T W E N T Y T W O 🔫

Ada beberapa alasan mengapa sesuatu yang ingin dilupakan selalu hilir mudik di pikiran seseorang, menyebabkan dia akan selalu mengingat hal itu. Alasan yang paling kuat untuk Blace adalah karena kewaspadaannya terhadap sesuatu itu terlalu menguras kinerja cara pikirnya.

Sebelum Blace turun menghampiri James yang menunggunya di pintu utama, Blace bertemu dengan Freya di lantai dasar, yang menatapnya sinis dan tajam.

Awalnya ia pikir Blace bisa melewati Freya begitu saja dan bersikap seolah-olah Freya adalah makhluk tidak terlihat. Namun, sayangnya Freya malah mengajaknya bicara atau mungkin jauh lebih pantas disebut menghinanya.

'Wanita murahan sepertimu tidak cocok berada di lingkungan sepertiku. Tidak dengan kakakku, tidak juga dengan James. Aku ingatkan sekali lagi. Lebih baik pergi dari sini secepatnya jika tidak ingin aku melukaimu.'

Blace menghembus napas keras, ia sudah jengkel dengan Freya dan segala hal yang berurusan dengan wanita itu. Mungkin seharusnya ia mengatakan pada Havrelt atau James agar ia tidak bertemu dengan Freya, dan dia ingin dilindungi dari Freya. Tapi, siapa yang akan melindunginya? Di London, tanpa kenalan sama sekali, rasanya mustahil meminta seseorang melindungi diri dari wanita itu.

Blace menoleh pada James yang mengendarai mobil di samping kirinya. Pikiran tentang melindungi diri dari Freya menyelusup dalam bayangannya, jika ia meminta James melindunginya, apa pria itu mau? Maksudnya, apa itu mungkin? Rasanya tampak mustahil.

Sekarang mereka sedang menempuh perjalanan menuju British Museum yang berlokasi di Covent Garden. Kata James, Blace tidak boleh melewatkan museum yang wajib dikunjungi di London. Ada banyak koleksi terlengkap dan terbesar di dunia berada di sana, koleksi yang memberi gambaran dan dokumentasi sejarah kebudayaan manusia dari awal tercipta hingga masa kini. Tentu saja Blace langsung tertarik, ia pengemar besar tentang sejarah dan asal usulnya. Semacam, Blace menemukan sesuatu yang tidak boleh ia lewatkan dan harus ia ketahui tentang segala sesuatu yang terjadi sebelum ia lahir.

"Apa ada masalah?" suara James memecahkan keheningan di antara mereka. "Tidak setuju dengan British Museum?"

Blace berkedip, merasa wajahnya memanas. Ternyata ia terlalu lama menatap James, dengan pikiran yang melayang ke tempat lain.

"Kita bisa pergi ke tempat lain jika Anda ingin. Atau kita bisa makan terlebih dahulu sebelum ke museum?"

Blace berpaling dari James, memerhatikan jalanan yang cukup padat, memerhatikan ada banyak orang yang berjalan kaki di trotoar. "Tidak. Saya setuju kita pergi ke museum, tapi...," Blace berhenti sejenak, ia ingin tahu mengapa James terlihat berbeda. Yeah, pria itu tidak terlihat mengabaikannya seperti biasanya.

"Tapi?"

"Kenapa anda--" Blace berhenti, sepertinya tidak salah jika ia mengubah ucapannya menjadi tidak formal. Mereka tidak terlibat dalam pekerjaan yang serius. "Kenapa kau terlihat baik padaku hari ini?"

James meliriknya sekilas. "Apa itu menganggu anda?"

"Tidak," Blace menggeleng pelan dan menampilkan senyum kecil, merasa menyenangkan karena James bersikap ramah padanya. "Rasanya aneh saja."

"Mulai hari ini, biasakan lah."

Setelah berkata begitu James tidak memulai pembicaraan lagi, Blace menghela napas. Tidak terlalu memikirkan ucapan James yang tidak ia ketahui maksudnya apa. Blace hanya ingin tidak memikirkannya terlalu dramatis. Maksudnya semenjak mereka pergi berdua saja, ia masih berpikir positif tentang hanya berdua saja dalam artian yang sebenarnya. Tidak terjadi apa-apa di antara mereka, James dan Blace benar-benar pergi tanpa bodyguard untuk jalan-jalan.

