F O U R T E E N🔫
Blace berdehem, mencoba menepis rasa canggung di antara dirinya dan James. Mereka sama sekali tidak bicara selama menunggu Havrelt kembali ke dalam ruang kerja.
Sore itu adalah pertama kalinya Blace memasuki ruang kerja Havrelt yang letaknya paling ujung di sayap barat mansion. Blace bisa mengetahui bagaimana bentuk ruang kerja pria itu, yang jauh dari perkiraannya karena sebelum tiba di ruangan itu, ia sudah memikirkan banyak hal, memikirkan jika ia akan menemukan ruangan merah, hitam dan putih. Karena warna-warna itu sangat netral untuk kepribadian Havrelt. Mengerikan dan berbahaya. Tetapi Blace salah. Ia menemukan ruangan ini dipenuhi dengan arsitektur kayu mahal yang mengilap. Warna cokelat tua dan keemasan terlihat sangat mendominasi ruangan itu, mulai dari lantai, dinding dan perabotan. Semuanya mempunyai tekstur yang berkualitas dan mewah.
Ada beberapa pajangan dinding yang terbuat dari keramik, hiasan kayu juga porselen yang berjajar rapi di sudut ruangan. Harum ruangan itu tidak tercium seperti kayu, tetapi tercium seperti alam. Bau alam yang terasa bebas dan nyaman. Ada meja kerja dengan dua kursi yang terhalang meja, ada beberapa sofa berwarna kuning gading berada tak jauh dari meja kerja, di tengah ruangan. Dan di belakang meja kerja itu terdapat rak tinggi yang berisi puluhan dokumen dan buku. Memang terlihat penuh, tetapi sebenarnya ruangan itu terlalu luas untuk ruang kerja di dalam mansion. Semuanya tertata rapi di tempatnya.
Mata Blace tidak berhenti mengagumi saat melihat jendela besar yang langsung menghadap ke sebuah taman indah dipenuhi oleh bunga yang terawat dengan subur. Bukan satu dua jenis bunga di sana, ada beberapa jenis, tetapi Blace tidak bisa mengetahui jenis seperti apa bunga itu, karena jaraknya cukup jauh untuk melihat. Tak jauh dari sana, ada rumah kaca yang berukuran luas. Suasana mansion ini benar-benar terlihat nyaman. Dan kenapa Blace baru menyadari hal itu?
Ada sesuatu yang lebih menarik dari yang lain, memikatnya untuk menyentuh permukaan dingin yang biru itu. Bentuknya yang besar, tampak angkuh dan juga berbeda dari warna ruangan, terlihat sangat mengagumkan. Sebuah aquarium besar berisi puluhan ikan hias yang indah dan sehat, ada dalam ruangan itu terletak tak jauh dari perapian. Blace sangat-sangat tergoda untuk menyentuh permukaan kaca aquarium, dan mengagumi ikan cantik di dalam sana. Ada jenis ikan Koi, Arwana Asia, Botia Badut, dan jenis-jenis ikan lainnya, yang tidak Blace ketahui namanya. Dalam aquarium itu juga ada bintang laut, dan hewan laut yang kecil.
Blace sedikit tidak menyangka jika orang seperti Havrelt ternyata bisa merawat ikan. Hal itu sangat langka untuk seseorang yang berbahaya, maksudnya wow ... seorang Havrelt ternyata bisa merawat ikan. Karena hal itu terasa mustahil, apa mungkin, para pelayan yang merawatnya? Entahlah, Blace tidak tahu.
Tidak heran jika James sudah mengingatkan dan melarangnya agar ia tidak boleh menyentuh kaca itu dengan sembarangan. Pasti karena Havrelt terlalu menyayangi para ikan hias itu. Well, hanya hal itu yang paling masuk akal bagi Blace.
"Hati-hati dengan tangan Anda, Madam. Jika jari Anda meninggalkan jejak di permukaan kaca aquarium, Saya jamin Anda akan mendapatkan masalah."
Tubuh Blace tersentak kaget, ia menarik tangannya dan mengenggamnya dengan erat. Bahkan secara tak sadar, ia sudah berdiri terlalu dekat dengan aquarium yang mengagumkan itu. Blace mundur dan menoleh pada James yang duduk dengan santai di sofa kuning gading yang diletakkan di tengah ruangan.
