Aromatic Rain

"Meskipun hujan turun berulang kali, tapi selalu membawa kisah yang berbeda. Setelah datang menyejukan seluruh isi bumi, Hujan pergi bersama hilangnya tetesan air hujan. Hanya bau khas hujan yang tertinggal diudara. Aroma hujan dapat menenangkan jiwa siapa saja yang menghirup. Seperti kamu, yang telah berubah jauh namun masih meninggalkan jejak dilubuk hatiku. " -Charaya

***

Seorang gadis SMA duduk gelisah dikantin. Pandangannya tidak pernah lepas dari jam arloji yang melingkar ditangan mungil. Bahkan dengan bodohnya, ia menghitung setiap perputaran jarum jam yang berpindah dari angka satu keangka yang lainnya. Gadis berparas wajah putih oriental ini menghela napas berkali-kali. Ia berharap menunggunya kali ini tidak sia-sia. Sekarang wajah gadis itu terlihat seperti pembunuh berdarah dingin dan menyeramkan. Sesekali pelayan kantin menawarkan pesanan namun tetap ditolak gadis itu. Memang sedaritadi gadis itu hanya memesan minuman yang kini tinggal 1/2 dari 3/4 isi gelas.

Merasa sia-sia menunggu, akhirnya gadis itu -Charaya- memutuskan pulang.

"Cha, mau kemana?" Tiba-tiba pria itu -Ferzi- menahan pergelangan tangan dan melihat raut kesal diwajah Charaya.

" Kemana aja sih, Ferz? Lama-lama aku jadi jamuran nunggu kamu sendirian di kantin," sembur Charaya ketika melihat Ferzi tersenyum kikuk.

"Maaf deh maaf, udahan dong ngambeknya, nanti aku beliin ice cream deh," ucapnya sambil mengacak-acak rambut hitam milik Charaya.

" Emang kamu kira aku anak kecil apa!" Jawab Charaya ketus.

"Tapi kan memang kamu suka ice cream."

" Janji ya beliin ice cream," seketika senyum Charaya terbit diwajah. Membuat Ferzi mengelengkan kepalanya melihat tingkah kekanakan Charaya.

Charaya mengurungkan niat untuk pergi dan kembali ketempat duduk kantin bersama Ferzi. Suasana canggung terlihat jelas diantara mereka. Mereka terdiam dan sibuk masing-masing. Terlebih lagi Ferzi yang tenggelam dalam aktivitas bersama gadgetnya.

Diam-diam Charaya memperhatikan Ferzi. Ferzi tampak menarik dan cool kalau lagi menampilkan sisi muka yang serius. Walaupun dirinya dan Ferzi terlihat mesra seperti tadi bukan berarti mereka pacaran, tapi mereka hanya bersahabat. Tapi, mustahil jika persahabatan lawan jenis tidak ada benih-benih cinta. Setidaknya itulah yang dirasakan Charaya. Charaya diam-diam menyukai Ferzi. Cuman ia terlalu takut untuk bilang kepada Ferzi dan takut hubungan persahabatannya lenyap.

" Masih ngambek?" Ferzi memulai percakapan untuk mencairkan suasana canggung.

"Menurut kamu?" respon Charaya cepat.

" kalo menurut aku sih, kamu lebih cantik deh kalo ngambek kayak gini," Ferzi menggoda Charaya, sesekali tangannya menyeka keringat yang mengalir.

"Apaan sih Ferzi, dasar penggombal kelas kakap!"

Mendengar celotehan Charaya, cowok itu menyemburkan tawa sampai memegang perutnya.

"Ferzi jorok banget sih, bau dan keringet dimana-dimana," kali ini Charaya mengkritik dan menutup hidung karena bau menyengat yang menggangu indera penciuman Charaya.

"Namanya juga abis main futsal Cha, justru keringetan-keringatan gini lebih terlihat 'cool man'," Jawab Ferzi menggerakan kedua jari telunjuk disisi kepala.