Ketika mata Blace memejam, bayangan Freya langsung terlintas di pikirannya. Ia mengernyit tidak suka, kenapa Blace selalu mengingat wanita itu? Apa karena Blace mulai teringat tentang rahasia Freya yang James katakan padanya saat ia dilukai oleh Freya? Entahlah, Blace tidak tahu. Nyatanya pikirannya malah memikirkan dan mengulang kembali apa yang ia bicarakan dengan James waktu itu. Blace menghela napas, baiklah, setelah ini Blace akan melupakan Freya dan tidak akan memikirkan wanita itu lagi.

Blace masih menutup matanya, bayangan percakapan antara dia dan James tentang Freya, kembali ke permukaan dan Blace mulai mengingatnya lagi.

*****

"Baiklah, berjanjilah kau tidak akan menceritakan pada orang lain."

Blace menganggukkan kepalanya. "Aku janji."

James menghela napas. Ia menarik kursi rias yang berjarak satu meter dari ranjang Blace, menariknya sedikit mendekat ke arah Blace. Hanya menyisakan satu langkah hingga membuat mereka jauh lebih dekat dari sebelumnya. James kembali duduk di kursi itu, menatap Blace yang masih bergetar. Saat pria itu menyandarkan tubuhnya pada kepala kursi yang ia duduki, ia mulai membuka suaranya.

"Ceritanya cukup panjang. Kau benar tentang Freya yang menganggap orang yang mendekati Havrelt adalah sebuah ancaman. Terutama saat ada perempuan yang ingin mendekati Havrelt atau perempuan yang berada terlalu dekat dengannya, Freya akan melakukan berbagai cara agar mencegah setiap perempuan itu. Singkat kata, Freya sangat posesif pada Havrelt. Dulu sikapnya tidak separah sekarang. Tapi sikapnya bertambah parah karena Havrelt pernah mengabaikan keinginannya demi perempuan lain. Saat itu Freya hampir mengakhiri hidupnya sendiri, karena merasa Havrelt tidak menyayanginya lagi. Havrelt melakukan berbagai cara agar semuanya kembali normal, menjauhi perempuan, tidak berinteraksi dengan perempuan. Tidak lagi pergi malam-malam untuk bersenang dengan perempuan. Saat itu Havrelt mulai bersikap ia tidak tertarik dengan perempuan. Dan hanya Freya yang berarti dalam hidupnya. Semua yang ia lakukan, semuanya demi Freya."

Blace tidak mengerti ucapan James. Tidak mengerti bagaimana Havrelt bisa menghabiskan sisa hidupnya bersama Freya yang akan selalu menjadi adiknya. Apa mungkin Freya bukan adik kandungnya?

Mata James tampak menerawang, "Havrelt pernah membawa Freya psikolog untuk melakukan terapi dan memantau pola sikap Freya agar tidak mencoba melakukan aksi bunuh diri lagi jika Havrelt mencoba mendekati perempuan. Dan terapi itu berhasil. Freya tidak seliar dulu, Freya jauh bisa membedakan yang mana wanita penggoda dan tidak. Tetapi kadang, sikapnya tidak bisa terkendali saat ia merasa wanita yang dekat dengan Havrelt menjadi ancaman baginya kehilangan kakaknya, menjadi ancaman jika wanita itu mengambil kasih sayangnya dari Havrelt."

"Aku masih tidak mengerti. Please, beritahu aku, kenapa Freya bisa menjadi sangat berbahaya untukku dan kenapa aku harus menghindari Freya?" Blace merasa ada terlalu banyak kesalahan dalam hubungan mereka. Hubungan antara Havrelt dan Freya.

Sekarang James menatapnya, matanya kali ini ragu untuk mengatakan kebenaran yang ingin terucap di ujung lidahnya.

"Tidakkah kau mengerti? Karena merasa setiap wanita menjadi ancaman. Freya...," James menghela napas, tampak berat mengatakan kebenarannya. "Freya pernah membunuh seseorang."

