O N E 🔫
Suasana mencekam dalam ruangan itu, sanggup membuat seorang tidak berani mengeluarkan suaranya hanya untuk mengucapkan satu kata. Seperti sekarang, kemarahanlah yang menyebabkan suasana mengerikan dalam ruangan itu, tidak ada orang yang berani menyela kemarahan dari orang itu. Orang itu adalah penyebar ketakutan, ia berbahaya, juga berkuasa. Dia merenggut hidup seseorang layaknya sampah yang tidak berguna. Ia juga tidak segan-segan menembakkan amunisinya kepada orang-orang yang mengkhianatinya.
Suara tembakkan terdengar tiga kali berturut-turut. Lalu setelahnya terdengar suara bantingan barang-barang dalam ruangan itu. Guci-guci antik termahal menjadi pelampiasan kemarahannya. Ia bukan hanya marah, tetapi ia sangat murka. Dan semua ini adalah kesalahannya.
Rahang itu mengetat, alisnya mencuram berdekatan. Tangannya tergepal begitu kuat, hingga buku-buku jemari itu memutih. Rasanya ia ingin membuat dirinya terbunuh atas tindakan bodohnya. Ia sangat-sangat membenci dirinya yang berkomitmen pada keluarga, pada sahabatnya. Seharusnya ia tahu tak ada orang yang perlu ia percaya di dunia fana ini. Semua orang sama saja. Semua manusia sama saja. Mereka serakah dan penipu. Mereka selalu menginginkan lebih dari apa yang mereka dapatkan. Tak pernah puas sehingga hal itu terkesan sangat lazim. Begitu wajar, seperti sebelum musim dingin pasti ada musim gugur.
Napas yang tak beraturan itu, hanya bisa membuat kilas balik awal kemarahannya seperti rekaman ulang atas tindakannya. Tangan itu membantingkan gelas seloki yang berisi wine merah yang nikmat, di atas meja, hingga pecah berkeping-keping.
"CARI DIA SAMPAI DAPAT!" bentakan itu penuh amarah dan dendam. "Jika kalian tidak menemukan dia. Aku akan memastikan, peluruku akan menembus kepala kalian berkali-kali. MENGERTI?!"
Beberapa pria tegap berpakaian sama, jas hitam yang nyaris tidak bisa dibedakan satu sama lain. Tubuh mereka bergetar, mereka tak mampu menyembunyikan ketakutannya.
Orang itu adalah Havrelt Ryder Dimitry. Seorang Bos Mafia yang bersembunyi dibalik tubuh bawahannya, orang kepercayaannya—James Alexis. Mereka punya kegemaran yang sama, yaitu berambisi dalam dunia paling gelap. Dunia Gangster.
Pemicu kemarahan Havrelt adalah sejak enam bulan yang lalu ia kehilangan senjata antiknya, yang ia beli miliar dolar. Pistol paling mahal, George Washington's saddle pistols, dan gold-inlaid colt model 1849. Tidak hanya sampai di sana, 'pencuri' itu mencuri satu set perhiasan yang sudah menjadi barang pusaka milik keluarganya. Ia tersenyum miris, ia tidak akan sekacau ini jika yang hilang adalah senjata antiknya. Namun, ini berbeda. Yang hilang adalah satu set perhiasan milik keluarganya yang tak bernilai, diturunkan dari garis keturunan bangsawan terkaya abad 18. Memang siapa yang tidak memburu barang yang sangat langka itu, tak ternilai oleh digit, yang begitu sulit ditemukan, dan hanya satu-satunya di dunia.
Havrelt begitu marah saat mengetahui jika sahabatnya sendiri yang menjadi rubah berbulu domba, yang mengkhianatinya layaknya manusia yang tak pernah melihat sebongkah batu berlian. Sahabat yang sangat mengenalnya luar dalam, lahir batin. Namanya Nate Vladimir, yang sudah bersahabat dengannya dari remaja. Ia sama sekali tidak menyangka akan mendengar kabar yang seperti mimpi buruk dalam hidupnya.
"Maaf Bos, tetapi pencarian itu sudah kita lakukan lebih dari 6 bulan yang lalu. Kami tidak menemukan tanda-tanda apa pun tentang Tuan Nate." James Alexis—orang kepercayaan, juga menjabat sebagai asisten pribadi Havrelt mengatakan pendapatnya di tengah-tengah suasana yang mencekam itu.
