S I X🔫

"Halo?"

"Cepat kemari dan jemput kami!"

"Tuan James? Apa ini anda?"

"Iya!"

"Anda dan bos sedang berada di mana?"

"Akan kukirimkan alamatnya lewat pesan."

Sambungan telepon itu terputus, James mengirimkan pesan dengan cepat, mengetik alamat yang ia lihat di papan jalanan. James menyerahkan ponsel di tangannya kepada Havrelt, yang ia pinjam untuk menelepon Cody Wymer-rekannya yang selalu bersaing saat balapan mobil-untuk menjemput mereka.

Melihat ekspresi kelam dari bosnya, dan tangan Havrelt yang enggan menerima ponsel. Membuat James kembali sejenak mengingatkan kejadian sepuluh menit yang lalu. Hanya sebentar. Akibat kejadian yang melelahkan malam ini, mungkin mereka akan telat bangun pada esok harinya.

Mata James menyapu jalanan, mengamati dan mengingat. Ada darah ada di mana-mana, bau logam berkarat tercium sangat kuat dan tujuh belas penjahat yang sudah menjadi mayat itu mati dengan tak layak. Semua perbuatan Havrelt dan James.

Ada enam mobil yang terparkir sembarangan di sekitar mereka. Tetapi Havrelt dan James mengabaikan keberadaan mobil itu, yang sebenarnya bisa digunakan untuk mengejar Blace. Namun terlalu beresiko jika mobil itu sengaja dipasang pelacak dan yang paling parah peledak. Apalagi ada yang jauh lebih penting dipikiran mereka. Kenapa sang peramal memilih untuk meninggalkan mereka?

James menoleh lagi ke arah Havrelt yang sedang mengelap darah di permukaan logam Desert Eagle kesayangannya dengan sapu tangan. Melihat ekspresi datar di wajah Havrelt membuat James tidak bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh bosnya.

Havrelt membalikkan badannya membelakangi James. Di sana Havrelt memperlihatkan apa yang sangat mengganggunya. Rahangnya mengetat, bibirnya menipis saat bayangan mobil Audi miliknya meninggalkan tempat ini dengan kecepatan tinggi. Ia tidak menyangka jika penyihir itu mampu melarikan diri saat ia diserang, dan penyihir itu sama sekali tidak mendengarkan ucapannya. Havrelt mulai sadar sekarang, penyihir itu semakin merepotkannya saja. Mungkin nanti ia akan memberi hukuman saat berhasil menemukan penyihir itu.

Tak lama kemudian, mobil yang menjemput mereka akhirnya tiba. James tanpa bertanya pada Havrelt, melakukan tugasnya, yaitu menyuruh anak buah yang lain untuk membereskan apa yang terjadi di jalanan itu. Membuang mayat, membersihkan darah yang ada di sana dan membakar semua bukti untuk mobil penjahat itu. Membuat semuanya bersih, tanpa terjadi apa-apa. Untuk menghindari polisi yang bisa saja melibatkan mereka dalam kasus hukum.

James berdehem, saat mereka duduk bersisian. Havrelt jauh lebih pendiam dari biasanya. Sedikit rasa khawatir menyusup dalam diri James, ia memutuskan untuk mulai membicarakan sesuatu. Apa saja, ia tidak punya ide untuk bertanya hal yang menarik.

"Malam ini kelihatan gelap ya, tanpa bintang?" tangan James mengusap lehernya dengan ragu.

Havrelt merespon James dengan lirikan matanya.

"Apalagi hawanya mulai terasa dingin," James menambahkan dengan nada datar, berusaha menyindir bosnya yang semakin membeku dengan keadaan.

Secepat itu, Havrelt menoleh ke arah James. "Kau.membicarakan.cuaca.denganku." Pernyataan yang penuh penekanan itu mampu membuat James terdiam beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk.

"Emm, yeah. Ngomong-ngomong apa perlu saya menyuruh mereka melacak penyihir nakal yang kabur membawa mobil anda?" James kembali bersikap formal.