Charaya menghela napas mendengar jawaban Ferzi yang terlalu percaya diri.
" Kita pulang bareng kan Ferz? Cepetan ganti baju sana! bentar lagi mau turun hujan," perintah Charaya sambil menunjuk langit keabuan.

"Iya bawel," tukas Ferzi lalu meninggalkan Charaya sendirian.

Dalam hati Charaya tersenyum. Ia merasa beruntung memiliki sahabat seperti Ferzi yang jahil tapi pengertian. Bagi Charaya cukup berdekatan, sudah membuat Charaya bahagia.

Meskipun hati kecil Charaya menginginkan hubungan mereka lebih dari sekedar berteman. Namun apalah daya, dirinya hanya seorang wanita yang hanya bisa menunggu pernyataan cinta itu tiba.

Tapi sampai kapan? Dirinya bisa saja lebih agresif. Namun permasalahannya, apakah Ferzi juga merasakan hal yang sama?

***
Meskipun cuaca kurang bersahabat, tak menyurutkan usaha Charaya untuk terus membujuk Ferzi agar mau membelikan ice cream. Bahkan senjata merengek pun ia gunakan. Ferzi yang sedang fokus mengendarai motor menjadi kebisingan karena suara cempreng charaya menggelegar ditelinga. Tiba-tiba terdengar bunyi petir dan turun lah air hujan membasahi permukaan bumi.

" Hujan Cha, teduhan dulu ya," tawar Ferzi seraya membuka kaca helm.

" Teduhan didekat minimarket aja, sekalian beli ice cream," ucap Charaya diplomatis.

"Hmm," gumam Ferzi. Ferzi menepikan motor di depan market dan menyuruh Charaya turun terlebih dahulu.

Saat Charaya baru memasuki area minimarket, hujan mengguyur deras dikawasan luar mini market. Ferzi segera berlari menyusul Charaya kedalam. Charaya sibuk mencari ice cream kesukaan tanpa melihat kedatangan Ferzi yang telah bediri disamping. Ferzi mengedarkan penglihatan ke seluruh sudut-sudut minimarket. Ada satu yang berhasil menarik perhatian Ferzi, ia melihat seorang wanita berdiri dimeja kasir sedang mengeluarkan dompet lalu memberikan sejumlah uang pada kasir. Mata Ferzi tidak pernah umbang terus memperhatikan wanita itu. Ketika wanita itu ingin meraih payung tembus pandang miliknya. Tiba-tiba ada angin kencang yang membuat payung itu terbang ke arah jalan. Wanita itu berlari berusaha meraih payung milikinya. Ferzi yang melihat itu, langsung berlari keluar dan rela berhujanan untuk mengambil payung milik wanita berparas cantik dan putih yang ia lihat tadi. Wanita itu terdiam walaupun hujan terus membasahi seluruh tubuh. Wanita itu terpana melihat ada seseorang yang peduli padanya sekaligus tersipu malu.

" lain kali payungnya jangan dibuka kalau mau ditinggal, " Ferzi tersenyum lalu meraih tangan wanita itu untuk memegang gagang payung.
Wanita itu terdiam. Wanita itu menundukan kepala dan melihat sepatu flat shoes miliknya.

" Makasih ya mas," hanya kata singkat yang mampu diucapkan oleh wanita itu tanpa melihat pandangan dihadapannya.

" Mas? Berasa tua jadinya," Ferzi menggaruk tengkuk tidak gatal.

"Eh, maksudnya bukan begitu, " bela cewek itu.

Ferzi tersenyum lalu mengulurkan tangan kepada gadis itu. " Ferzi.."

" Shasha.. " wanita itu membalas uluran tangan dengan senyuman cukup memikat.

Shasha mengakhiri kalimat terakhir dan berlari menuju mobil pribadinya. Di dalam mobil Shasha membuka kaca jendela dan melambaikan tangan kepada Ferzi sampai mobil itu melesat jauh.

