[9/10]
Aku harap kamu baik-baik saja....
__________________
UCAPAN itu ibarat doa. Baru beberapa hari ketika dirinya dikunjungi ibu mertua, [Name] akhir-akhir ini merasa mual, muntah dan tidak enak badan. Gempa sangat khawatir pada kondisi [Name] dan meminta sang istri untuk beristirahat. Tapi, setelah beberapa hari [Name] tidak kunjung membaik. "Kita ke dokter aja ya? Ya?"
[Name] menggeleng sebelum Gempa menghembuskan napas panjang dan mulai memijat kepalanya dengan lembut. Untuk beberapa waktu mereka terdiam dalam kesunyian sebelum pria dengan sedikit helaian putih tersadar akan sesuatu yang penting. "Jangan-jangan.. kamu hamil?"
[Name] membuka matanya yang terpejam terkejut. Mereka saling pandang dalam diam sebelum Gempa mengambil test pack dari lemari, mereka mendapatkan ini dari kunjungan Bunda kemarin. Katanya tidak salah untuk mencoba mengetesnya ketika mengalami gejala kehamilan. Dengan ragu Gempa memberikan itu, [Name] mengambilnya juga dengan canggung sebelum mengangguk. "Tapi, jangan kecewa ya sama hasilnya kalau negatif."
Gempa mengangguk dengan cepat sebelum tersenyum lembut, tangannya mengelus kepala [Name]. "Kita coba tes aja dulu. Siapa tahu ini yang nyebabin kamu gak enak badan. Kalau bukan juga gak papa, nanti kita ke dokter buat periksa, oke?" [Name] yang mendengarnya kembali mengangguk sebelum masuk kamar mandi.
Gempa terlihat gugup untuk beberapa alasan. Itu benar-benar di luar perkiraan jika bisa secepat ini. Maksudnya kemarin yang dia katakan juga seperti lontaran candaan untuk melihat reaksi imut [Name]. Bukan benar-benar yakin akan segera terjadi.
Setelah beberapa saat pintu terbuka. Gempa segera berdiri, pandangan istrinya tertunduk ketika keluar dari kamar mandi. "Hey, hey, hey. Kamu baik-baik aja, kan?" Gempa membawa istrinya duduk di pangkuan. Dia mengusap wajah sang istri dan menyingkap rambutnya. "Kenapa?" tanyanya dengan lembut.
[Name] perlahan mengangkat kepalanya menatap Gempa. Dia menatap mata itu untuk sebentar sebelum memberikan test pack di tangannya pada Gempa. Gempa mengambilnya dengan gugup, sebelum menemukan dua garis biru yang terlihat di sana. Mereka saling pandang dalam diam, [Name} sedikit tersenyum sebelum Gempa langsung memeluknya erat.
"Astaga, astaga... sayang." Gempa menenggelamkan wajahnya di pundak sang istri. Rasa bahagia menyeruak dari hatinya dan dia mulai menangis membuat [Name] panik. Gempa meletakkan tangan [Name] di wajahnya dan mulai bicara dengan sedikit gemetar. "Makasih, sayang... Makasih.. keluarga kita sekarang mulai bertumbuh. Makasih..."
[Name] terdiam sebelum memeluk suaminya lebih erat, dia tidak bicara apapun. Tapi, [Name] juga bisa merasakan perasaan haru yang menyelimuti Gempa. Mereka sebentar lagi akan menjadi orang tua. Keluarga mereka akan semakin besar.
"Syukurlah... syukurlah.."
[Name] bisa merasakan kehangatan yang lembut dari bibir Gempa. Dia semakin mengeratkan pelukan, seiring Gempa mengelus kepalanya penuh kasih sayang. Mereka bersyukur atas keajaiban kecil yang Tuhan berikan.
.
.
.
"Selamat."
Gempa tertawa ketika saudara-saudaranya yang lain datang berkunjung ketika mengetahui sebentar lagi dia akan jadi seorang Ayah. "Gimana rasanya bakal jadi Ayah?" Taufan bertanya dengan jahil, tertawa kecil diikuti yang lain.
"Begitulah, luar biasa." Mereka semua menatap Gempa tidak percaya. Wow, seorang Gempa memang benar-benar cocok jadi seorang Ayah. "Ya, itu benar-benar menakjubkan. Sungguh." Mereka tertawa mendengar penuturan dari Air.
"Lihat muka Kak Hali, hahaha, mukanya kaget banget. Apaan sih, Kak? Kakak kaya yang iri aja."
Tawa kembali menyambar ruangan sebelum Solar menyeletuk, "Soalnya kan Kak Hali gak pernah mimpi punya anak. Pacaran aja gak bisa." Semua orang menatap Hali simpati yang kini mulai menatap mereka kesal. Kita sama-sama tahu, manusia es ini sangat sulit mendapatkan pasangan.
Taufan menepuk bahu Halilintar dengan ekspresi dramatis. "Yang sabar ya, Kak. Gak papa kok, kita ngerti." Halilintar menepis tangan Taufan kesal. "Apaan sih? Siapa juga yang kesal."
"Ya, iya sih. Yang kesal itu harusnya Kak Taufan yang punya banyak pacar tapi gak nika-nikah sampai sekarang." Solar berkata dengan ekspresi sok tahunya, membuat yang lain tertawa. Yang lain hanya mengobrol singkat menghabiskan sore itu di rumah Gempa.
__________________
Bonus
__________________
"Ini apa?"
[Name] menatap bingung ketika menemukan kado di ruang tamu setelah menemukan saudara-saudara suaminya sudah pulang. Gempa masuk dari pintu sebelum datang menghampirinya, suaminya juga terlihat bingung menemukan itu, dengan perlahan akhirnya mereka membuka kado bersama. Yakni, satu stel baju bayi yang manis.
"Siapa yang menyimpannya, ya?"
[Name] menggeleng sebelum menemukan pesan dari Kakak Ipar, yakni Halilintar.
Kakak Ipar_
Barangku tertinggal, kalian bisa menyimpannya.
.
.
.
_____________________
...keluarga kita akan semakin berkembang.
31 Desember 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top