F I V E🔫
Guncangan itu beberapa kali menyentak tubuh Blace dengan kuat, tak jarang kepalanya juga menghantam sesuatu yang keras. Hal itu membuat Blace membuka mata, ia melihat suasana di luar tampak kabur. Blace menggosok matanya, memastikan penglihatannya. Ketika kepala Blace kembali menghantam, ia tidak menahan diri untuk mengaduh kesakitan. Kepalanya menghantam kaca jendela untuk kesekian kalinya. Blace memastikan penglihatan yang awalnya mengabur, ada fakta baru yang ia tahu. Kali ini ia yakin, penglihatannya tidak kabur, dan matanya masih berfungsi dengan baik. Hanya saja mobil yang ia tumpangi, dikendarai dengan cepat. Sisa kantuk pada dirinya sepenuhnya menghilang.
Rasa penasaran yang mengebu-gebu melanda Blace. Mata Blace menoleh pada Havrelt. Tangannya mencengkeram kursi belakang James dengan kuat.
"Apa yang terjadi?" suaranya terdengar bergetar. Tanpa sadar ia menoleh ke belakang, lalu menemukan jawaban atas kediaman Havrelt dan keseriusan James.
Empat mobil mengejar mereka dalam kecepatan yang sama, membuat detak jantung Blace meningkat lebih cepat. Ia tidak pernah berada dalam situasi ini bersama dua asing yang seolah sungguhan menculiknya. Well, Blace setidaknya bisa merasakan kebebasan dari kecepatan mobil yang dikendarai oleh James. Tak lama, satu mobil bergerak cepat dan menghantam sisi mobil membuat mobil Audy perak mereka tergeser ke sisi jalan yang berlawanan. Beruntung, James bisa mengendalikan mobil, dan semakin menambah kecepatannya, pria itu melakukan manuver tajam di tingkungan.
Blace bisa melihat jika ada rasa puas di wajah James, mencoba memahami bagaimana pria itu tampak senang dengan aksi kejar-kejar mobil. Kecepatan kadang membuat Blace merasa seolah ia sedang terbang. Sensasi yang membuat perut siapa pun menahan gejolak aneh, mengelitik dan menyentrum jantungnya hingga ia merasa debaran yang menggembirakan. Blace suka debaran kebebasan itu, Blace suka ia jauh lebih tenang dari menit sebelumnya. Blace suka ia tidak ketakutan dan merasa jika dua orang asing disampingnya adalah orang yang menculiknya. Semburan merah mewarnai pipi Blace, matanya sedikit berbinar. Blace rasa jika kecepatan akan semakin cepat, maka ia akan semakin tenang.
Diam-diam mata Havrelt melirik Blace, yang sekarang menunjukkan reaksi yang berbeda untuk situasi yang seharusnya membuatnya takut. Pertanyaan itu muncul dalam benaknya. Kenapa dia tidak terlihat takut?
Seperti sedang merasakan jika bahaya dan kegelapan mengawasinya. Blace menoleh dengan pelan, ia tidak berani membuat ketenangan miliknya hancur, Blace merasakan lirikan tatapan tajam dari sampingnya. Ia terpesona dalam situasi yang salah. Situasi yang saat itu membuat ketenangannya lebur dan meninggalkan rasa sesak dalam dadanya. Blace menahan napas.
Tatapan mereka tidak terputus, saat satu sama lain mencoba memahami yang menjadi tanda tanya besar dalam pikiran masing-masing. Dan pada akhirnya tidak ada jawaban yang bisa mereka jawab kecuali jika salah satu bibir mereka membuka dan berkata apa yang mereka pikirkan. Namun, tidak ada suara yang keluar. Hanya kebisuan yang mengental.
Entah detik ke berapa mereka saling memandang, Blace mengerjabkan matanya dua kali. Berpaling, dan menghembuskan napas pelan. Sejurus kemudian merasakan pipinya memanas dan tangannya mulai mendingin.