Dari kejauhan, Charaya melihat semua tingkah laku Ferzi kepada seorang wanita tadi. Charaya merasa curiga dan khawatir jika ada sesuatu dalam perasaan Ferzi ke wanita tersebut. Sebab, Ferzi pernah berkata kepada Charaya, ia akan gugup jika bertemu wanita yang disukainya.

Dan sekarang terlihat jelas bahwa Ferzi gugup. Tanpa sadar dirinya merasa tidak suka dan moodnya turun drastis. Mungkinkah ini yang namanya perasaan cemburu? , saat kita tidak rela melihat orang lain yang mencuri perhatiannya dan menikmati senyum dan tawanya.

Cemburu? Gak mungkin! Aku hanya sahabat bukan siapa-siapa dia.

Charaya tersentak ketika Ferzi menyaut dirinya dari kejauhan. Ia melihat Ferzi tersenyum senang. Charaya menghampiri Ferzi ditengah hujan deras. Seragamnya basah kuyup, rambutnya menjadi lepek. Lekuk badannya tercetak jelas. Ia terlihat tak peduli, dirinya melewati Ferzi begitu saja dan duduk sendirian dipinggiran halte. Lalu Ferzi mengikuti Charaya dari belakang dan duduk sejajar dihalte.

" Cha.. ada apa?" Tanya Ferzi khawatir dengan sikap Charaya.

Pake nanya lagi! Aku gak suka kamu dekat-dekat cewek tadi.
Jawab batin Charaya.

Charaya terdiam. Ia memandang ice cream cone yang sudah meleleh. Bagi Charaya ice cream itu lebih menarik daripada melihat muka Ferzi.

Ferzi berdiri tegak, ditadahnya air hujan diatas telapak tangan. Rasa sejuk dan dingin menjalar seketika. Ia tersenyum dan tahu membuat Charaya kembali tersenyum.

" Mengapa hujan selalu datang saat seseorang bersedih?" Ferzi bertanya sendiri, tetapi tatapannya melihat Charaya. Charaya tetap tak bergeming.

" Padahal hujan sejatinya diturunkan untuk orang bersuka cita dan mensyukuri karunia tuhan."

Tiba-tiba Ferzi menarik Charaya untuk bermain hujanan. Charaya yang sedang badmood, langsung membrontak.

" Coba rasakan aliran hujan yang mengalir. Dengan begini kau bisa memanfaatkan hujan dan memaknai arti hujan sesungguhnya."

Charaya mengadah air hujan secara bergantian.
"Aku sudah merasakannya dan waktu hujan ini sama dengan suasana hati," ucap Charaya secara tak sadar.

Ferzi menatap Charaya lekat. Dia ingin mencari sebuah makna maksud perkataan Charaya.
" Maksudnya apa?" Ferzi menyipit curiga.

" Apanya kenapa?"tanya Charaya coba mengalihkan perhatian.

"Lupakan."

Ferzi melihat keanehan tingkah Charaya. Menurut analisanya, Charaya sedang mencoba menyembunyikan sesuatu.

"Cha, tau gak? Ada sesuatu yang spesial dari hujan.. "

"Oh ya? Apa itu?"respon Charaya dengan mimik penasaran.

" pethichor atau bau khas hujan. Itu adalah hal keunikan dari hujan, aroma hujan itu paling dicari bagi pecinta hujan."

Charaya menghirup udara khas hujan. Benar saja, ia merasa aroma hujan itu sangat menstimulasi pikiran dan jiwanya.

" Sejak kapan menyukai hujan?" Charaya menadah air hujan secara bergantian.

" Sejak kecil. Dulu kalau pas musim hujan aku dan teman-teman yang lain suka main-main air hujan. Meskipun mama dulu bawel banget kalau ngelihat aku hujan-hujanan," Ferzi tertawa renyah. Charaya ikut tertawa juga.

" Kalau dulu aku sangat takut hujan. Pas masih kecil takut banget ama bunyi petir," Belum selesai berbicara, Tiba-tiba petir menggelegar hebat. Charaya menjerit histeris langsung memeluk Ferzi spontan. Ferzi membalas pelukan Charaya.