"Apa yang kau katakan, James?" mata itu masih dibakar oleh api kemarahan. "Apa itu artinya kita harus berhenti mencarinya? TIDAK! AKU TIDAK INGIN TAHU! Bawa dia padaku dalam keadaan hidup."
James mengangguk, memerintahkan pada anak buah yang lain untuk bergerak dan mulai mencari lagi. Disusul dengan James yang juga keluar dari ruang kerja bosnya. Ia akan membiarkan Havrelt menenangkan diri terlebih dahulu, agar api itu tidak membakar sesuatu yang lain.
Napas tak beraturan itu terdengar sangat keras, begitu menderu dan emosi. Sebuah ego yang tak bisa dikendalikan oleh akal sehat lagi. Dan semua hal membuat semakin sulit. Hatinya terlalu disakiti oleh pengkhianat yang serakah, dan kenapa hal ini tidak pernah adil? Havrelt tidak bisa menutupi tatapan terluka yang terlihat sangat jelas. Ruang gelap itu menyembunyikan sosoknya yang sebenarnya ... pria itu cemas. Ia ... insecure dan terluka. Dan kenapa semua yang terjadi sangat menyakitkan?
Padahal Havrelt sudah berupaya membuat rasa manusiawi dalam dirinya, tergantikan oleh sosok tak berperasaan, kejam dan dingin. Ternyata semua itu tidaklah cukup ia masih punya hati nurani, yang tak pernah ia perlihatkan pada orang jika sebenarnya ia selemah orang yang jatuh sakit, bahkan mungkin lebih lemah lagi. Ia hanya orang yang begitu rendah. Dan sendirian.
Havrelt berjanji, ia akan menemukan Nate dengan cara apa pun.
*****
Langkah kaki itu terdengar sangat menggoda, semua orang berbisik tentangnya. Bagaimana semua kharisma yang menguar di sekitarnya, membawa pengaruh sangat besar bagi orang yang menatapnya, membuat semuanya hanya dapat mengagumi dari jauh. Jas hitam yang dijahit khusus oleh Desainer ternama, membalut tubuh atletisnya dengan sempurna. Tak ada yang bisa membantah jika ketampanan seorang Havrelt Ryder Dimitry begitu memabukkan, jauh lebih memabukkan dari wine abad 18. Rahang tegas, bibir tipis yang menggoda, mata elang yang tajam, rambut hitam yang memukau. Tidak ada kata selain sempurna dalam diri Havrelt. Tidak ada yang bisa menggantikan kata sempurna itu dalam dirinya. Tidak ada.
Pintu terbuka ruangan itu terbuka, saat ia menginjakkan kaki ke private room yang berada di sebuah Casino terkenal. Tempat di mana Dunia gelap berada. Dengan keangkuhan yang mengental dalam darahnya, pria itu meraih gelas yang sudah terisi wine merah, menyesapnya dan duduk di sofa ruangan itu. Ruang itu dominan merah, persis seperti wine merah miliknya. Lantai marmer hitam berkilat itu, tertutupi oleh warna merah. Jadi tidak ada yang bisa melihat keindahan dari lantai marmer itu. Dalam ruangan itu hanya ada dirinya dan James. setelah ia membiarkan beberapa pengawalnya berjaga di luar.
Dulu, Havrelt mengenal James sebagai sahabatnya setelah Nate. James jauh lebih royal dan patuh padanya dari pada Nate. Dan jika ia mengingat Nate—si bajingan itu, ia kembali merasa marah, merasa murka. Havrelt melampiaskan pada gelas dalam genggamannya. Pecah dalam genggamannya dan melukai telapaknya. James yang melihat tindakan Havrelt, menggerutkan keningnya.
"Bos? Anda baik-baik saja?"
Havrelt tersenyum miris. "Apa aku terlihat baik-baik saja? Aku merasa sangat sakit hati dengan kelakuan si brengsek Nate! KATAKAN PADAKU! Berapa lama lagi aku harus menunggu?!"
Sebenarnya Havrelt sudah menyewa seorang hacker untuk melacak jejak Nate dan hasilnya nihil seolah si brengsek itu ditelan bumi dan tak pernah kembali lagi. Dan apa itu artinya Havrelt harus kembali menunggu. Ia tidak bisa menunggu terlalu lama. Ia berambisi untuk menemukan Nate secepat mungkin.