Seketika tubuh Blace kaku, ia tidak bisa menahan matanya yang terbelalak saat itu juga, bersamaan dengan jantungnya berdetak lebih cepat seolah ada seseorang yang sedang menyebarkan ketakutan dalam darahnya. Tubuhnya bergetar, sekarang Blace mengerti mengapa ia harus menghindari Freya. Karena ia harus menyelamatkan dirinya sendiri jika Havrelt dan James tidak bisa menolongnya. Karena Freya berarti sebuah ancaman.

James melanjutkan ucapannya, "Agnes Gloxinia. Dia meninggal dalam keadaan yang sangat mengerikan. Anggota tubuhnya terpotong, dan jantungnya tidak ada di tempatnya lagi. Wanita itu meninggal saat Havrelt mendapati Freya dan Agnes berada di gudang. Havrelt melihat dengan mata kepalanya jika Freya yang memegang pisau dan baru saja selesai membunuh Agnes. Agnes Gloxinia adalah wanita yang selalu mendekati Havrelt, juga yang pernah membuat Havrelt mengabaikan Freya."

Blace kembali bergetar hebat dari sebelumnya, ia ketakutan. Nyaris tidak bisa menahan rasa mual yang ingin keluar dari mulutnya. Ia tidak bisa bersikap tenang. Ia membayangkan, apa yang terjadi jika dia berakhir seperti Agnes. Pasti tidak akan ada orang yang menolongnya dan juga tidak akan ada orang yang peduli dengan kematiannya.

"Setelah kejadian itu, sebisa mungkin Havrelt bersikap menjadi kakak yang baik untuk adiknya. Ia memalsukan kematian Agnes, membuat seolah-olah kejadian itu seperti korban pembunuhan. Havrelt menghindari semua perempuan yang menggodanya karena merasa siapa saja wanita yang berada di dekatnya akan membangkitkan sisi gelap dari Freya, Havrelt menutupi diri untuk membuka hubungan serius dengan wanita. Ia terlalu larut dalam kasih sayangnya pada Freya. Pada orang yang menjadi keluarganya."

Setelah berkata seperti itu James bangkit dari duduknya, tidak tega dengan sikap Blace yang terlihat sangat terguncang setelah mendengar ucapannya. Mungkin ini terlalu berat untuk seseorang yang tidak pernah merasakan kekerasan dalam hidupnya. Apalagi James merasa simpatik, karena sikap Blace yang sekarang sudah berkaca-kaca.

James duduk di samping Blace di atas ranjang. Pria itu mengusap bahu Blace dengan sikap menenangkan.

"Kau tidak perlu takut, semakin kau menunjukkan sikap ketakutan pada Freya, dia akan selalu bersikap berkuasa terhadap perempuan yang mendekati Havrelt. Keberadaanmu di dekat Havrelt, walau pun tidak punya hubungan apa pun, tentu saja bisa membuat Freya merasa terancam. Dan beruntung kau tidak punya rambut berwarna pirang. Karena Freya sangat membenci rambut pirang yang selalu mengingatkan pada Agnes."

Blace menatap James dibalik bulu mata lentiknya. "Jika Freya separah itu aku tidak ... aku tidak bisa membahayakan hidupku terlalu lama berada di sini."

"Itu sebabnya, kau harus bisa menjaga jarak dengan Freya. Dan menemukan barang itu."

Blace tidak bisa berkata-kata. Ia menundukkan menatap tangan James yang terluka, yang diperban. Masih tidak menyangka jika Blace akan mengalami masa-masa sulit seperti sekarang. James telah menyelamatkannya, menyelamatkan nyawanya dari Freya. Apa yang bisa Blace balas agar ia tidak berhutang nyawa dengan James? Rasanya tidak ada. Rasanya ucapan 'Terima kasih' yang baru ia ucapkan sekali juga belum cukup.

James menarik tangannya yang mengusap bahu Blace, ia menarik diri dan bangkit dari duduknya yang cukup dekat dengan Blace. Pria itu memandang Blace lekat.

"Itu lah alasan mengapa anda harus menjaga jarak dengan Nona Freya." James mengubah bahasanya menjadi formal, membuat Blace memandang James detik itu juga.

Tubuh Blace tidak terlalu bergetar lagi, karena ia sudah berusaha menenangkan dirinya agar menjadi tenang. Blace menarik napasnya. Dan ia juga mengubah nada bahasanya.

"Terima kasih, Tuan James. Anda telah memberitahu saya tentang segalanya."