"Berapa lagi kita harus menunggu?" Blace melirik jam dinding yang tak berada jauh dari tempat berdirinya. Karena sudah lebih dari satu jam, ia ditinggalkan bersama James yang selalu mengawasi gerak-geriknya.
"Mungkin sebentar lagi,"
Blace mendekat ke arah James dan duduk di hadapan pria itu yang terpisah dengan meja. Keningnya mengernyit, menahan rasa kesal. "Anda sudah mengatakan hal yang sama seperti dua puluh menit yang lalu. Kenapa Bos Anda tidak datang juga?"
James tidak menjawab, ia berpaling dari Blace, meraih sesuatu yang terletak di lantai, yang sempat Blace lihat saat James dan dia memasuki ruangan kerja. Sebuah Paperbag krem dengan paduan warna hitam polkadot ditaruh di atas meja, tangan James mendorong Paperbag itu mendekat ke arah Blace. Seolah-olah James sedang memberi hadiah padanya. Benarkah?
"Apa ini?" Blace meraih Paperbag itu, berharap ia mendengar jawaban dari mulut James atas pertanyaannya. Tetapi ia tidak mendengar suara James untuk sekedar menjawab pertanyaan. Mengapa lelaki itu selalu tidak menjawabnya? Bahkan James secara terang-terangan hanya menatapnya dengan pandangan malas, bercampur dengan ekspresi datar.
Blace membalas tatapan James dengan wajah menyebalkan. Bibirnya siap mengerutu, matanya seolah berkata semua hinaan untuk James. Ia tidak mengerti dengan James, pria yang sedang berada di hadapannya.
Sikap James tadi malam terlihat berbeda dengan sekarang. Blace masih mengingat bagaimana sikap James yang bisa dikatakan manis. Malam itu, ketika Blace dan Havrelt baru saja tiba di mansion, bersiap memasuki mansion. Di depan pintu utama, James menghentikan aksi mereka. Secara tiba-tiba James mencengkram bahunya dengan kuat. Bagian penting yang tidak bisa ia lupakan adalah wajah James terlihat khawatir. Iya, pria itu benar-benar terlihat khawatir.
Bahkan Blace nyaris jantungan saat mendengar mulut pria itu membuka dan berkata. 'Kau baik-baik saja?'
Semua tindakan James terlihat nyata, tulus dan terlihat ... manis. Siapa saja orang di dunia ini juga tidak akan menolak sikap manusiawi itu dari seorang James yang tidak bisa ditebak. Jadi Blace tidak bisa menahan diri jika wajahnya langsung memerah saat itu. Benar-benar memerah seolah siap untuk meledak.
Blace sama sekali tidak mensyukuri jika kulit putihnya bereaksi terlalu sensitif terhadap perubahan apa pun. Wajahnya akan memerah ketika Blace marah, menangis, tertawa, senang, dan malu. Bahkan jika kejadiannya bisa sangat konyol. Saat itu, Blace hanya tersipu, tapi rasanya bukan hanya wajahnya yang memerah tapi juga seluruh tubuh rasanya panas dan terbakar.
Dan Blace hanya bisa mengatakan jika dia baik-baik saja dan tidak terluka.
Well, setelah kejadian itu, penyambutan Freya ketika mereka memasuki mansion mengacaukan segalanya. Blace tidak ingin mengingatkan hal itu lagi.
"Saya tidak menduga jika ternyata wajah Saya sangat menarik perhatian Anda. Apa terlihat seperti lukisan? Atau patung Dewa Yunani? Atau terlihat seperti hal yang membuat Anda tidak bisa mengalihkan sedikit pun mata Anda dari Saya dan seperti tidak bisa berkata-kata?"
Blace mengerjabkan matanya dua kali, ia mendengar ucapan James yang jelas dan begitu tertancap di hatinya. Mendadak wajahnya memerah, memerah hingga ke telinga dan lehernya, jantungnya juga berdebar keras menimbulkan rasa tegang luar biasa di tubuhnya.
Ya Tuhan! Blace bersumpah demi apa pun yang ada di dunia ini. Ia sangat jelas mendengar nada geli sekaligus kepercayaan diri James yang berada di tingkat yang luar biasa. Dan ia baru saja mendengar James memuji wajahnya sendiri.