"Bos. Saya...," James menghentikan ucapannya, merubah ekspresinya dengan cepat. James berdehem, jika sudah begini maka yang harus berbicara pada Havrelt bukan bawahannya tetapi sebagai sahabatnya. "Havrelt, kali ini tolong biarkan aku bicara sebagai temanmu, kau harus mendengarkan aku."
Ekspresi dingin terpancar di kedua mata Havrelt saat menatap tangannya yang terus berdarah. "Silahkan," gumamnya.
"Jika kita tidak bisa menemukan dia dengan Teknologi, kita masih punya cara lain."
Havrelt mengernyit, seakan menemukan celah untuk tetap bersikap kuat. "Apa?" Havrelt tidak bisa menahan rasa penasaran yang membabi buta, yang datang begitu gila.
Wajah James terlihat ragu, ia berkata. "Ki-kita bisa datang ke peramal dan mulai meramalkan di mana si bajingan. Aku tahu peramal paling hebat."
Seketika itu, Havrelt mengerang. Ia merasa perkataan James sangat gila dan tidak waras. Ia kira akan menemukan solusi yang baik, ternyata tidak.
"Jangan konyol, James. Aku memberimu waktu untuk bicara hal penting, bukan untuk berbicara yang aneh-aneh dan tidak masuk akal. Kau tahu jika aku tidak pernah percaya ramalan atau apa pun yang berhubungan dengan penyihir. Oh ayolah ini sudah abad ke 21 tidak ada lagi penyihir atau peramal. Dunia ini sudah sangat modern. Jadi, buang jauh-jauh pikiran itu, aku tidak akan melakukannya." Havrelt menolak mentah-mentah dan ia juga mulai kesal pada James yang aneh. Ia meraih sapu tangan dalam jasnya dan mengelap darah di telapak tangannya yang menetes, hingga bersih.
James tampak berpikir, ia mengetuk jemarinya di atas dagu. "Tetapi seharusnya kita bisa mencobanya terlebih dahulu. Aku menyusulkan ide sekonyol ini, karena aku tahu dari seseorang. Ia bercerita jika ia tidak menemukan istrinya yang tiba-tiba menghilang, selama bertahun-tahun. Dan kau tahu saat ia pergi ke si peramal, dia baru tahu jika istrinya dimutilasi oleh pacarnya sendiri. Sungguh menyedihkan. Tetapi kau harus percaya padaku. Aku serius tentang peramal ini."
"Sudah, berhenti membujukku. Aku tidak ingin gila sepertimu. Aku butuh jalan keluar secepatnya. Dan bisakah kau keluar dari sini, James. Aku perlu merenungkan beberapa hal." Setelah James pergi, Havrelt menghela napas, mencoba bersandar pada sofa itu dan menutup mata, mengabaikan jika ia hanya sendiri dalam ruangan itu. Ia menyesap wine di gelas baru, sekali teguk.
Walaupun terdengar gila, diam-diam hatinya tercubit mendengar perkataan James. Jika teknologi di dunia manusia tidak bisa menemukan Nate, maka, mungkin alam lain bisa. Sang Peramal.
Havrelt mengerang frustrasi, ia tidak pernah mengambil langkah konyol seperti ini. Ia tidak mungkin kehilangan kewarasan jika ia tidak memikirkan, satu set perhiasan milik keluarganya yang berharga. Havrelt berpisah dari keluarga besar yang yang lebih memilih untuk tinggal di Rusia, tanah air mereka. Sedangkan Havrelt memutuskan untuk tinggal di Inggris karena ia dapat mengambil keuntungan yang luar biasa dalam menjalankan Bisnisnya. Dengan tubuh seorang James ia berhasil membuat beberapa perusahaan berkembang, seperti perusahaan anggur juga parfum. Dan beberapa saham sektor properti.
Di usianya yang ke 29 ia sudah bisa mendapatkan kekayaan dari hasil keringatnya sendiri. Dan terlepas dari semua itu, pikirannya lagi-lagi kembali teringat dengan perkataan James yang konyol, tetapi patut dicoba.
Havrelt mengerang lagi. Itu adalah pilihan yang sangat buruk dan sinting. Benar-benar sinting.
*****
30 menit kemudian.