James mengangguk, dan saat itu James memutuskan pergi dari sana, meninggalkan Blace yang sama sekali tidak bisa melupakan apa yang baru James ceritakan.

*****

Mulut Blace tidak berhenti menyeruput milkshake rasa strawberry di tangannya. Ia mengabaikan bunyi sedotan yang nyaring saat milkshake itu mulai habis. Ia juga mengabaikan ada beberapa orang yang menatapnya dengan pandangan aneh, Blace menoleh ke sekitarnya merasa seseorang berpakaian serba hitam, yang tak jauh dari tempat berdirinya menatapnya seperti sedang mengawasinya. Blace mengangkat bahunya tidak peduli, mungkin orang itu sedang menatap hal yang Blace lakukan sangat memalukan. Maksudnya menyeruput gelas kosong yang hanya tersisa es batu.

Blace kembali menyeruput milkshake itu, menunggu James yang memarkirkan mobilnya karena mereka sudah tiba di gedung British Museum. Tak lama setelah itu, James tiba di sampingnya dan mulutnya terbuka seperti akan mengajaknya masuk, tapi berhenti dan tidak jadi.

Bunyi keras dari sedotan yang diseruput oleh Blace, ternyata menganggu James. Tangan James bergerak merebut milkshake kosong di tangan Blace. Sedotan itu terlepas dari mulut Blace saat James berhasil merebut milkshake dan langsung membuangnya di tempat sampah terdekat. Tentu saja, wanita itu langsung protes.

"James! Kau membuangnya lagi!"

"Ini sudah ketiga kalinya kau meminum botol kosong. Aku sudah membelikanmu yang baru tadi. Apa masih haus? Apa perlu aku belikan lagi? Atau ... apa tadi itu sudah menjadi kebiasaanmu? Menghabiskan milkshake dengan cepat? Dan mengeluarkan bunyi?"

Blace bisa melihat sikap jengkel James padanya. Blace menyungging senyum kecil pada James. Mau bagaimana lagi, Blace suka mendengar bunyi sedotan terhadap botol yang tidak ada isinya. Rasanya menyenangkan dan unik.

"Pertanyaanmu banyak sekali. Aku tidak haus dan kau tidak perlu membelikan lagi karena aku sudah kenyang. Emm mungkin ... bisa dibilang tadi itu seperti sebuah hobi, aku suka melakukannya."

"Jangan lakukan lagi, itu memalukan."

"Menyenangkan bukan memalukan." Blace menarik lengan James agar mereka melangkah memasuki gedung British Museum.

Jangan heran jika mereka terlihat akrab hari ini. Sejak James mengajaknya makan dan mentraktirnya di Starbucks terdekat. Pria itu sendiri yang memintanya agar tidak berbicara formal, Blace tidak tahu apa yang membuat James memintanya begitu, dan ia juga tidak ingin tahu, jadi Blace mengiyakannya begitu saja. Di Starbucks James mentraktir dan mengatakan pada Blace ia bebas memesan apa saja. Mengingat Blace memang belum sarapan dari tadi pagi, wanita itu tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia memesan banyak makanan dan beberapa minuman sampai Blace tidak sanggup menghabiskan semuanya. Ada beberapa minuman yang Blace pesan dengan rasa yang berbeda. Vanilla Latte, Bootleg Brulee dan milkshake strawberry yang tidak sempat ia habiskan di Starbucks.

Kembali pada kenyataannya, ketika mereka memasuki gedung British Museum, Blace langsung terpana, tangannya yang menarik James terlepas, ia mendongak ke atas melihat langit-langit yang menjulang begitu tinggi. Blace juga memerhatikan sekitarnya ada beberapa orang yang tampak sibuk membahas sesuatu, kumpulan orang yang berjalan menaiki tangga. Blace menoleh ke belakang, merasa ada seseorang yang mengamatinya. Tapi ternyata ia hanya menemukan kumpulan orang yang terlibat pembicaraan yang serius. Saat matanya menurun menatap lantai. Bayangan dari kerangka langit-langit memantul dan membuat pola unik di atas lantai. Dan hal itu kembali membuat Blace takjub.

"Wow, aku tidak menyangka akan melihat tempat sebesar dan seluas ini." Blace tersenyum manis sambil menatap James.

