✧9✧
Aku gak masalah jika sering kena hina
"Kapan isi?"
Begitulah pertanyaan pertama yang didapat (Name) ketika silahturahmi ke rumah sepupunya
"Um. . Belum--"
"Gimana sih? Hampir 2 tahun menikah kenapa belum isi?"
(Name) hanya bisa menunduk Kepalanya
"Tuh. . Anak saya yang terakhir saja baru menikah 3 bulan sudah hamil, kamu kapan?"
Gentar yang berada disamping (Name) hanya bisa mengepal tangannya dengan sangat kuat--meski tak terlihat oleh orang lain
"Maaf ya Mbak kalau aku menyela pertanyaan Mbak. Urusan hamil belum itu hanya (Name) dan Tuhan yang tahu"
Ayah (Name) langsung mengatakannya didepan semua orang--Keluarga Tante (Name)
" *Ingat ya Mbak, (Name) itu anakku. Bukan anakmu. Jadi, jangan samakan anakku dengan anakmu*"
Seketika 1 ruangan merasakan bulu kuduk mereka berdiri-- Gentar pun begitu
Begitulah ucapan Ayah (Name).
Lembut, tapi menusuk
Skip
"Maaf keluarga Ayah ya nak. Rejeki sudah ada yang mengatur, kita tinggal berdoa saja agar rejeki itu bisa langsung datang"
Sang Ayah mengelus surai anak semata wayangnya, yang membuat sang empu merasa sangat nyaman akan elusannya
"Pulanglah. Jangan terlalu malam kalian pulang, Ayah tahu besok kamu sudah masuk kerja"
"Iya Ayah, Ibu. Kami permisi. Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam. Hati-hati bawa mobilnya"
Gentar mencium tangan ayah dan ibu mertuanya. Begitu juga dengan (Name)
Setelah mencium tangan, mereka langsung melenggang pergi
Selama perjalan, keadaan di mobil sangat sunyi. Hanya dihiasi suara musik dari mobil dan gemercik air hujan
"Mas"
Gentar yang sedang sibuk mengemudi, memberi perhatian kearah sang istri
"Ada apa?"
"Maafkan keluarga adek. Gara-gara adek, Mas--"
Sebelum selesai ucapannya, jari telunjuk Gentar mendarat di bibir (Name)
"Gak boleh gitu. Itu bukan salah Adek. Merekanya saja yang kepo sama urusan kita. Mereka hanya sepupu adek, dan mereka gak ada hak untuk mengatur kehidupan kita"
Gentar memberhentikan mobilnya tepat di belakang zebra cross yang menandakan lampu lalu lintas berwarna merah
"Jangan dimasukin ke hati. Meski ucapan mereka sangat menyakitkan, anggap saja kata-kata itu sebagai dorongan agar kita tak menjadi lemah. Oke?"
Gentar mengelus lembut pipi chubby milik istrinya
"Uhm. . Iya"
"Waah. . Sayang sekali hari sudah malam, padahal Mas mau foto wajahmu yang memerah"
(Name) bisa merasakan wajahnya menjadi sangat merah
"Ma. . Maaass. . Jangan begitulah"
"Olololo~ Malu ya?"
"Iiihh. . Mas jangan cubit"
Seketika suasana penuh kiyowo itu terhenti Karna mobil dibelakang mengklakson mobil Gentar yang menandakan bahwa lampu lalu lintas berubah menjadi hijau
Sampai rumah
"Mwaass. . Sudahlah. . Mas gak bosen apa cubit pipi Adek?"
"Enggak. . Gemes pengen makan. Kayak mochi"
"Jangan lebar-lebar Maaasss"
Asal bisa terus bersamamu seperti ini sudah cukup bagiku
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top