'Apa terlihat seperti lukisan? Atau patung Dewa Yunani? Atau terlihat seperti hal yang membuat Anda tidak bisa mengalihkan sedikit pun mata Anda dari Saya dan seperti tidak bisa berkata-kata?'
James memang memiliki wajah yang menarik, dengan rambut cokelat seperti warna kayu tua dengan mata cokelat madu yang terang. Tetapi tidak cukup mempesona seorang Blace Flannery yang notabene peramal yang sudah melihat banyak wajah tampan dari para pelanggannya. Sebenarnya akan lebih menarik lagi kalau pria itu bisa bersikap ramah dan sedikit menghilangkan aura membunuh yang menari-nari di sekeliling tubuh James, yang selalu Blace rasakan ketika bersama James. Bukan seperti sekarang, Blace hanya melihat seringai tipis yang mengerikan di bibir James.
Tidak bisa menahan dirinya, Blace melemparkan Paperbag yang belum sempat ia buka di tangan, melemparnya ke arah James dengan kesal karena ia terlalu malu mengakui jika ia sadar kalau James sedang menggodanya. Melihat Paperbag itu dilempar, James dengan cekatan menangkap Paperbag itu dan memegangnya dengan erat. Ekspresi mengoda dan seringai tipis itu menghilang dari sana, tergantikan dengan ekspresi datar.
"Sepertinya Anda tidak membutuhkan barang berharga di dalamnya. Baiklah, berarti barang ini akan Saya buang saja."
Awalnya Blace terdiam saat James beranjak dari duduknya, bermaksud keluar dari ruangan itu, tapi Blace sendiri sedikit terkejut mendapati dirinya yang berteriak mencoba menghentikan langkah James.
"HEI! Kembalikan barang itu. Saya bahkan belum melihat isinya."
James berpaling dan menatap Blace, menampilkan wajah yang dominan malas daripada datar. Dengan gerakan cepat, nyaris tidak terlihat. Tangannya melempar Paperbag ke arah Blace. Berakhir jatuh di pangkuan Blace tempat posisi yang tepat dan sempurna. Sekejap Blace dibuat terpana.
Tanpa memperdulikan James yang kembali duduk di tempatnya. Blace membuka Paperbag itu dan mendapati satu paket kartu tarot ada dalam sana. Blace mengeluarkan kartu tarot itu dan ternyata itu adalah miliknya.
Ia menatap James meminta penjelasan. Bagaimana mungkin kartu tarot yang seharusnya berada di Skotlandia sudah berada di London? Blace tidak mengada-gada tentang kartu tarot di tangannya, karena Blace sangat mengetahui miliknya yang langka, yang sulit dicari di dunia. Sebenarnya kartu tarot itu adalah pemberian dari guru yang mengajarkannya meramal.
"Sesuai yang Anda inginkan. Ramal lah dengan kartu tarot."
Blace mengerutkan keningnya. Ia lupa kapan ia mengatakan pada James jika ia bisa meramal dengan kartu tarot. Lalu bagaimana James bisa tahu?
Blace ingin bertanya, tapi mulutnya kembali tertutup saat pintu terbuka. Sontak James dan Blace menoleh, mereka mendapati Havrelt bersama Archer berada di depan pintu.
*****
"Sepertinya kalian berdua sudah semakin akrab,"
Mereka sudah duduk di sofa tengah ruangan. Sebenarnya hanya Blace dan Havrelt saja yang duduk berhadapan, sedangkan James dan Archer berdiri di belakang Havrelt dengan tegap dan tidak bicara. Memasang wajah kaku yang membuat orang segan untuk bicara.
Blace menyentuh poninya, merapikan rambut yang sedikit berantakan. Sebelum memilih menjawab pertanyaan Havrelt, Blace melirik James, yang tak menatapnya. "Begitu lah."
Blace mengenggam tangannya di pangkuan, menaruh kartu tarot serta Paperbag di atas meja. Lalu Blace menatap Havrelt dengan pandangan berbeda, pandangan saat ia berhadapan dengan para pelanggannya. Tatapan yang tajam dan serius.
"Bisakah kita langsung memulainya saja?" Blace tidak bisa menahan ketidaksabarannya untuk segera mengakhiri dari semua kejadian yang menjeratnya. Ia hanya ingin menyelesaikan tugas yang dipaksakan untuk ia kerjakan. Dan setelah ia menemukan barang itu. Blace akan kembali hidup normal seperti sebelumnya.
