[8/10]

Aku bukannya takut...

________________

SEBAGIAN orang dalam pernikahan memiliki masalah dengan mertua, yakni orang tua dari pihak pasangan. Apakah [Name] pernah kesusahan dengan orang tua Gempa? Entahlah, [Name] tidak tahu. Orang tua Gempa sama baiknya seperti sang suami, mungkin itu yang bermasalah karena dia harus bersikap sopan dengan semua kasih sayang yang sering membuatnya kewalahan.

Seperti sekarang. "Ya ampun sayang... kamu baik-baik aja kan? Gempa kemarin katanya sakit. Kamu pasti repot banget kan?" [Name] menggeleng sopan, bukankah harusnya yang dikhawatirkan itu Gempa ya? Bukan dia? Wanita yang disebut Bunda oleh Gempa kini mengelus rambutnya dan memeluknya hangat. "Kamu hebat sayang, kamu pasti udah usaha keras! Bunda bangga sama kamu!" 

Mertuanya ini sebaik Gempa. Mereka penuh akan perhatian, dan terkadang itu yang membuat [Name] canggung, merasa kewalahan dengan banyaknya perhatian ini."Oh, [Name]. Hahaha, akhirnya ayah ketemu kamu lagi. Gimana kamu sehat kan?" Ayah Gempa memeluk [Name] dengan hangat. Lagi-lagi perhatian ini, [Name] tertawa canggung tidak terbiasa.

Tolong, [Name]!

"Ayah, Bunda. Baru dateng udah gangguin [Name] aja. Kasian tuh [Name] jadi bingung." Gempa mulai berbicara dan muncul dari belakang, menarik istrinya dan memeluk erat dari belakang. Ah, pria ini juga sama saja.

[Name] yang canggung dalam pelukan Gempa mulai bicara menatap kedua mertuanya. "Ah, Bunda sama Ayah. Sekarang udah waktu makan siang, gimana kalau kita makan bareng dulu?" Bunda dan Ayah mengangguk mendengarnya tersenyum, setuju dengan ajakannya. Huft.. satu masalah sudah selesai. Mereka kini akhirnya berjalan ke meja makan dan mulai mengobrol sambil makan.

"[Name], kamu masak ini semua sendiri?" Bunda menatap beberapa hidang di meja dengan terkejut menatap [Name}

"Eh, iya Bunda." [Name] menjawab gugup sebelum melihat ekspresi tidak nyaman sang mertua. Apakah ini konflik di mana sang mertua akan memarahi menantunya seperti yang dia dengar dari teman-temannya? Apakah makanan ini tidak sesuai selera sang mertua?

Tapi, [Name] salah sangka, wanita itu kini malah menatap Gempa dengan kesal. "Kamu ini ya, mentang-mentang udah nikah jadi gak suka masak lagi? Masa biarin istri kamu masak sendiri sih? Ck ,ck, ck. Pasti [Name] capek banget ngurusin kamu." Ah? [Name] mengedipkan mata bingung, kok malah Gempa yang dimarahi?

Gempa kini yang mendengarnya tertawa kecil menggaruk leher menatap [Name] dengan rasa bersalah. "Maaf ya sayang. Pasti kamu capek." O-oke? [Name] benar-benar bingung sebelum akhirnya sang Ayah mertua kini berceloteh ria.

"Bunda, coba makan ini. Rasanya enak banget, [Name] pinter banget masak. Hm... mantap." 

Mendengarnya mereka semua tertawa ketika akhirnya Ayah menyuapi Bunda. Mereka berdua terlihat sangat serasi, walau begitu melihat suaminya sendiri yang menyuapinya, tidak, tidak. Walau begitu dia tidak bisa menolaknya sebelum akhirnya terpaksa menelan makanan yang suaminya berikan.

"Ngomong-ngomong kemarin Bunda dapat kabar dari teman Bunda. Dia... punya acara memasak gitu dan bikin konten. Gimana kalau [Name] ikutan bikin konten sama beliau? Ini... kalau [Name] luang ya, takutnya bosen di rumah. Bisa coba tuh, masak sambil nyoba resep-resep baru dan belajar masak dari beliau. Bunda denger soalnya kamu suka masak dan makanan kamu ini enak banget."

[Name] menatap Bunda tersenyum, dia tidak terlalu suka dengan bagian konten, tapi mendengarnya itu cukup menarik, apalagi gratis. "Boleh, Bunda. Paling [Name] nanti coba-coba dulu dan kontak beliau. Kalau masih lowong, [Name] bakal ikutan."

Bunda tertawa mengangguk mendengarnya, [Name] melirik keluarga ini, perasaannya sedikit nyaman. Kehangatan ini sama seperti yang diberikan suaminya walau terkadang dia kewalahan. Tapi... ini tidak begitu buruk. Setelah makan akhirnya [Name] bangkit, tangannya dicekal Bunda membuat dia bingung.

"Udah, itu sama Gempa aja. Kamu istirahat dan ngobrol sama Ayah dan Bunda aja."

Gempa melirik [Name] mengangguk, "Iya, sama aku aja. Kamu istirahat aja temenin Bunda."

Apa [Name] yang salah kira ya? Entah kenapa rasanya posisi anak dan menantu sekarang terasa terbalik.

________________

Bonus

________________

"Nah, ini foto dia pas masih bayi. Liat lucu banget kan?"

[Name] sedikit tertawa ketika melihat foto album yang dibawa mertuanya. Gempa terlihat sangat manis di dalam sana. Bunda yang melihatnya berdehem dan berbisik kecil. "Jadi kapan kalian punya anak?"

[Name] mengedipkan mata bingung, sebelum Gempa dari belakan mengelus kepala [Name] menjawab, "Secepatnya, secepatnya Bunda." 

[Name] menatap suaminya tidak percaya, wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Ah! Sebenarnya kenapa sih suaminya dan keluarganya ini senang membuat dia salah tingkah.

.

.

.

___________________

...hanya saja aku kewalahan dengan perhatian mereka, sama seperti kamu. 

31 Desember 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top