Mencoba mengabaikan Havrelt sudah tidak menatapnya, Blace berpikir jika ia harus berkata suatu. Lalu memutuskan untuk bertanya pada James, setelah menyakinkan dirinya.
Blace berdehem, membersihkan tenggorokan yang tidak gatal. "Sudah berapa lama kita berkendara, Tuan James? "
James sibuk memusatkan perhatian pada empat mobil yang mengejar mereka. Sedikit lebih lama menjawab pertanyaan Blace dengan nada yang jauh lebih riang dari kejadian di pesawat. "Umm ... sekitar dua jam lebih."
"Dengan mengebut?" Blace mencondongkan wajahnya, sehingga ia bisa melihat wajah James yang menyeringai mengerikan di mata Blace. Tangannya mencengkram kursi James semakin kuat sambil mengernyitkan keningnya.
"Yaps, seperti yang anda lihat."
Blace mengangguk dua kali, lalu berkata. "Umm, sepertinya anda harus berhati-hati, Tuan James." Blace melihat satu mobil menyusul dan menabrakkan diri ke belakang mobil Audy perak yang mereka tumpangi. Blace meringis, James semakin menyeringai. Akhirnya Blace memilih duduk dengan benar, dengan melirik Havrelt yang tak berekspresi melihat mobilnya lecet.
Blace menggigit bibir bawahnya ragu, takut jika ia salah bicara. "Ada tiga mobil lagi sudah menunggu kita di depan sana. Mungkin saja kita sedang dijebak oleh seseorang."
Havrelt dan James yang mendengar ucapan Blace, nyaris bersamaan menatap Blace dengan pandangan yang sama pula. Tatapan yang seakan menyuruhnya diam dan tidak berbicara ala peramal yang sok tahu. Blace bukan orang yang tidak peka dengan dua hujatan dari arah berbeda itu menatapnya, sama datar dan tak bisa ia tebak. Setelah James berpaling, kembali fokus pada jalanan kota London yang semakin ramai, hal itu semakin menantang saat James menyelinap setiap mobil yang berjalan dengan keadaan cepat.
Seolah melupakan ucapan Blace, James berhasil memancing para pengejar ke tempat yang jauh lebih sepi. Jauh dari keramaian. Para pengejar itu belum mengeluarkan tanda-tanda untuk menembakkan senjata. Padahal James sudah melihat, beberapa orang sudah memegang senjata mereka.
Tiga blok setelah James berhasil mengelabui satu mobil yang menabrak trotoar jalanan. Mereka dikejutkan dengan fakta yang mengejutkan. Mobil yang awalnya tiga, menjadi lima mobil setelah mereka sadar yang diucapkan peramal benar-benar terjadi, tapi sedikit melesat karena yang terlihat hanya dua mobil. Dua mobil yang sama, telah bergabung untuk mencelakai mereka.
James semakin menambah kecepatan, membuat ardenalin dalam darahnya semakin meningkat. James baru saja ingin memasukkan tuas transmisi agar berlaju semakin kencang, namun terhenti mendadak. Ia menginjak pedal rem secara mendadak, menghentikan mobil yang ia kendarai karena satu mobil di depannya telah menghadang mereka.
James mengumpat kasar, itu pasti mobil yang ingin menjebak mereka. Seharusnya ia percaya apa yang dikatakan peramal itu benar. Tapi ia malah mengabaikan perkataan orang hebat seperti Blace.
Havrelt juga mengumpat kesal, saat mereka berhasil dikepung. Mereka telah dikepung! Ini adalah kesalahan James, jika saja pria itu tidak bersenang-senang dan pamer manuver andalannya. Mungkin kini Havrelt sudah mengistirahat tubuhnya yang lelah karena perjalanannya yang sangat melelahkan.
Sebuah tangan mencengkram lengan Havrelt dengan kuat, sesaat pria itu yakin jika kuku-kuku itu bisa melubangi jasnya. Yakin akan ada bekas cengkraman di sana. Ia menoleh ke arah sang peramal, tidak ada lagi wajah tenang yang ia lihat beberapa detik yang lalu, wanita berwajah Asia itu benar-benar terlihat ketakutan. Matanya terpejam sangat kuat. Keringat mengalir dari dahinya.