Seringai muncul di bibir Havrelt. "Tentu saja, aku juga tidak ingin membuang waktu lagi."
Havrelt melemparkan beberapa foto di hadapan Blace. "Foto itu adalah barang-barangku yang hilang, juga penjahatnya. Dua gambar pistol itu adalah pistol paling mahal dan langka. George Washington's Saddle Pistols, dan Gold-inlaid Colt Model 1849 dan satu set perhiasan yang diwariskan secara turun-temurun milik keluargaku. Juga foto orang yang mencurinya."
Blace meraih lembaran foto itu dan dua senjata yang berbeda, pasti ini senjata yang Havrelt sebutkan tadi. Blace bukan ahli senjata, ia hanya bisa mengatakan jika semua senjata sama saja di matanya. Benda-benda itu terlihat mematikan dan berbahaya.
Tangannya memindahkan dua foto ke belakang lembaran foto yang belum ia lihat. Matanya terbelalak ketika melihat satu set perhiasan yang dikatakan oleh Havrelt. Red Diamond yang berada di setiap perhiasan sangat indah dan memikat. Mahkota, kalung, gelang, cincin, anting-anting juga beberapa berlian, semuanya sangat-sangat indah. Setiap ukiran yang diukir menghasilkan model perhiasan yang langka, ditambah satu set perhiasan dilapisi dengan emas di setiap ukirannya.
Blace tidak heran jika perhiasan itu dicuri karena keindahannya yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Jika perhiasan itu dijual satu per satu, tidak menutup kemungkinan jika harganya sangat mahal. Bahkan bisa tidak terhitung oleh digit.
Benar-benar indah.
Ketika sudah puas melihat satu set perhiasan, Blace beralih ke foto selanjutnya. Matanya langsung mengernyit melihat potret orang dalam foto.
Seketika itu wajah Blace berubah, tidak seantusias dan kagum seperti ia melihat foto satu set perhiasan. Hanya menyisakan wajah yang berubah resah dan tegang. Tangannya tanpa bisa dicegah, bergetar hebat, wajahnya memerah seperti sedang menahan sesuatu dalam dirinya. Matanya memanas bersama dengan rasa aneh yang menghimpit dadanya, menyisakan kesesakan yang menekannya terlalu kuat.
Tidak tahan dengan tangannya yang terus bergetar, Blace melepaskan foto di genggamannya, menaruhnya di atas meja.
"Kau yakin dia pelakunya?" Blace menatap Havrelt lekat-lekat berusaha mencari kebohongan saat Havrelt menjawab.
"Si brengsek itu memang pelakunya." Havrelt bahkan tidak sudi menyebutkan nama asli orang itu, ia juga mengamati sejuta sikap sang penyihir saat memandang beberapa foto yang ia tunjukkan.
Sementara itu, Blace tidak menemukan kebohongan dalam suara maupun ekspresi Havrelt. Jelas, orang itu adalah pelakunya.
"Anda mengenalnya?" suara James memasuki pendengaran Blace.
Sekali lagi, Blace menatap ke arah foto itu. Walau pun dalam foto itu, orang itu berambut cokelat tua, Blace tetap bisa mengenalnya. Wajah yang sama, juga mata hijau yang sama dengan orang yang menganggu waktunya saat ia berada di balkon, orang yang sama, yang mengajaknya berkenalan, orang yang mengajaknya berdansa juga bercanda, juga seseorang yang sudah terluka karena menolongnya di tengah kekacauan pesta. Dia...
"Karl Mayhew." Bibir Blace bergetar mengucapkan nama itu, ia menunduk menatap foto yang menampilkan wajah Karl, yang mungkin sekarang bisa disebut sebagai Nate Vlidimir. "Aku bertemu dengannya di pesta."
*****
Havrelt tersentak kaget saat mendengar perkataan Blace. Seolah-olah sang penyihir baru saja melemparkan bom ke arahnya.
"Kau bertemu dengan siapa?" tatapan Havrelt menajam, sama sekali tidak percaya dengan ucapan si penyihir.
"Aku bertemu dengannya di pesta." Blace menekan ucapannya walau terdengar bergetar. "Dia bilang namanya Karl Mayhew, aku tidak tahu jika dia adalah orang yang kau cari."