"Ada perpustakaan nasional di bangunan yang sama yang tidak boleh kita dilewatkan. Kita akan pergi ke sana. Juga beberapa ada Departemen yang mengupas sejarah yang ada di dunia di berbagai negara." James balas menatap Blace.

"Kau harus mengajakku ke semua tempat di gedung ini. Lalu setelah ini aku ingin pergi ke tempat lain juga." Blace merangkul lengan James dengan akrab.

Blace memberi senyuman terbaiknya pada James. Satu hal yang tak pernah berubah dari diri Blace, wanita itu terlalu gampangan jika dihadapkan dengan hiburan dan sesuatu yang gratis. Sebagai contoh untuk sekarang, James bersikap sangat baik padanya dan menawarkan diri mengajaknya jalan-jalan keliling London dengan semua biaya ditanggung oleh James, dengan artian Blace pergi gratis dan menikmati keindahan London. Tak bisa dipungkiri sikap tertutup Blace terhadap semua orang bisa berubah karena hal itu, ia bisa berubah mengakrabkan diri dan membuka dirinya terhadap sekitar. Dan James membuatnya melakukan hal itu, di Starbucks mereka juga menceritakan banyak hal, tentang apa saja. Dan Blace menikmati hari ini dan mengubah dirinya akrab dengan James. Pria itu terlalu baik. Dan Blace menyukainya sebagai teman.

James mengangguk, tidak keberatan dengan lengan Blace yang masih merangkul lengannya. Pria itu mulai mengajak Blace memasuki ke tempat-tempat di gedung British Museum.

*****

Blace tidak bisa berhenti terpana. Ketika mereka memasuki perpustakaan nasional, dan puluhan rak yang berisi ratusan buku langsung memenuhi penglihatannya.

Sebelumnya mereka tiba di tempat ini, James sudah mengajaknya mengunjungi beberapa departemen. Seperti Departemen Yunani dan Romawi yang menyimpan banyak koleksi purba kala dari awal Zaman Perunggu Yunani hingga pemerintahan Kaisar Romawi Konstantinus.

Pada departemen itu dipamerkan mengenai peradaban Kyklades, Peradaban Minoa dan Peradaban Mykenai, dan koleksi Yunani Kuno termasuk di antaranya pahatan penting dari Parthenon di Athena, dan dua dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno, yaitu Mausoleum Mausolus dari Halicarnassus dan Kuil Artemis di Ephesos. Dan koleksi lainnya.

Semua benar-benar indah dan luar biasa. Apalagi mereka juga sempat mengunjungi beberapa departemen lainnya seperti Departemen Timur Tengah, Departemen Seni Cetak dan Gambar, Departemen Prasejarah dan Eropa, Departemen Asia dan masih banyak lagi. Tentu saja mereka menghabiskan banyak waktu di sana hingga sore hari tiba. Karena merasa kelelahan mereka memutuskan untuk pergi ke perpustakaan nasional yang ada di British Museum. Setidaknya mereka bisa meluruskan kakinya yang terasa pegal.

Tak butuh waktu lama, bagi James dan Blace mereka sudah memilih duduk sambil berhadapan. Dengan satu buku berlapis sampul kuno di hadapan masing-masing.

Saat ingin membuka buku sastra yang diambil, Blace menoleh pada James yang sibuk membaca.

"Setelah ini, kita akan ke mana lagi?" Blace tersenyum, wanita itu memang tidak bisa menghentikan senyumannya semenjak mereka tiba di British Museum. Kebiasaan buruk Blace yang tidak bisa ia hentikan. Suara Blace nyaris berbisik, mengingat ruangan perpustakaan itu sangat sunyi. Padahal ada banyak orang di sana.

James mengangkat wajahnya dari buku yang ia baca. Ia menjawab pertanyaan Blace dengan berbisik juga. "London Eye, London Tower Bridge, Big Ben, berlayar di Sungai Thames, lalu makan malam? Apa setuju?"

Blace mencondongkan badannya mendekati James, menopang wajahnya dengan sebelah tangannya. Ia tidak bisa menyembunyikan senyumnya, wajahnya terlihat antusias, Blace kembali berbisik. "Wow, itu lumayan banyak. Kita perlu esok hari lagi untuk mengunjungi semua tempat. By the way, apa Tuan Havrelt tidak keberatan jika kau menemaniku jalan-jalan seharian keliling London?"