Samar-samar Havrelt bisa melihat bibir itu mengucap dua kata yang sulit ia tangkap. Bahasa yang berbeda. Tapi Havrelt tidak tahu apa artinya. Havrelt menoleh keluar jendela, menghitung dengan cepat orang-orang itu dengan matanya. Ada tujuh belas orang yang sudah siap menodongkan senjata api, dengan model senjata yang berbeda-beda. Lalu salah seorang dari mereka, menembak senjata api ke udara. Sebanyak tiga letusan.
"Aku sudah bilang kan, ada tiga mobil yang menunggu."
Saat kata selirih itu keluar dari mulut Blace, Havrelt terpaku saat itu. Bagaimana wanita itu tahu segalanya? Apa dia cenayang? Havrelt masih tidak mempercayai apa yang ia pikirankan tentang seseorang yang duduk di sampingnya. Sang peramal sudah memprediksi sesuatu dengan tebakan yang benar. Havrelt terdiam sebentar, ternyata malam ini harapannya terwujud, melihat sang peramal ketakutan. Sungguh di luar yang ia bayangkan. Perasaan aneh menjalar dalam darahnya, mengapa ia tidak senang melihat sang peramal ketakutan?
James bersiul keras, bersamaan ekspresinya mengerikan tampak jelas di sana. "Kau lihat, kita dikepung. Tetapi tenang saja aku dari tadi sudah menyuruh orang kita mengikuti kita. Dan mereka akan tiba tiga menit lagi."
Saat itu, tanpa diduga, ponsel James berbunyi dan James menjawabnya. Membesarkan suara di ponselnya, agar bisa terdengar oleh orang lain.
Terdengar suara tidak jelas, dan putus-putus.
"Kami diserang, mobil meledak dan hanya tersisa satu mobil. Kami tidak menyusul."
Lalu setelah itu, suara ribut-ribut itu menghilang, dan sambungan putus.
"Shit! Hanya kita Berdua aja." umpatan keluar dari mulut James, pria itu membanting ponselnya ke dasbor. "Kalau begitu, aku akan melawan mereka."
"Jangan gegabah, Tuan James. Mereka punya senjata. Kita bisa langsung ditangkap." tukas Blace cepat dengan gemetar.
Blace bisa melihat senyum sinis di bibir Havrelt di saat ia merasakan tangan Havrelt melepaskan kuku yang menancap di lengan Havrelt yang tak sadar semakin mengencang.
"Kau seperti tidak tahu siapa kami, Penyihir." Havrelt mengambil dua pistol Desert Eagle di bawah tempat duduknya. Ia menatap James yang juga menatapnya. "Kita habisi mereka James,"
James mengangguk dan keluar terlebih dahulu setelah meraih senjata api, ia menembakkan peluru sebanyak tiga kali dengan cepat dan lawannya terjatuh hingga tak sadarkan diri. Lalu disusul tiga tembakan lagi secara tak terduga. Lawan mereka lengah dan kini berusaha menyerang James. James tentu saja menjauh dari Audi perak dan bersembunyi di salah satu mobil milik mereka yang dekat dengannya. Dan tembakan James selalu tepat sasaran dengan pistol mematikan miliknya, yang bisa membuat lawan mati satu kali tembakan jika terkena pada daerah vital. Dan sejauh ini James menembak pada organ vital, yang membuat lawannya mati dengan cepat. James kembali menembak.
Blace terpaku melihat semua kejadian itu, seakan ia berada dalam bioskop yang menayangkan adegan berdarah yang mengerikan. Tubuh Blace mengigil, merasakan bulu kuduknya merinding. Apalagi saat merasakan Havrelt mendekat ke arahnya.