Sebisa mungkin mengucapkan ucapannya dengan keyakinan yang amat. Ia tidak menghindari dari tatapan Havrelt yang semakin menusuknya seolah ada ribuan jarum yang tertanam di punggung hingga berdarah-darah. Tubuh Blace bergetar semakin hebat, ia tidak bisa menutupi ekspresi wajahnya yang berubah-berubah.
Sambil mengusap wajahnya, Blace bergumam dengan nada frustrasi. "Astaga, aku benar-benar sudah gila."
Bayangan Karl saat bersama dengannya di pesta itu datang menghantui Blace. Mata hijau yang memandang, tawa mereka, lelucon Karl yang membuat Blace tertawa ternyata semuanya hanya kepalsuan. Pasti pria itu tahu jika ia bersama dengan James malam itu. Tetapi kenapa Blace tidak tahu jika ia berada dalam bahaya malam itu. Memang ketika itu ia merasakan jika Karl memiliki aura misterius. Tapi hanya sebentar. Setelah itu, ia merasa aman dan merasa terlindungi. Mengapa Ka—atau yang cocok disebut—Nate bisa menutupi sisi sensitif Blace terhadap sekitar. Mengapa Blace bisa tidak tahu jika Karl adalah Nate?
Blace punya insting yang kuat terhadap kebohongan, dan mengapa ia tidak menemukannya saat bersama Nate. Bahkan Blace berani-beraninya sempat terpesona pada pria yang berbahaya itu. Ia benar-benar sudah kehilangan akalnya.
Sementara itu, sejak tadi Havrelt melihat berbagai ekspresi di wajah penyihir itu. Ketakutan, kegelisahan, dan kekecewaan. Semuanya bercampur. Havrelt sangat tidak sabar untuk menunggu perkataan lainnya keluar dari mulut si penyihir.
"Ceritakan padaku, apa yang kau lakukan dengannya malam itu?"
Keraguan dan keengganan Blace terlihat jelas di wajahnya, tetapi ia memilih untuk mengatakan kejujuran pada Havrelt. Menarik napasnya, Blace mengeluarkan sederet kalimat tak formal.
"Kejadian itu bermula saat James meninggalkan aku di tengah pesta. Aku memutuskan untuk mengikuti sarannya agar menikmati waktu sendirian di balkon. Di sana lah aku bertemu dengannya...,"
Cerita itu mengalir dengan lancar, Blace tidak melewatkan satu pun kejadian yang ia ceritakan pada Havrelt, yang juga didengar oleh James dan Archer. Ia menceritakan jika ia sudah berdansa dengan Nate, bercanda, tertawa, dan nyaris berciuman dengan lelaki itu. Ia juga mengatakan apa yang ia rasakan, jika ia merasa aman bersama Nate dan juga mengatakan jika lelaki itu menyelamatkannya dari tembakan.
Ketika Blace selesai bercerita, ia mencoba menahan ketegangan karena ruangan itu berubah menjadi lebih panas dan menyesakkkan. Havrelt bangkit dari duduknya, berjalan dengan langkah pelan ke arahnya. Tanpa diduga, menerjangnya hingga Blace terhimpit ke sandaran sofa dengan Havrelt yang terasa dekat dan mencekamnya. Napasnya tercekat tatkala tangan kiri Havrelt bergerak ke arah lehernya, kemudian mencekiknya dengan kuat. Havrelt menekan tenggorokannya dengan kuat, hingga Blace sulit bernapas. Tangan sebelah kanan Havrelt, meraih rahangnya, menekan pipi Blace seolah ingin meremukan detik itu, dan memaksa untuk menatap pria itu.
"Dengarkan perkataanku baik-baik," desis Havrelt, menahan Blace yang mulai meronta untuk dilepaskan. Havrelt semakin mendesak Blace, mendekati penyihir itu hingga wajah mereka hanya berjarak satu jengkal.
"Jangan pernah bercerita lagi tentang dia di hadapanku setelah ini. Dan betapa tidak tahu malunya, kalau kau juga masuk ke dalam pesona bajingannya persis seperti jalang-jalang di luar sana!"
Setetes air mata mengalir di pipi Blace, ia merasa jika tenggorokannya panas, memintanya agar ia bernapas lagi. Tangan Blace memukul dada Havrelt agar melepaskannya. "Le-lepaskan aku."