Setelah itu Charaya tersadar bahwa Ferzi memeluknya semakin erat.

"Dasar modus dalam kesempitan," cibir Charaya melirik Ferzi.

"Gak salah? Siapa meluk duluan bukannya itu yang modus?" tawa Ferzi penuh kemenangan.

Sial.

****
Persahabatan kami kian akrab. Walaupun dia belum memberi tanda untuk lebih dari sekedar teman. Charaya bersabar dan terus menunggu agar Ferzi peka terhadap perasaannya. Seketika harapan itu pupus seperti balon mainan yang tiba-tiba tertusuk jarum. Rasanya sesak, matanya mulai memanas taatkala melihat sebuah pernyatan Ferzi di sebuah pesan singkat.

From: Ferzi
Cha sekarang status gue udah gak jomblo lagi. Gue pacaran ama Shasha, cewek kemarin yang ketemu di market.

Charaya menelan ludah susah payah. Charya memaksa otaknya untuk memikirkan balasan yang tepat untuk Ferzi. Akhirnya kalimat sederhana itu terketik.

To: Ferzi
:)
Congrate my boybest.

Charaya membanting handphone lalu menutup dengan bantal. Sekarang hatinya kecewa. Putus harapan membayangi dirinya. Ia harus menerima kenyataan bahwa cowok itu tidak memiliki rasa seperti apa yang dirasakan Charaya.

Jadi ini namanya cinta sendirian?
Berjuang sendiri tapi membiarkan sakit hati.
Hanya mampu berangan-angan tapi tak berjua.
Hanya bisa memandangi seseorang itu dari kejauhan.
Hanya suara hati mampu berkata tapi bibir bungkam.
Dan menunggu sampai orang yang diperjuangkan itu peka.

Tanpa sadar air mata meluncur deras. Giginya beradu gemeletuk. Napasnya naik turun. Sesak yang dialaminya luarbiasa. Membuat Charaya harus rela menghabiskan malam ini dengan menumpahkan kesedihannya.

****
Semenjak saat mendengar Ferzi telah jadian. Charaya berusaha menjaga jarak dengan Ferzi. Salah satunya dengan menghindar. Charaya dan Ferzi kini terlihat hidup di jalan masing-masing. Charaya sibuk dengan Eskul basketnya sedangkan Ferzi sibuk dengan persiapan Event futsal. Selain itu alasan kuat untuk Charaya menjauh ialah takut dibilang menjadi pihak ketiga antara hubungan Ferzi dan Shasha.

Tanpa sengaja Charaya melewati tempat latihan futsal Ferzi. Mata mereka beradu pandangan. Tersirat rasa rindu yang melanda pada keduanya. Dari kejauhan Shasha melihat Charaya dengan tatapan sinis kemudian berlalu menuju kantin.

Perjalanan Charaya memang menuju ke kantin. Tapi ia sengaja melewati tempat latihan Ferzi dengan alasan melepas rindu. Charaya terserang dahaga yang dashyat akibat latihan basket seharian. Charaya terus berjalan sesekali membasahi bibir dengan lidah sendiri. Apalagi melihat matahari terik siang bolong membuat Charaya ingin menyerbu minuman dingin yang ada di kantin.

Charaya berdiri di salah satu kios yang banyak minuman. Saat ia ingin meraih botol minuman, matanya tiba-tiba tertuju pada -Shasha- gadis sinis yang memandanginya sejak tadi.

Apa pedulinya dengan gadis itu!
Charaya coba menepis pikiran
negatifnya

Di ujung meja kantin, Shasha, teman-temanya Sharafina dan sabina sedang asyik membicarakan sesuatu yang membuat mereka bertiga ketawa. Pengunjung kantin merasa terganggu termasuk Charaya sendiri. Karena merasa kurang kondusif, satu persatu pengunjung kantin beranjak dari tempat duduk.