"Jangan keluar dan bersembunyilah." Havrelt menyerahkan belati ke Blace, memaksa agar wanita itu mengenggam belati itu, membuat wanita itu linglung dan menunduk. "Jika mereka melukaimu, lukai mereka kembali."
Blace tidak melawan saat Havrelt menghujamkan tatapan super tajam yang belum pernah ia dapati seumur hidupnya, semenjak ia bertemu dengan pria berbahaya ini. Lebih-lebih lagi ketika pria itu mengangkat dagunya, kembali memaksa Blace untuk melihat mata abu-abu yang menghanyutkan milik Havrelt. "Tatap mereka seperti ini, lalu tikam jantungnya."
Nama Havrelt mengema di luar saat James memanggilnya tanpa hormat. Secepat itu Havrelt keluar dan mulai membantu James untuk menyerang. Meninggalkan Blace yang berusaha mengerti apa yang telah Havrelt ajarkan padanya hanya dalam beberapa detik.
Ada tujuh belas orang di sana, enam di antaranya telah James lumpuhkan hingga mereka tergeletak di aspal jalan dengan darah yang terus keluar dari tubuhnya. Saat itu jalanan memang sepi, karena James telah merencanakan untuk menuntun para penjahat itu ke jalan yang memang jarang sekali dilalui banyak orang. Tembakan itu terdengar sebanyak dua kali, diluncurkan dengan cepat ke arah Havrelt. Dan pria itu berhasil menghindar dan membalas dengan Desert Eaglenya. Dua tembakan menembus dua kepala penjahat dengan sempurna, dua penjahat yang nyaris berhasil menembaknya, tetapi kini jatuh bagaikan sampah yang dibuang ke tempatnya.
Tarikan napas Havrelt memburu, semakin menambah adrenalin dalam jiwa membunuhnya. Ia tahu jika ia tidak membunuh beberapa orang dalam waktu dekat, mungkin ia membutuhkan banyak orang yang akan menjadi korban pemicu jiwa terkelamnya. Tak ragu, Havrelt kembali mengarahkan senjata apinya ke arah penjahat yang nyaris melukai James. Dan tembakannya kembali berhasil membunuh penjahat itu. Desert Eagle memang senjata yang mematikan untuk melumpuhkan lawan dengan cepat, itulah sebabnya Havrelt sangat menyukai jenis senjata yang satu itu.
Tiga orang kembali menghadangnya, perasaan marah dan rasa membunuh menguasai diri Havrelt. Matanya berkilat tajam bagaikan elang. Untuk detik ini, Havrelt tidak akan membiarkan siapa pun lolos. Tangannya memasukkan peluru dalam hitungan 2,2 detik. Saat sudah terisi dengan cepat ia menarik pelatuk dan menembakkan ke arah lawannya, di saat bersamaan pula ia meraih pisau tajam dan melemparkan pisau itu yang menancap sempurna di kening lawannya. Dan lawannya tersisa satu lagi.
Pria itu bertubuh sangat kekar dan besar. Mereka sama-sama memandang tajam. Suara urat yang diterenggangkan terdengar sangat kuat, pria pejahat itu membuang semua senjatanya. Lalu menampilkan ekspresi menantang Havrelt untuk melawan secara jantan. Tanpa senjata. Havrelt menyeringai, ia membuang Desert Eaglenya ke aspal. Ia tidak akan membiarkan makhluk ini hidup. Tepat saat itu, Havrelt menyerang penjahat itu.
Sedangkan James, pria itu melawan tiga orang yang menyerangnya secara bergantian. Sebenarnya dari awal saat ia merasakan para penjahat itu mengikuti mereka, James sama sekali tidak tahu motif apa yang memperkuat para penjahat itu untuk menyerangnya. Mungkin lebih tepatnya, menyerang Havrelt, selaku bosnya. Terdengar suara senjata api, peluru itu berhasil menyerempet lengan James, merobek lengan jas. Dan darah segar mulai keluar dari sana.