"Berhenti melawanku! Kau sama sekali tidak mengenalnya lebih dari aku yang terlalu mengenalnya saat dia menjadi sahabatku. Dengar baik-baik, dia adalah penggoda wanita, dia akan memakai berbagai cara untuk wanita yang menarik perhatian sekali pun harus dengan cara paling licik. Jika saat itu, pesta tidak kacau. Aku yakin kau sudah berakhir di ranjangnya malam itu."
Air mata itu kembali menetes di kedua pipi Blace, kali ini lebih banyak. Ia terisak pelan karena sangat sulit menghirup napas dari hidungnya. Rasa sesak menekannya terlalu kuat.
"Pantas saja aku tidak mengenalnya malam itu, ternyata ia mewarnai rambutnya." Gumam Havrelt setelah itu melepaskan kedua tangannya dari Blace. Namun Havrelt tidak menjauh dari posisi yang dekat itu.
Ia memandang wanita itu, tubuh Blace bergetar hebat. Wajahnya merah padam dan ia terbatuk dengan keras, di saat yang bersamaan juga, Blace menghirup napas sebanyak-banyaknya untuk menenangkan dirinya sendiri. Setelah satu menit mengamati Blace, dan wanita itu sudah tenang, Havrelt meraih dagu lancip wanita Asia itu, lagi-lagi memaksa wanita itu menatapnya, tangannya yang lain menyelipkan seutai rambut ke belakang telinga si penyihir.
"Kau harus ingat, Peramalku tidak boleh disentuh oleh orang yang menjadi musuhku. Karena aku tidak ingin membuatmu kotor,"
Mata Blace berkaca-kaca, dan wajahnya kian memerah. Mereka menghirup napas panas yang sama, yang membuat jantung Blace seakan tidak berada di tempatnya. Ia merasakan geleyar aneh yang seolah ada aliran listrik di setiap sentuhan Havrelt. Telinganya mendengar Havrelt kembali berkata.
"Temui aku lusa di sini, kau harus secepatnya menemukan barangku yang hilang. Aku tidak mau menerima bantahan, Witch."
Setelah itu, Havrelt menjauh dari Blace. Mengambil jarak dengan bangkit dari sofa itu. Langsung saja, Blace menarik napas lega, walaupun ia merasakan jika pipinya kembali basah karena air mata.
Mata Havrelt menajam ke arah James yang memasang wajah kaku. "James, urus wanita itu."
Setelah berkata begitu, Havrelt keluar dari sana bersama Archer yang tak banyak bicara tapi penurut hanya mengikuti dalam diam.
Ruangan itu tidak senyaman Blace kira, suasana berubah panas dan menegangkan. Blace bahkan tidak bisa mengerti apa yang ia rasakan sekarang. Sekilas melihat James duduk di sofa yang berhadapan dengannya, persis tempat yang diduduki oleh Havrelt.
"Anda baik-baik saja?" Walau hanya ucapan datar yang terdengar, entah mengapa hati Blace menghangat untuk beberapa alasan.
Tubuh Blace masih bergetar hebat, ternyata sikap tenangnya saat meramal tidak ada gunanya. Ia menyentuh dadanya yang sesak, jantungnya yang menjerit kata makian, tenggorokannya yang terasa panas dan sakit, matanya yang semakin memanas, semua yang terjadi padanya adalah hal pertama kalinya yang terjadi dalam hidupnya. Ia bersumpah, jika aura Havrelt benar-benar seperti ingin membunuhnya. Ingin jika ia mati dalam remukan tangan besar itu.
Blace terisak pelan, jantungnya yang semakin berdetak kencang, semakin menekan Blace untuk sulit bernapas. Blace tidak menduga, beberapa hari ini rasanya seperti siksaan neraka. Belum lagi ia harus menghadapi adik perempuan Havrelt yang membenci seolah ia adalah hama. Mengapa semua hal ini harus terjadi dalam hidupnya?
Blace hanya berharap jika hidupnya indah seperti sebelum ia bertemu dengan Havrelt. Menjauh dari mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Blace semakin terisak, hatinya hancur lebur seakan semuanya sulit di satukan kembali.
Mulut Blace tidak bicara saat itu, ia hanya terisak sampai akhir menangis entah karena apa. Ini adalah tangisannya yang pertama setelah ia berhenti menangis dua belas tahun yang lalu. Ditemani dengan James yang menatapnya dalam diam.