"Iya, temukan penyihir nakal itu." Satu perintah itu membuat James langsung menelepon dan mengabarkan anak buah yang lain agar melacak keberadaan mobil Havrelt dan menemukan Blace. Karena James yakin, wanita itu masih mengendarai mobil.

*****

Guyuran air itu mengalir dari shower, membasahi tubuh Havrelt. Pikiran pria itu benar-benar kusut seperti benang yang tak bisa diperbaiki simpulnya. Ia tidak pernah merasa harus memikirkan seseorang sejauh ini. Tapi semua seperti kaset rusak. Terulang berkali-kali dalam ingatannya. Bayangan mobilnya yang dibawa kabur oleh si penyihir membuat Havrelt mengepal tangannya, ia menghantam tangan ke dinding, sampai beberapa kali hingga ia puas.

Ia sama sekali masih tidak percaya jika penyihir itu punya nyali dan keberanian untuk melarikan diri darinya, seharusnya ia memikirkan hal itu. Namun, faktanya tidak pernah terlintas dalam pikirannya. Semuanya membuat Havrelt semakin kesal.

Setelah ia berhasil mengalahkan pria berbadan besar itu, Havrelt sudah merencanakan untuk menghampiri sang penyihir yang terjebak bersama dua orang yang ingin melukainya. Dan ketika ia melihat penyihir itu membawa mobilnya, ia masih tidak mempercayai penglihatannya sampai membiarkan lengannya tergores saat ada lawan James menyerangnya saat ia lengah. Meluapkan emosinya yang memucak, Havrelt melampiaskan pada dua orang yang ingin menyakiti Blace. Dan pada akhirnya, mereka berakhir tragis di tangan Havrelt, jauh lebih mengerikan dari mayat yang lain. Darah yang keluar dari dua tubuh itu, terasa belum cukup untuk Havrelt. Ia belum puas. Setidaknya sebelum ia bisa menghukum wanita itu. Tetapi hukuman apa yang pantas untuk orang seperti penyihir itu?

Karena satu kenyataan yang tak bisa ia elakkan. Kemungkinan hanya wanita itu yang bisa menemukan barangnya yang hilang. Jika dugaan Havrelt tidak salah dengan kalimat itu.

Napas Havrelt semakin memburu, ditambah air yang menguyurnya sama sekali tidak bisa membuatnya tenang. Dalam sedetik pun. Ia benar-benar rusak oleh ingatan itu. Havrelt tidak pernah bersikap sesinting ini saat memikirkan seseorang. Dan sepertinya sangat tidak wajar jika kita memikirkan orang yang sama dalam waktu yang kita habiskan untuk mandi. Dan ingatan itu hanya berputar-putar di titik yang sama. Lalu kembali pada titik yang sama. Pada sang peramal.

Mematikan shower, ia keluar dari sana dengan bathrobe yang sudah membungkus badannya. Lima belas kemudian, Havrelt keluar dari walk in closet, dan pria itu sudah mengenakan jubah tidur berwarna biru dongker.

Saat Havrelt bersiap hendak tidur, seorang pelayan mengetuk pintunya, membuka pintu, mengabarkan jika mereka berhasil melacak mobil yang dikendarai oleh Blace. Bahwa wanita itu sekarang sudah berada di mansion. Segera mungkin, Havrelt bergegas turun ke lantai bawah. Mengingat jika kamarnya memang berada di lantai dua. Napas Havrelt memburu, ia sungguh tidak sabar ingin sedikit menyakiti penyihir nakal itu, setidaknya wanita itu bisa merasakan tamparan dan luka di kedua tangannya.

Langkah Havrelt semakin cepat, saat ia turun dari tangga spiral yang berhadapan langsung ke pintu utama mansion. Ia melihat James berjalan masuk dengan Blace di gendongannya. Beberapa pengawal mengikuti pria itu dari belakang.

Di sisi lain, James terlalu peka, untuk merasakan emosi Havrelt yang menguar ke seluruh ruangan luas itu. Ia tahu jika ia tidak menahan Havrelt mungkin wanita dalam gendongannya akan berada dalam masalah. James menghentikan langkahnya, menunggu saat Havrelt menghampirinya.