"Hari ini aku libur, dan sepertinya kau memang butuh hiburan setelah apa yang kejadian kemarin. Dia tidak akan keberatan. Karena Havrelt tidak mungkin bisa menemanimu jalan-jalan. Jadi aku menawarkan diriku untuk mengajakmu jalan-jalan."

"Oh James ... kau baik sekali." Blace meraih tangan James dan mengenggamnya dengan rasa terima kasih.

James tidak mengatakan apa-apa. Pria itu membalas senyumannya, menampilkan senyum manis yang pernah Blace lihat saat James berbicara dengan George di pesta beberapa waktu lalu.

'Ya Tuhan, dia punya senyum yang manis.' Batin Blace tidak bisa menahan diri untuk tidak memuji James.

Blace melepaskan genggamannya di tangan James, dan mereka kembali fokus pada bacaan di hadapan mereka. Blace merasa bersyukur hari ini. Ia tidak peduli jika hari ini memang sangat mirip dengan kencan. Hanya dia berdua saja dengan James. Tidak ada yang mengganggu mereka. Blace tidak bisa menyembunyikan senyumnya, ia sangat senang hari ini.

*****

Malam menjelang begitu cepat. James berjalan ke arah Blace yang menunggu di bangku dekat trotoar, yang langsung menghadap ke London eye. Ada satu ice cream rasa coklat di tangannya. Mereka sudah menghabiskan banyak waktu saat menaiki London Eye yang menampilkan keindahan kota London dari ketinggian, mengunjungi Big Ben, berlayar di Sungai Thames dengan kapal, dan mereka berakhir kelelahan tanpa sempat mengunjungi London Tower Bridge. Tetapi mereka sudah sempat makan malam di kapal saat menelusuri Sungai Thames.

Semua yang James lakukan hari ini ternyata sangat menyenangkan. Ia sama sekali tidak kesulitan menarik perhatian Blace yang sudah ia anggap sebagai adik barunya. Blace begitu menikmati kebersamaan mereka. Dan ia tidak bersikap kaku dan canggung lagi saat berhadapan dengannya. James menyembunyikan senyumnya saat mengingat ia sangat jarang berlibur seperti sekarang bersama seseorang.

James tiba di hadapan Blace, memberikan ice cream di tangannya pada wanita itu. Blace menatapnya sebentar, sebelum akhirnya memutuskan untuk bangkit meraih ice cream di tangan James dan memberi pelukan hangat untuk James.

"Thanks, James."

James membalas pelukan Blace, mencoba menyembunyikan senyumannya yang mulai melebar karena sikap Blace. Ia tidak menyangka Blace terlalu mudah menerimanya, walaupun wanita itu tidak tahu dia memiliki arti lain untuk James. Adik barunya. Seharian ini dia sudah mendapatkan genggaman dan pelukan dari adik barunya.

Saat Blace melepaskan pelukannya, James berusaha se-natural mungkin jika ia tidak tersenyum.

"Kau hanya membeli satu saja?" Blace menatap ice cream di tangannya. Ia menyodorkan pada James. "Kau mau?"

James menggeleng. "Tidak, aku membelikan itu khusus untukmu."

"Okeyy,"

Mereka akhirnya memutuskan untuk duduk di bangku yang tadinya diduduki oleh Blace. Ketika Blace ingin menjilat ice cream di tangannya, Blace menoleh ke belakang. Dari tadi semenjak ia menunggu James membelikan ice cream, Blace merasakan ada seseorang yang mengawasinya.

Matanya terfokus pada seseorang yang menatapnya terang-terangan di seberang jalan, orang itu berpakaian serba hitam. Persis seperti orang yang ia lihat di British Museum. Blace memincingkan matanya, mencoba mencari tahu dan mengingat dalam cahaya lampu jalanan, sepertinya ia pernah melihat orang itu. Dan saat ia tahu siapa orang itu, Blace nyaris menjatuhkan ice cream di tangannya. Ia melihat orang yang sama, orang yang pernah berada di pesta dan mengacaukan pesta ketika ia menjadi pasangan James saat itu.

Sontak Blace bangkit dari duduknya, membuat James langsung kaget dengan tingkahnya.

'Aku tidak ingin bertemu dengan mereka.'

