Bab 8


Caesar berjalan teramat cepat masuk rumah tanpa mengangkut dulu belanjaan milik istrinya di luar. Hatinya memanas, tatkala ingat bertemu Daniel tadi di supermarket. Mata Baby fokus dan tak mau berkedip melihat mantannya. Ia sadar betul jika cinta Baby belum sepenuhnya beralih kepadanya.Tapi harusnya sang istri  memahami bahwa mereka telah menikah, dan berjanji sehidup semati di hadapan Tuhan.

"Yang..." panggil Baby sembari mengikuti langkah lebar suaminya yang terlihat menyimpan amarah. Sebelum masuk kamar, untungnya tangan Caesar berhasil Baby pegang.

"Kenapa? Kamu masih mau lihat Daniel? Kamu masih cinta sama dia kan?" pertanyaan dalam mode jutek itu sanggup menohok relung hati Baby. Cintanya tak sebesar dahulu, kini ia lebih mencintai sang suami tapi dengan bodohnya Baby merusak segalanya, hanya karena secara tak sengaja bertemu Daniel.

"Bukan gitu..." Caesar mendesis, ia mencoba melepas pegangan tangan istrinya namun sorot mata memohon Baby, menciptakan iba walau sesaat.

"Terus kenapa kamu tadi ngelihatin Daniel terus?"

"Aku bukan liatin Daniel tapi perempuan muda yang ada di sampingnya." Benar, Baby berkata jujur. Wajah polos perempuan yang bernama Nawang sangat mengganggu pikiran. Wajah itu mengingatkannya dengan seseorang.

"Kamu cemburu?"

"Bukan... dengerin sampai selesai aku ngomongnya." Gaya merajuk Baby yang sudah ditolak pria manapun. Caesar langsung luluh, dan mengamati permukaan wajah istrinya dengan serius. "Wajah gadis itu mirip banget ama Kak Becca, kakakku."

"Orang di dunia ini mirip ada 7. Bisa aja mereka cuma kebetulan mirip."

Kebetulan tapi ada kemungkinan lain yang Baby curigai. Mirip kalau mereka seumuran, namun jarak usia mereka jauh berbeda sepertinya. "Tapi perempuan yang Daniel bawa tadi umurnya kira-kira berapa ya?" Tebakan Baby sih di bawah dua puluh tahun. Aneh si Daniel kini malah gemar daun muda.

"Kamu tanyain sama Daniel sana!!" Baby kalang kabut saat melihat suaminya berbalik masuk kamar lalu menutup pintu dengan keras. Kenapa sih otaknya bekerja terlalu lemot, hingga tak pernah berpikir dulu sebelum bicara.

Sedang Daniel sendiri malah menyembunyikan diri di dalam selimut. Ia menggigil kedinginan karena kehujanan tadi. Maklum memasuki usia matang, mungkin tulang serta Raganya sedikit demi sedikit tergerus penyakit hingga mempengaruhi kekebalan tubuh.

Di sampingnya ada sang bunda yang baru saja melepas termometer yang Daniel gigit. "40 derajat," ucapnya di sertai nafas lelah. Pasalnya Daniel kalau sakit manjanya naudzubillah. Tak akan mau di tinggal, selalu mengigau dan juga mengeluh sakit sekujur tubuh. "Di minum obat penurun panasnya, kalau belum sembuh. Besok kita ke dokter."

Daniel mengangguk lemas, ia menelan pil yang ibunya beri lalu meneguk segelas air. Sakit itu tak enak, apalagi terserang demam. Nafasnya panas, tubuhnya menggigil dan juga matanya susah untuk di buka. Widuri malah bersyukur jika setelah ini putranya tertidur. Ia bisa istirahat sebentar di kamar tapi jika Daniel nanti tengah malam terbangun bagaimana.

"Wang?" panggilnya kepada Nawang yang membawa sebaskom air panas serta kain kompresan.

"Iya buk?"

"Kamu malam ini, jaga Daniel ya?" Permintaan yang sulit diiyakan, tapi ketika melihat Widuri yang memegang pinggang, dan memijit lengan. Nawang akan sangat keterlaluan jika menolak permintaan majikannya. "Saya gak kuat kalau harus begadang."

"Iya buk, tapi Mas Danielnya udah tidur?"

"Udah baru aja. Kamu bisa jagain dia sambil duduk di sofa panjang."

Nawang cuma mengangguk patuh, syukurlah kalau tuannya sudah tidur. Jika masih terjaga, Nawang yakin akan kewalahan. Saat sadar Daniel sangat menyebalkan, lantas kalau sakit pasti lebih memuakkan.

Ia masuk ke kamar Daniel tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. Walau sudah masuk ke ruangan ini berpuluh kali tapi tetap saja canggung, jika masuk kemari pada malam hari. Tuannya begitu damai lelap tertidur. Gara-gara Nawang juga Daniel sakit, ia harusnya mencegah majikannya nekat menerobos hujan. Tapi lucu juga, baru kehujanan sedikit sudah panas. Nawang saja yang main hujan-hujanan di kampung dulu, tak apa-apa.