Tak butuh waktu lama, Havrelt sudah berada di depan James, dengan rahang dan wajah menahan amarah.

"Turunkan dia." Titah Havrelt penuh penekanan. Ia sudah memikirkan hukuman apa yang pantas untuk si penyihir itu.

Mata James terpaku pada wajah yang menahan amarah itu. Ia menguatkan hatinya, mengatakan isi hatinya dengan berani. "Berhenti berpikir untuk melukai wanita ini, Tuan. Saya tahu apa yang anda pikirkan yang tak jauh-jauh dari melukainya."

Seketika itu, tangan Havrelt merengut kerah James, mencengkramnya dengan kuat. Ia mengabaikan tangan Blace yang juga melingkar di leher James, ia tidak peduli dengan itu. Setidaknya James bisa menjadi pelampiasannya sebelum si penyihir. Karena ia lihat, si penyihir itu pingsan dalam gendongan James.

"Jangan menghentikanku!" Havrelt meluapkan emosinya. Bentakan itu mengema dalam ruangan itu.

"Kita salah paham. Wanita ini hanya shock. Dia sama sekali tidak berniat kabur dari kita. Dia menceritakan semuanya padaku." James memberikan tatapan paling bersungguh-sungguh, berusaha tidak menyingkirkan tangan Havrelt yang masih berada di kerahnya.

Tatapan Havrelt menajam. "Dan kau percaya pada orang asing seperti dia? Aku Tuanmu di sini, James!" suara Havrelt naik satu oktaf.

Baru saja James ingin membuka mulut berusaha menyangkal. Blace bergerak dalam gendongannya dan perlahan matanya terbuka. Kening itu mengernyit, lalu tak lama wanita itu meringis menekan pelipisnya. Wajahnya pucat pasi tertutup warna hitam dari maskaranya yang luntur. Lipstik di bibirnya juga sudah kacau balau. Dan rambut hitam panjang yang lepek, benar-benar membuat penampilan Blace sangat kacau.

"Turunkan aku," suara lemah itu, membuat Havrelt mengeratkan rahangnya. Ia melepaskan cengkraman pada kerah James.
'Penyihir ini benar-benar kacau,' batin Havrelt.

James bergeming mendengar suara itu, ia ragu. Ia bisa merasakan tubuh Blace terlalu lemah untuk bisa berdiri sendiri. James tidak memandang Blace saat wanita itu menatapnya dengan dalam dan lemah.

"Aku butuh toilet," suara itu terdengar parau. "Kumohon, turunkan aku."

Mata James melirik waspada ke arah Havrelt, bosnya bisa melakukan apa saja jika ia sangat ingin melukai seseorang. Dan seperti dugaannya, Havrelt sudah yakin menjadikan Blace sebagai objek yang akan dilukai. Lihat, betapa tatapan Havrelt tak berpindah sedetik pun untuk Blace.

Menghela napas, James menurunkan Blace dari gendongannya, ia menolong Blace saat wanita itu sempat terhuyung ke arahnya lagi. Tentu saja, dengan sigap James membantu Blace. Merangkul bahu perempuan itu.

Blace tidak tahu bagaimana mengekspresikan jika ia ingin segera berlari ke kamar mandi. Ia tidak mungkin bisa berlari begitu saja, melihat tatapan super tajam milik Havrelt hanya terpaku padanya. Rasa pening di kepalanya mulai menyerang Blace lagi, perutnya melilit. Ia bisa merasakan jantungnya berpancu lebih cepat. Blace yakin, jika itu akan jadi hal buruk. Sesuatu bergejolak di perut Blace mendorong sensasi aneh di dalam sana seperti ingin dikeluarkan.

"James, tolong tunjukkan toiletnya."

Baru melangkah satu langkah bersama James, tangan Havrelt mencengkram lengan Blace dengan kuat. "Kau tidak bisa pergi ke mana-mana."