Blace mulai ketakutan, ia harus mengajak James pergi dari sini. Jika mereka membawa Blace, semuanya berakhir. Hidupnya berakhir.

Blace berpaling terlalu cepat ke arah James. Tidak menduga jika ia malah tersandung kakinya sendiri. Ice cream utuh di tangannya terjatuh ke arah James, beruntung Blace bisa menahan tubuhnya tidak terjatuh ke arah James.

Mata Blace terbelalak. "Ya Tuhan. James!" pekik Blace nyaring. Ice cream yang jatuh itu tepat mengenai wajah James.

Blace memindahkan wafer yang mendarat di baju James dan mengotorinya dengan lumuran ice cream yang dingin. Blace meraih sapu tangan, yang ia bawa dan mencoba mengelap lumuran ice cream di wajah James.

"Aku tidak bermaksud melakukannya." Blace sedikit panik. Saat itu James menghentikan tangannya yang mengelap wajah James.

"Tidak apa-apa, aku bisa melakukan sendiri."

Blace merasa tidak enak. Dan apalagi ia merasa orang yang berada di seberang jalan masih mengawasinya sedari tadi.

"Kalau begitu kita pergi dari sini. Di mobil ada air minum untuk mencuci wajahmu."

James sudah membersihkan wajahnya. Tapi rasa lengket masih ada di sana. Ia bergerak saat Blace menarik tangannya ke mobil yang terparkir tak jauh di sana. James bahkan tidak melihat kunci di saku jasnya sudah berada di tangan Blace. Sejak kapan Blace mengambilnya?

Blace membukanya pintu mobil dan meraih botol minum memberikan padanya. James berusaha tidak mengernyitkan keningnya, saat melihat Blace tampak mengenal mobil mewah yang ia bawa. Setelah membersihkan wajahnya. James kembali terkejut saat Blace mendorong tubuh James ke dalam mobil. Dan berkata.

"Masuk ke mobil. Aku yang akan mengemudi."

James menoleh di sampingnya, melihat Blace sudah masuk dan duduk dibalik kemudi. Dan saat itu, Blace memberinya sebuah senyuman.

"Jangan khawatir, aku pandai mengemudi." Katanya pelan dan langsung membawa mobil itu pergi dari sana.

*****

Seseorang yang sedari tadi mengawasi Blace, yang berada di seberang jalan, meraih ponselnya dan menelepon.

"Dia berada di London. Sudah kukatakan jika aku tidak salah lihat di pesta itu. Dia bersama James Alexis."

Sementara itu, tak jauh dari sana. Ada seseorang lagi yang ternyata juga mengamati James dan Blace. Pria itu menghembus asap rokok dari mulutnya. Rambut pirang itu berkibar karena angin malam berhembus cukup dingin. Mata hijaunya menajam mengingat semua kedekatan Blace dan James. Senyuman dan pelukan Blace untuk James terlalu nyata jika disebut sebuah kepalsuan.

Nate salah tentang satu hal. Ia salah tentang hubungan James dan Blace. Kebersamaan mereka berarti sesuatu dan Nate belum mengetahui hal itu. Sebentar lagi, ia akan tahu. Dan ia akan merebut Blace dari James.

-----To be Continue-----

*****

(Selasa, 6 November 2018)


3600+ Word ✔️

Part ini khusus James dan Blace 😄

Btw, untuk flashback saya gak terlalu suka pakai tulisan italic ya.. But.. Bukan berarti gak akan pakai ya...

Dan untuk part ini, yg lupa bagian James cerita rahasia Freya sama Blace, kalian bisa baca part N I N E 🔫 sebelumnya. Lupa juga dengan siapa Agnes Gloxinia? di part N I N E 🔫 dia juga muncul di sana.

Satu lagi. Untuk part ini. SAYA KENYANG DENGAN RISET. HAHAHAHA xD...

Part ini sudah bikin saya jalan-jalan ke London. Beneran.. Hahahaha xD ternyata London seindah itu 😂😂

.
.
.

Blace yang dibeli in ice cream sama James.


.

James yang senang punya adek baru.

.
.

Nate yang gak suka liat James bersama Blace.

.

Dan seseorang yang masih misterius.

.
.

See you next chptr.

Go follow :

@risennea
@risennea.story

Salam hangat
PA H

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top