Pangeran Pujangga
Sebut dia si gunung berapi.
Memang selayaknya gunung berapi, dia berhasil memporak-porandakan kehidupanku.
Dari yang introvert berubah mulai terbuka.
Dari yang hobi memendam semua sendiri jadi rajin curhat.
Meskipun melalui puisi.
Dan dengan setia juga dia membaca setiap puisi yang kubuat.
Duduk di depan perpustakaan sekolah sambil saling bertukar puisi.
Menyeretku jadi bagian mading yang dipimpinnya.
Bahkan aku selalu dibuat tercengang dengan kehadirannya yang tiba-tiba.
Di manapun aku berada.
Aku pikir dia penguntit.
Tapi ternyata lebih dari itu.
Senyumannya, tatapan teduhnya, tawa renyahnya,
dan semua puisi yang ditulisnya.
Ternyata tertuju padaku.
Membuatku tersadar kami punya rasa yang sama.
* * *
Terima kasih untuk masa-masa itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top