*****
Di sisi lain, Havrelt turun dari tangga spiral dengan buru-buru. Pikirannya kacau dan ia tidak bisa menenangkan kemarahannya sendiri saat tahu bajingan itu ternyata ada di London. Ia sudah membuang waktu terlalu lama untuk mencari. Karena itu, ia butuh pelampisaan. Havrelt berencana akan menuju ke tempat latihannya di dalam ruang bawah tanah. Dengan Archer juga mengikutinya dari belakang.
Karena terlalu fokus berjalan, Havrelt tidak melihat Freya yang melesat dan sudah memeluknya dengan erat saat ia baru saja menginjak kakinya di lantai dasar. Beruntung Havrelt menahan diri untuk tidak membantingkan tubuh Freya menjauh darinya. Saat-saat bersama Freya, ia harus lebih baik mengontrol emosinya, karena ia sama sekali tidak akan memaafkan dirinya jika ia melukai adiknya.
"Kakak, kenapa aku tidak boleh masuk ke ruang kerjamu? Padahal aku sangat ingin mengajakmu menonton Teater," dengan nada manja, Freya semakin memeluk Havrelt. Bersandar nyaman di dada Havrelt sebelum akhirnya ia merasakan tangan Havrelt yang mencengkram bahunya dan mendorongnya menjauh.
"Jangan sekarang, Freya." Havrelt memasang wajah datar, dan semakin mendorong pelan tubuh Freya menyingkirkan dari tubuhnya. Lalu ia langsung pergi dari sana.
Mulut Freya merucut, menahan umpatan keluar dari mulutnya. Saat ia melihat Archer ingin mengikuti Havrelt, dengan cekatan Freya menarik ujung jas pria itu.
"Dia kenapa?"
Archer terlihat kaget dengan sikap Freya, tapi tetap memilih membungkam mulutnya.
"Cepat katakan!" Freya mendesaknya karena tidak sabar mendengar jawaban keluar dari mulut Archer.
Dengan hormat Archer menundukkan kepalanya, dan tangannya menyingkirkan tangan Freya yang menahan jasnya. "Maaf Nona, saya tidak bisa mengatakannya. Untuk saat ini Tuan Havrelt sedang tidak ingin diganggu, jadi mohon Nona jangan menjadi penganggu."
Setelah berkata begitu, Archer pergi dari sana. Mengabaikan jika ucapannya cukup kasar untuk Nona Muda di keluarga Dimitry. Ia juga menolak mendengar bantahan dari Freya.
Karena ditinggal sendirian, Freya langsung mengumpat dalam bahasa yang kasar yang tak patut diucapkan. Lalu ia mendecak kesal, anak buah dan Bosnya sama saja! Freya tidak mendapatkan jawaban apa pun dari pertanyaannya.
Freya semakin kesal, karena sebenarnya ia sedang mencari wanita sialan itu untuk ia kerjai. Tapi karena ia tidak menemukannya di mana pun, jadinya ia berencana mengajak Havrelt untuk menonton Teater. Dan ternyata kakaknya malah sibuk juga terlihat sangat bad mood.
Seketika itu, Freya punya pemikiran yang sangat konyol. Apa gara-gara wanita sialan itu yang membuat Havrelt tampak marah dan kesal.
Jika hal itu benar, Freya semakin tidak sabar menghabisi Blace. Sebenarnya sebelum malam pesta itu kacau, ia sudah menelepon salah satu teman lelaki yang suka menebarkan benih di mana-mana, bisa dibilang temannya adalah playboy paling ahli. Freya mengirim lelaki itu untuk menggoda wanita sialan itu, ternyata harus gagal karena malam itu pesta menjadi kacau.
Lihat saja, Freya sudah menyiapkan kejutan selanjutnya untuk wanita itu.
-----To be Continue-----
*****
(Kamis, 3 Oktober 2018)
[Follow ig : risennea]
Hope you enjoy this chptr😚
3600+ Word untuk chptr ini.
Doakan jika saya bisa fast update lagi. Karena gimana caranya cerita ini harus udah tamat di akhir November nnti. Mungkin sekitar 41 chapter lagi menuju ending, kalau tidak ada tambahan dan kekurangan untuk chptrnya.
Uhh.. Masih panjang banget perjalanannya. Jadi, Semangat Pah! 😂
Bonus pict😎
Salam hangat
P A H
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top