu saja, aku akan selalu kesini, jika kau sudah pulang, aku akan menjenguk ke rumahmu dan jika kau sudah masuk sekolah lagi, maka kau yang harus menjemputku, lalu kita berangkat bersama lagi seperti biasa. Oke, Karma-kun?"

"Kalau begitu, apa aku boleh minta tolong padamu, (Y/N)-chan?" tanya Karma.

(Y/N) mengangguk, pertanda jawaban 'iya' walau Karma tidak bisa melihatnya. "Tentu boleh. Apa kau mau aku bawakan sesuatu? Susu stroberi? Atau puding buatan Kaede-chan? Ah, atau kau ingin aku mengajak seseorang kesini?"

Karma menggelengkan kepala, bukan itu yang ia mau. "Aku ingin kau membawakan beberapa zat kimia. Jika di laboratorium sekolah tidak ada, kau beli saja di mana pun itu, nanti akan kuganti uangmu dengan tabunganku," kata Karma.

"Zat kimia? Untuk apa?" tanya (Y/N).

"Aku ingin kau membawa CN−, CO, NH3, Cl, HCl, dan H₂SO₄," pinta Karma.

(Y/N) terdiam sejenak, berpikir untuk apa semua zat kimia itu? Apa Karma mau melakukan eksperimen?

"Jangan lakukan, (Y/N)-chan!" kata Asano.

"Hee~ apa Lipan yang jenius ini sudah tau apa yang akan kulakukan dengan semua zat kimia itu?" kata Karma.

Asano terlihat semakin tidak senang, ia bahkan mengepalkan kedua tangannya. "Karma yang sekarang di depanku ini bukan Karma yang dulu aku kenal," ucapnya.

"Hmm? Barusan kau bilang apa? Karma? Sejak kapan kau merubah panggilanmu begitu, Asano-kun?" tanya Karma. Ah, dan wajahnya mulai tersenyum.

"(Y/N)-chan, jika Karma meminta hal-hal yang aneh lagi, jangan sekali pun kau penuhi permintaannya. Asal kau tau, zat-zat yang tadi diminta Karma itu semuanya berbahaya dan bisa menyebabkan kematian," kata Asano menjelaskan yang membuat (Y/N) terkejut.

"Waah ... sepertinya Lipan yang jenius ini memang tau sesuatu. Ah, tapi bukankah lebih baik jika pembunuh sepertiku ini mati? Jadi kau tidak usah repot-repot lagi memperebutkan nomor satu. Iya kan, number two?" ucap Karma dengan nada meremehkan, namun senyum yang terpancar diwajahnya terlihat penuh dengan keputus asaan.

"Apa maksudmu nomor dua? Kau lupa, di ujian kemarin akulah yang nomor satu dan kau nomor dua. Benar kan, (Y/N)-chan?" kata Asano.

"Mm, i-iya! Di ujian kemarin Shuu-kun yang juara satu dan Karma-kun juara dua," jawab (Y/N).

"Tch! Itu hanya keberuntungan. Apa kau juga lupa, aku 4× berturut-turut menjadi nomor satu dan kau selalu yang kedua, jadi yang kemarin itu hanya keberuntungan!" Karma mulai terpancing, perlahan ia juga melupakan rencana bu uh dirinya.

"Oh ya? Justru kaulah yang hanya 'keberuntungan', sekarang keberuntunganmu sudah habis dan terbukti akulah yang nomor satu!" Asano semakin memancing Karma, sudah lama merek tidak ribut seperti ini, sekolah pun jadi terasa sepi dan membosankan tanpa Karma si setan merah yang bengal tapi ganteng ini👍

"Haa? 4× berturut-turut itu tidak cocok disebut keberuntungan! Sudah jelas aku ini lebih baik darimu, iya kan, (Y/N)-chan?" (Y/N) hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban dari pertanyaan Karma. Toh yang (Y/N) sukai itu Karma, bukan Asano. Jadi pasti Karma akan selalu lebih baik baginya.

"Itu tidak benar!"

"Apanya yang tidak benar? Aku, kan, memang lebih baik darimu."

"Kalau begitu buktikan du ujian kelulusan nanti, maka dari itu kau tidak boleh mati sekarang, Akabane Karma!" Asano memamerkan jari telunjuknya, menantang rivalnya itu agar Karma mengurungkan niat bunuh dirinya.

"Tch!" Mereka semua diam sejenak, tak lama kemudian Asano kembali bersuara.

"Kau tidak lupa sesuatu kan, (Y/N)-chan?" Seketika (Y/N) teringat sesuatu, ingat bahwa ia membawa sepotong kue stroberi yang Karma inginkan beberapa hari lalu.

"Maaf kemarin aku tidak sempat membelinya jadi aku baru membawakannya sekarang. Waktu itu kau bilang ingin kue stroberi kan, Karma-kun?" katanya sambil tersenyum dan mengeluarkan kue stroberi dari bungkusnya lalu disajikan di atas meja di samping tempat tidur Karma.

"Apa kau mau makan sekarang, Karma-kun?" tanya (Y/N).

"Tidak, aku masih kenyang," jawab Karma.

Kruyukkk...

Ais, perutnya malah berbunyi di saat yang tidak tepat. Benar-benar tidak bisa diajak kompromi.

"Tidak lapar, huh? Kalau kau masih kenyang, (Y/N)-chan bolehh menyuapiku, kan? Kebetulan aku sedang lapar, aku juga suka kue stroberi. Bagaimana, Kar—"

"Tidak boleh!" Karma memotong ucapan Asano, ia juga meninggikan suaranya, menatap sebal ke sumber suara walau ia tidak bisa melihat rivalnya itu. "A-aku lapar, suapi aku, (Y/N)-chan," katanya lagi disertai semburat merah di pipinya.

Asano tertawa melihatnya, ia tahu rival terberatnya dan gadis yang disukainya itu saling menyukai, hanya tinggal menunggu waktu untuk menyatukan dua insan yang tidak mau mengakui perasaan masing-masing itu. Ikhlaskan saja lah.

"Ha'i, Karma-kun," ucap (Y/N) disertai senyum lebar di wajahnya. Sepertinya ia harus sering-sering mengajak Asano ke mari, atau setidaknya menemui Karma agar pemuda berambut merah itu semakin semangat dalam pengobatannya.

.

.

.

Yoah
Deadline terus berjalan, tangan ini semakin bandel dan melenceng🗿

/PLAK!

HOAH HOAH
Gw berasa absurd ama ni story woi
Btw, mungkin 2 atau 3 chapter lagi ni cerita bakal end

Etto ... ya dahlah gitu ae
Maap kalo banyak typo:3
Matta ashita👋🏻👋🏻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top