Nenek lampir!
Apa yang membuat Ferzi suka ama nenek lampir kayak dia!
Geruru Charaya sebal.

Tiba-tiba mereka berbicara sesuatu. Dan yang jadi bahan obrolan topik pembicaraan mereka tidak asing. Charaya mencoba menajamkan pendegaran. Benar saja, mereka bertiga sedang membicarakan Ferzi.

Setelah mendengar kalimat terakhir dari Shasha, Charaya langsung naik pitam. Bagaimana tidak? Ia tentu tidak terima jika orang yang disayangnya hanya dijadikan mainan dengan nenek lampir di hadapannya ini.

Emosi Charaya tidak terkendali, tanpa basa-basi ia datang ke meja Shasha dan menumpahkan milk shake di atas kepala Shasha. Shasha langsung kaget dan menatap tajam Charaya dengan tatapan membunuh.

" Lo mau cari ribut sama gue?"tantang Shasha maju, namun gerakanya tertahan oleh kedua sahabatnya.

" Itu pantes buat lo, biar lo ga seenaknya mainin hati orang lain."ucap Charaya membalas tatapan Shasha tidak kalah sengitnya.

"Siapa Ferzi? Ckck.. lo boleh make dia kalo udah kadaluwarsa di .gue." ucap Shasha sinis dengan penekanan kata 'gue'

"Kurang ajar!" Perkataan barusan berhasil menyulut emosi Charaya. Satu tangan Charaya menjambak kasar rambut Shasha. Shasha meringis kesakitan dan membalas jambakan Charaya. Lalu terciptalah pertengkaran fisik yang sengit antara mereka berdua.

"Stop!" Suara khas itu sangat di kenali oleh keduanya. Suara itu tisaklah asing. Dan yang jelas pemilik suara itu ada akar permasalahan kedua gadis tersebut.

Shasha tersenyum sinis dan bersembunyi di balik punggung kekasihnya- Ferzi-. Shasha melihat Ferzi dengan tatapan memelas seolah membutuhkan pembelaan.

" Apa-apaan ini?"

"Dengerin dulu penjelasan aku Ferz," ucap Charaya mencoba menjelaskan semuanya.

"Cukup! Jangan sakiti cewek gua lagi!"

"Lo harus tau kalo dia cuman manfaatin lo, dia mau bunga, coklat dan uang dari lo. Bukan dari hati yang tulus," ucap Charaya setengah berteriak.

"Terserah. Kamu mau percaya aku atau dia?"ucap Shasha memotong pembicaraan.

"Gak mungkin Cha, Lo sekarang berubah Cha.. lo bukan Charaya yang dulu."

"Berubah? harusnya itu yang gue tanyain. Lo yang berubah bukan gue!!" kata Charaya penuh dengan nada emosi.

"Terserah!! Melihat keadaan sekarang, gue nyesel punya sahabat kayak lo, sekarang kita teman biasa aja."tanpa disadari kata itu terucap oleh Ferzi yang membuat Charaya mematung tidak percaya.

"Fine!!" Charaya menyutujui dan pergi berlalu untuk menyembunyikan bulir bening yamg sebentar lagi akan meluruh. Charaya menuju tempat favoritnya, kamar mandi. Disana ia tumpahkan rasa kekecewaan yang mendalam.

****

Setelah kejadian sebulan yang lalu, Charaya telah melupakan Ferzi. Walaupun masih ada bekas ingatan yang sulit di lupa. Namun Charaya sekarang lega, ia memiliki kekasih pengertian dan memahami masa lalu Charaya. Kebetulan juga kekasihnya adalah rival main Ferzi di Event pertandingan.

Hari ini Event futsal sedang berlangsung. Charaya yang duduk di kursi suporter sebisa mungkin membuang muka dari Ferzi. Ferzi terlihat sedang galau.
Sepertinya ada masalah dengan dengan ceweknya. Charaya bertanya dalam hati.
Apa pedulinya aku! Dia cuman mantan sahabat

" Arsen.. Arsen.." Charaya coba meneriaki nama kekasihnya untuk memberi semangat.