Mulut James bergeletuk marah, ia sangat marah saat rasa sakit itu mulai menguasainya sebentar. Karena jauh sebelum ini ia pernah terjebak dalam situasi yang lebih liar dari ini. Penjahat itu berhasil membuatnya murka dan artinya pria itu siap mati dengan menggenaskan.
Dua pria itu melupakan jika mereka bersama seorang wanita yang tengah bersembunyi di dalam mobil.
Sementara itu, Blace yang bersembunyi dalam mobil di bawah jok tempat ia duduk. Wajahnya sudah pucat pasi, persis seperti mayat yang ditemukan terapung di sungai. Darah dalam dirinya berdesir hebat, merasakan jantungnya bertalu-talu seakan mencoba memecahkan sesuatu di dalam sana. Blace tahu, jika ia terus dalam keadaan terancam seperti sekarang. Mungkin ia perlu terkurung di dalam rumah sakit jiwa dalam waktu beberapa minggu.
Senjata api terdengar beberapa kali dari jauh, tetapi serasa seperti senjata api itu ditembakkan dekat telinganya. Blace tidak bisa tenang saat melihat tembakan itu mengarah ke jendela kaca di atasnya. Ia panik dan ia bisa merasakan cairan bening merembes dari matanya tanpa bisa ia tahan. Kaca itu hanya retak di tembakan yang ketiga. Blace menduga jika mobil mahal itu didesain dengan keamanan yang tinggi. Hingga senjata yang melukai orang dalam bisa melindungi.
Suara retakan itu terdengar, adrenalin dalam diri Blace membuat wanita tidak bisa berpikir. Apalagi jika ia melihat ada penjahat yang mencoba membuka pintu secara paksa di seberang pintu.
'Aku tidak mau mati!'
Saat itu, ide gila menyusup dalam pikirannya. Menghasut, mencoba mengoda agar Blace menuruti keinginannya. Blace membayangkan jika wajahnya terlihat menyedihkan untuk situasi sekarang, ia bisa membayangkan bagaimana eye liner kebanggaannya dan maskara yang ia pakai pasti sudah luntur karena lelehan air matanya, yang terus saja mengalir. Tubuh Blace bergemetar hebat saat bangkit dan duduk di depan kemudi. Ia meletakkan pisau yang Havrelt berikan ke samping kursi penumpang. Ia menarik napas. Matanya melihat lautan darah di luar sana dan dua penjahat yang ingin melukainya.
Kaca jendela berhasil di pecahan menjadi serpihan yang tak terbentuk. Detik itu juga, Blace menyala mobil, tanpa memakai seat belts memasukkan tuas transmisi pada kecepatan yang tinggi. Lalu menginjak pedal. Setidaknya, untuk saat ini. Blace bangga bisa mengemudi. Ia pergi dari sana, meninggalkan kekacauan yang seharusnya tidak pernah terjadi dalam hidupnya. Tembakan kembali terdengar, tetapi tidak menghentikan lajunya.
Mobilnya membelah jalan dengan cepat. Blace tidak menurunkan kecepatan sama sekali. Mobil itu terus melaju dengan kencang, setidaknya berhasil membuat Blace tenang. Untuk detik ini yang ingin Blace lakukan adalah menjauh dari semua situasi ini, mungkin ia harus menjauh dari Havrelt yang telah berhasil membuat hidupnya terancam. Havrelt dan James dua pria yang hidup dalam dunia gelap yang berbeda jauh dari Blace. Dan seharusnya Blace tahu, dua pria itu telah berhasil menghilang ketenangan dalam diri Blace.
Sekali lagi, untuk detik ini. Blace menginginkan hidupnya yang penuh ketenangan dan ingin ketentraman menjadi miliknya. Besok ia akan menganggap jika malam ini adalah mimpi terpuruk di antara mimpi yang paling terburuk.
Blace menarik napas panjang, dan menghela pelan, mencoba menenangkan dirinya. Kakinya kembali menginjak pedal semakin kuat. Ia yakin, tidak akan ada yang mengikutinya.
***
(Senin, 3 September 2018)
Salam hangat
P A H
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top