Nawang mengambil tempat duduk di sisi kanan ranjang Daniel. Disentuhnya kening pria yang kelewat matang itu dengan telapak tangannya yang mungil. Badan tinggi, besar itu masih hangat walau tak sepanas tadi. Nafas tuan mudanya berat, karena mengeluarkan hawa panas. Ia memeras kain yang sudah dicelupkan di air hangat lalu menempelkannya pada dahi Daniel.

Setelah tugasnya selesai. Nawang bergerak mundur, memilih mengistirahatkan diri di sofa panjang sembari menatap wajah Daniel yang begitu menyejukkan hati tatkala terlelap. Nawang bingung, di saat terjaga wajah Daniel begitu kejam nan menyeramkan tapi jika terpejam seperti kini. Wajah itu begitu tampan, dengan bulu mata lentik, hidung mancung, serta bibir tipis. Dagunya yang terbelah, dihiasi bulu jambang halus.

Nawang sadar jika rasa tertariknya, tak pantas dan tak tahu tempat. Dia hanyalah seorang pungguk, yang selalu memandangi bulan. Rasanya lancang sekali jika orang seperti dirinya mendambakan sosok Daniel yang begitu rupawan. Karena berpikir terlalu berat, matanya lama-lama redup. Nawang menguap ngantuk, lalu memilih memejamkan mata sembari merebahkan diri di sofa untuk mengistirahatkan badan.

🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳

Keringat menetes dari dahi ke pelipis kiri. Wajah Daniel sudah basah, berkucuran dengan keringat. Ia bermimpi, mimpi bunga tidur jahat yang terasa nyata. Sekitar dua puluh lima tahun lalu. Pertama kali ketika ayahnya ketahuan berselingkuh. Bundanya tak mau berhenti menangis, lalu mengurung diri di kamar. Daniel kecil tahu ada yang tak beres makanya ia hanya berani menatap pintu kamar orang tuanya tanpa mau memaksa masuk.

Ketika pintu kayu jati bercat putih itu di buka dari dalam. Daniel melihat dengan mata kepalanya sendiri, jika sang bunda keluar dengan raut wajah emosi. Perempuan yang suka memakai gaun bermotif bunga mawar itu menyeret koper besar yang rodanya sudah seret. Daniel langsung berlari, mengejar tapi pada akhirnya ia hanya melihat kedua orang tuanya bertengkar hebat di bawah Tangga.

Maaf telah ayahnya gumamkan beberapa kali. Tapi ibunya hanya menggeleng sembari mengeluarkan air mata. Bundanya tetap keras kepala, meninggalkan rumah. Padahal Daniel kecil sudah mengejarnya meski ayahnya tangkap.

"Bunda!!"

Panggilnya lantang hingga Nawang yang ketiduran mendadak bangun.

"Mas, kenapa?"

Daniel terjaga, dengan mata terbuka sempurna, nafasnya memburu seperti habis di kejar anjing. Ia tak menyadari siapa yang tengah duduk di hadapannya kini.
"Jangan tinggalin aku!!" Nawang jelas terhentak, saat tubuh besar Daniel memeluknya erat hingga kesulitan bernafas. Nawang juga bingung, mau membalas atau tidak. Menyentuh Daniel terlalu intim seakan terasa lancang. Ia putuskan untuk memeluk pria dewasa itu balik.

"Saya gak akan kemana-mana." Nawang memejamkan mata erat-erat, berharap jika ini hanyalah sikap spontan yang Daniel tak akan ingat atau mimpinya yang terlalu indah.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Pagi harinya Daniel bangun dengan tubuh segar. Kepalanya tak pening lagi, cuma lemas sedikit karena mungkin kurang makan. Ia tak bisa bolos kerja setelah kemarin sempat membatalkan beberapa agenda rapat penting. Daniel berangkat ke kantor tanpa sarapan atau memerintah Nawang untuk menyiapkan pakaian. Setelah kejadian semalam, yang tentu ia ingat. Daniel tak mungkin bertemu gadis itu dalam beberapa hari ke depan. Ia ingat semalam memeluk Nawang bahkan mengajak gadis berusia 18 tahun itu tidur bersama di atas ranjang namun cuma tidur. Tapi Saat ia bangun Nawang sudah raib.

Hatinya sedikit terganggu dengan perhatian dan sentuhan hangat pelayannya. Namun karena gengsinya yang setinggi langit, Daniel menepis perasaan janggal yang menyusup di hatinya. Tak mau jika nanti perasaan anehnya terhadap Nawang berkembang pesat. Daniel putuskan mengajak kencan Mutia, mengalihkan pikiran ke mantan putri pariwisata itu. Kebetulan nanti malam ada peragaan busana.