Sebelah tangan Blace terangkat menutup mulutnya. Wajahnya semakin pucat. "Aku butuh toilet."

Kali ini tangan Havrelt bergerak mencengkram kedua bahu Blace, memaksa wanita itu menatapnya dan berdiri dengan kuat. Ia tidak bisa melepaskan Blace dari hukuman yang sudah ia pikirkan. James terlihat melepaskan rangkulannya pada bahu Blace.

"Kau harus menjawab pertanyaanku dulu!" suara itu meninggi.

"Bisakah nanti saja? Setelah aku ke toilet?" Blace semakin lemah dan kacau.

"Kau tidak akan ke toilet. Kau akan di sini."

Mulut Blace membuka, tapi tak lama kembali menutup. Rasa pening menghantam kepalanya seperti seseorang baru saja menghantam balok kayu ke belakang kepalanya. Blace mencengkram jubah tidur Havrelt, saat ia terhuyung ke arah pria itu.

Mendadak, Blace merasakan perutnya mulai menggila, seperti sedang mendorong sesuatu dalam sana agar keluar ke permukaan. Saat itu rasa mual datang, lalu disusul dengan isi perut yang cair keluar dari mulutnya. Ia tidak bisa menahannya lagi. Ia muntah tepat di dada Havrelt, mengenai jubah tidurnya.

James yang paling terkejut di antara para pengawal yang juga terlonjak kaget. Melihat bos mereka dimuntahi oleh sesuatu. Tetapi tidak mengatakan apa-apa, karena ekspresi Havrelt menggelap dan benar-benar terlihat ingin menghabisi orang.

Blace kembali muntah lagi, kali ini Havrelt membiarkan wanita itu muntah ke arahnya. Ia memalingkan wajahnya, saat cairan itu itu terasa panas dan lengket di tubuhnya.
Tak berapa detik, tubuh Blace melemah. Kegelapan merenggut kesadarannya. Havrelt menahan gadis itu jatuh ke dadanya, ia mendorong bahu Blace ke arah James yang langsung menyambutnya.

"Urus penyihir itu. Merepotkan saja."

Havrelt menahan amarahnya, ia berbalik dan pergi dari sana. Karena ia perlu mandi sekali lagi untuk malam ini.

***

(Minggu, 9 September 2018)

[FOLLOW IG : risennea]

Jadi, di sini aku mau kasih info sedikit. Tentang mobil yang dibawa sama Blace di part kemaren. Mobil Audy perak yang tahan tembakan.

Ini info dari bang Google. Jangan lewatkan 😉

****


Audi A8 L Security

Bodinya dari baja. Sementara kacanya dipastikan bisa menahan serang peluru. Audi A8 L Security juga sanggup menahan serangan granat dan senjata tanpa menimbulkan cedera penumpang. Mobil ini biasa digunakan para pejabat atau pemimpin negara.

Audi A8 L Security dengan dimensi panjang 5.270 meter ini berhasil mendapat sertifikasi standar perlindungan penumpang kelas VR 7 dari German Ballistics Testing Center dan sesuai standar BRV 2009 (Bullet Resistance Vehicle).

Hebatnya lagi, sedan mewah ini memenuhi kriteria kelas VR 9 dan VR 10 di beberapa bagian dari A8 L Security. Nah, kabarnya Audi A8 L Security tersedia dalam 2 pilihan mesin yaitu 4.000 cc TFSI dan W12 dengan standar emisi gas buang Euro 6.

Mesin W12 (12 silinder) ini mampu melontarkan tenaga 500 Hp dan torsi 625 Nm dengan kemampuan gerak dari 0-100 km/jam dalam hitungan waktu 7,1 detik dan kecepatan maksimal 210 km/jam.

***


Nah, seperti yang udah kalian tahu. Karena Blace cuman tahu itu mobil Audi perak. Well, dia gak tahu itu merek apa dan tipenya apa.

Jadi, anggap aja. Mobil itu ada di cerita ini 😂😂😂

Aku punya pict mobil Audi versi warna peraknya. Let's See 😉


Salam hangat

P A H

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top