"James?" Suara penuh siksaan itu keluar dari mulut Havrelt, saat ia menghubungi James dan menyuruh pria itu menemuinya dalam ruangan itu.
"Kenapa anda memanggil saya, Bos?" James menundukkan kepalanya sekilas, saat melihat binar-binar depresi di wajah Havrelt ketika ia tiba di depan pria itu.
"Liburan jadwalku selama tiga hari berturut-turut untuk Dunia Gengster. Aku tidak akan pernah kembali setelah tiga hari itu selesai,"
Mendengar ucapan itu, James tercengang. Apa ada yang salah dengan Bosnya? James merasa jika tadi Havrelt baik-baik saja.
Dari sanalah James mulai curiga. Apa mungkin Bosnya mulai berubah pikiran?
"Tuan, bagaimana transaksi ilegal yang penting itu. Kita harus bertanggung jawab, karena kita yang awalnya mengikat janji pada mereka." James masih ingin memprotes dan dugaannya semakin terarah ke jalan yang benar saat ia melihat ekspresi Havrelt.
Mata Havrelt menajam, ia mengernyit tidak suka melihat James membantahnya. "Hentikan ucapanmu. Aku menyuruhmu melakukan sesuai yang aku perintahkan. Tidak ada bantahan."
"Bukan seperti itu, kenapa tiba-tiba Tuan berubah pikiran dengan cepat?" James masih tidak percaya. Ia merasa tiba-tiba ruangan menghening.
Havrelt terlihat terdiam dan berpikir.
James sama sekali tidak bisa menebak, jika ternyata dugaannya benar jika Havrelt memikirkan perkataannya. Dan James kembali memfokuskan dirinya pada ucapan Havrelt sebelumnya. Ia juga bingung harus menangapi perkataan Havrelt kecuali mengangguknya.
"Baiklah, Tuan. Aku akan mengatur ulang jadwalmu," ucap James. Setelah itu, ia berjalan keluar ruangan dan menjauh dari Havrelt.
Baru beberapa langka melangkah. Havrelt kembali memanggil James. "James? Mari kita cari tahu Si brengsek itu lewat si peramal. Jadi kau harus membantuku juga,"
Awalnya James tercengang, perlahan senyum tipis itu hadir di bibirnya. Ia tidak percaya jika dugaannya benar, setelah ini James berjanji akan memberi hadiah untuk dirinya sebagai sebuah apresiasi. Dengan cepat meraih ponselnya dan setelah mengotak-atik sebentar ia menyerahkannya pada Havrelt.
"Disanalah tempatnya."
Havrelt bisa melihat sebuah gambar rumah yang mungil terbuat dari kayu, yang tak jauh dari sana terdapat bangunan mewah, yang berdiri jauh lebih kokoh. Memang rumah itu tidak sekuno yang ia bayangkan. Dan ia melihat papan nama bertulisan 'Witch's Blace'. Dan tempatnya berada di Skotlandia. Ia menatap James sekilas. Lalu kembali melirik gambar di ponsel James. Ia menghela napas, berarti ia harus menempuh perjalanan yang membosankan.
Havrelt kembali menyerahkan ponsel James. "Siapkan segalanya. Kita akan berangkat malam ini."
Tanpa menghilangkan rasa antusias, James mengangguknya dan meninggalkan Havrelt kembali tenggelam dalam pikirannya.
Havrelt tidak mungkin sekonyol ini, tetapi ia akui kali ini ia memang konyol. Havrelt selalu meyakini jika ramalan hanya dipercaya oleh orang yang bodoh, orang yang tak memiliki IQ tinggi. Lalu apa sekarang Havrelt sudah bodoh? Tidak! Ia tidak bodoh.
Oke, mungkin jauh lebih parah lagi. Havrelt sudah bodoh. Ia mulai gila dan sinting.
______________________________________________
(Rabu, 29 Agustus 2018)
[FOLLOW IG : risennea]
Huff.. Akhirnya chptr 1 sudah up..
Udah lama gak nulis. Well, maksudnya benar-benar nulis, bukan sekedar nulis cerpen.
Fresh dan baru... Semoga betah.
Semoga tidak mengecewakan. Dan gak terlalu berantakan kayak dulu.
Siap-siap menanti chapter selanjutnya...
See you...
Bonus pict.
Salam hangat.
P A H a.k.a Risennea
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top