Teringat mimpi kelamnya semalam. Daniel berpikir, mungkin sudah saatnya ia menikah dan setia pada seorang wanita. Mungkin Mutia, wanita yang tepat untuk di jadikan istri tapi kenapa hatinya sedikit nyeri di pojokan tatkala melihat senyum Nawang saat sedang menyapu halaman. Sepertinya pertemuan kembali dengan Baby berdampak buruk, terbukti ia jadi punya perasaan aneh pada pelayannya sendiri dan bayangan ketika bundanya pergi dulu terbit kembali.

🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾

Peragaan busana sedikit membuat Daniel bosan. Model begitu cantik berhilir mudik memakai pakaian perancang busana terkenal. Biasanya Daniel akan girang jika berada di sekeliling perempuan cantik, berdada indah, berkulit putih serta berkaki jenjang. Tapi entah kenapa hari ini pada model itu terlihat sama serta menjemukan. Badan putih, rambut berwarna-warni, mata lentik ekstension, wajah mengkilap mulus, alis tebal hasil sulam serta kaki licin tanpa bulu. Tak ada yang berperawakan pas, berkulit bersih, rambut hitam legam, alis yang kelihatan liar tak pernah dikurangi atau ditambah, serta kulit kaki yang di hiasi bulu halus seperti milik Nawang.

Astaga! Kenapa ia malah mencari sosok Nawang yang begitu sederhana nan alami di kerumunan perempuan full total perawatan dari ujung kepala sampai kaki.

"Menurut kamu baju yang warna brown itu bagus?" Daniel teralihkan ketika mendengar Mutia membuka percakapan.

"Bagus, kamu mau?"

"Mau sih tapi masih mau lihat-lihat. Mungkin nanti ada yang lebih bagus."

Daniel mencoba menonton serta fokus dengan peragaan busana. Pakaian yang dipertunjukkan bagus-bagus tentunya dengan berbagai model yang berbeda. Tapi ia tertarik dengan sebuah baju bewarna biru laut tanpa lengan di hiasi payet mutiara kecil, panjangnya sampai ke bawah tapi di lengkapi dengan belahan paha.

"Baju biru itu bagus." Mutia malah tertawa tak enak, sambil menutup mulutnya dengan kertas brosur.

"Baju itu warnanya gak cocok buat perempuan seumuran aku. Pilihan kamu lebih cocok buat cewek ABG." Daniel menggaruk tengkuk. Benarkah apa yang Mutia katakan. Benar juga, saat melihat baju itu. Daniel membayangkan jika Nawang yang mengenakannya.

Sialan

Hanya karena mereka tidur berpelukan di satu ranjang yang sama. Perasaan Daniel jadi tak karuan.

🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱

Nawang menyiram tanaman sembari tersenyum malu-malu. Ia teringat semalam tidur di dalam pelukan lengan kekar Daniel. Tapi Nawang harus tahu diri. Sebelum denting tengah malam berbunyi, Cinderella harusnya sudah berlari pulang maka dia pun melakukan hal yang sama. Nawang meninggalkan kasur majikannya sebelum ayam jantan berkokok.

Tapi lengkungan di bibir Nawang turun perlahan tatkala ingat dirinya siapa? Nawang si babu, Daniel si tuan rumah. Perlakuan, hinaan, serta kata-kata pedas pria itu seakan sirna hanya dengan kehangatan yang Daniel beri semalam. Harapan Nawang yang melambung ke angkasa, tiba-tiba merosot jatuh ke bumi. Cuma di dalam dongeng, si miskin dan kaya dapat hidup bahagia.

Klakson mobil yang keras, menyentak Nawang hingga melepas selang air yang dirinya pegang. Tuan mudanya pasti sudah pulang. Ia bergegas membuka pintu gerbang sembari tersenyum ramah. Tak apa Daniel itu galak, asal dia tetap diperbolehkan setiap hari dekat dan melihat tuan mudanya.

Namun tebakannya salah. Widuri yang datang bersama Seto, anak supir pribadi mereka. Ia dengan lesu mendorong pagar besi.
"Wang, buatin minum sama siapin makan buat Seto."

"Iya buk."

Dirinya seperti disetrum dengan listrik bertegangan tinggi ketika melihat penampilan Widuri yang katanya sehabis pulang arisan. Perempuan paruh baya itu memakai perhiasan lengkap, di jemarinya yang keriput berhias cincin bermata Berlian, di pergelangan tangannya terdapat gelang kesehatan dan gelang giok bewarna hijau. Widuri membawa tas kulit buaya, yang Nawang tafsir harganya puluhan juta.

Lalu mata bulatnya turun, mengamati penampilannya sendiri. Nawang memakai Kaos usang bertuliskan London, yang diberi saudara sepupunya di kampung. Bawahannya hanya rok lipat yang ini beli di pasar. Di tubuhnya tak ada perhiasan kecuali sepasang anting bulat kemiri yang ada sejak dia kecil. Sekilas lihat harusnya Nawang tahu diri, jika berjalan dengan Daniel saja tak pantas apalagi sampai menaruh hati. Nawang harus memasang kaca besar di kamarnya nanti, agar sadar dirinya itu siapa.

💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top