Setelah beberapa menit, pertandingan itu selesai. Dan pertandingan tersebut dimenangkan oleh Arsen Cs dengan score 3-1. Sesuai janji Arsen ia akan mengajak kekasihnya kencan sehabis pulang sekolah.

****
Charaya mengaduk-aduk minuman tanpa berniat meminumnya. Pikirannya sedang kalang kabut.
Entah mengapa sehari penuh ini pikiran Charaya tertuju kepada Ferzi Rayhan. Selalu dia. Seperti bayangan hantu yang enggan hilang.

Arsen melihat jelas tingkah gelisah kekasihnya. Namun saat Arsen menanyakan sesuatu pada Charaya. Secara tak langsung Charaya mengucap sesuatu yang membuat Arsen sakit hati.

"Kenapa sayang?"

"Aku baik-baik aja kok Ferzi," tanpa sadar Charaya menutup mulut. Karena malu Charaya langsung keluar dari kafe lalu meninggalkan Arsen sendirian.

****
Hujan deras mengguyur seharian di tengah jalan. Pepohonan rindang banyak tertiup angin hujan. Permukaan aspal menjadi sedikit tergenang karena saking derasnya hujan. Petir menggelegar dimana-mana. Membuat suasana hujan menjadi mencekam.

Charaya berlari sendirian di tengah deras hujan. Ia tak peduli dengan petir menyambar sudut-sudut gedung pencakar langit. Bajunya basah kuyup. Rambutnya menjadi lepek. Lekuk badannya tercetak jelas. Kakinya terus menerjang genangan air.

Ia terus menangis di tengah hujan. Menangis dalam hujan lebih baik sebab antara kesedihan wajah dan tetesan hujan tidak dapat bedakan kala itu. Charaya berteriak frustasi.

Kemudian Charaya terdiam melihat Ferzi berada di hadapannya. Ferzi mencoba maju. Namun Charaya memundurkan langkah.

"Stop! Jangan mendekat," ucap Charaya dingin.

" Cha, gue minta maaf. Gue sadar kalo gue sebenarnya suka ama lo. Cuman gue terlalu bodoh untuk menyadari itu."

"Terlambat Ferzi. Semua tidak akan seperti dulu."

"Tapi?"

"Pergi."ucap Charaya ketus.

" Kamu terlalu silau dengan emas berkilauan di permukaan. Sampai kamu lupa dengan sebuah mutiara yang tersimpan dalam lumpur."

"Maaf kali tidak bisa. Jangan temui gue lagi! Pergi!"teriak Charaya.

"Fine! " Dengan langkah kecewa Ferzi meninggalakan Charaya sendirian.

Sebenarnya Charaya ingin kembali pada Ferzi dan memaafkannya. Namun, hatinya terlalu sakit untuk menerima.

"Meskipun hujan turun berulang kali, tapi selalu membawa kisah yang berbeda. Setelah datang menyejukan seluruh isi bumi, Hujan pergi bersama hilangnya tetesan air hujan. Hanya bau khas hujan yang tertinggal diudara. Aroma hujan dapat menenangkan jiwa siapa saja yang menghirup. Seperti kamu, yang telah berubah jauh namun masih meninggalkan jejak dilubuk hatiku. "

Ferzi, kau tak bisa ku gapai namun kau bisa ku kenang.

💧💧💧💧💧💧💧💧💧💧💧💧💧

Gotcha!
Lagi gak sibuk dan Free nih. Yaudah lanjutin aja nih SS.
Oh yaa minta vomment dan krisar yaa!!
Kalau kalian tertari dengan SS ini bisa kok aku jadiin novel. Kalo kalian mau ya request aja.
Aku buat cerita SS ini untuk mengisi waktu luang saja.
Nantikan yaa SS menarik dariku!!
See, byee...
Alyzhfr

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top