[4/10]
Indah sekali...
___________________
REMANG cahaya pagi masuk melalui celah tirai ruangan. Cahayanya membuat netra sang pemuda mengerjab pelan, pandangannya buram, ketika mulai mendapati wanita yang dia cintai tertidur pulas.
Dia menelusuri rambut sang istri, menyibak lantas menyentuh lembut wajahnya. "Sayang. Ayo, bangun." Gempa berkata pelan, mengecup dahi [Name] yang mulai menggeliat menarik selimut semakin atas.
"Sayang." Gempa berbisik sekali lagi penuh kelembutan. Tangannya merengkuh punggung wanitanya, mengusap pelan, menarik tubuh sang istri tuk bangun.
Buk!
Gempa terdiam, ketika tinjuan lolos mendarat di pipinya. Aduh, sepertinya dia salah lagi. "Aku baru tidur bentar. Biarin napa! Kaya gak inget aja semalam kamu bikin aku capek segitunya."
Gempa tertawa kecil, benar juga. Mereka menghabiskan malam yang panjang bersama. Pasti [Name] sangat kelelahan. "Kalau gitu, aku bawain sarapan dulu, ya?" [Name] menghembuskan napas mengangguk kembali tidur.
Gempa kembali mengecup dahi istrinya sebelum bangkit. Kini dirinya membuka gorden, terlihat, pemandangan laut terbentang luas. Dari arah jendela, aroma laut menyebar menerpa penciuman.
Setelah pernikahan berlangsung, mereka telah merencanakan bulan madu selama satu bulan di tepi pantai. Ini sudah seminggu, keduanya lebih sering berdiam diri di kamar melakukan aktivitas suami istri. Sebelum akhirnya tadi malam sebagai puncak. Karena itu, setelah sholat subuh. Istrinya masih kelelahan dan tertidur lelap.
Gempa mulai membuka pintu kamar. Di depan lobi hotel, dia menemukan dua piring sarapan. Dia tersenyum, membawa nampan tersebut. Meletakkan ke meja sebelum menghela napas. Aduh. Bagaimana cara membangunkan istrinya ini?
.
.
.
"Kamu sih!"
Gempa mengusap wajahnya pasrah sembari melirik [Name] yang cemberut. Terduduk di atas pasir putih, menatap lautan dengan sebal. "Maafin aku, ya. Semalam kamu bilang terus lanjut aja. Jadi aku lepas kendali. Maaf."
Gempa melirik serba salah, pasalnya [Name] sangat ingin bermain ombak. Tapi, selama ini dia menawan istrinya di atas ranjang. Dan sekarang saat ingin bermain, istrinya sakit pinggang karena semalam dia terlalu berlebihan. Semua ini memang salahnya.
"[Name]."
"Tahu, ah! Males!"
Gempa ikut terduduk di atas pasir, tangannya merengkuh [Name] yang kini mulai fokus menatap ombak yang menyapu pasir. "Gimana kalau gini. Aku gendong kamu main deket ombaknya. Mau?"
[Name] menggembungkan pipi, dia terlihat masih kesal. Akhirnya ketika melihat anak-anak kecil bermain ombak. Dia tergoda dan dengan kesal meminta bantuan Gempa untuk menggendongnya.
Gempa tertawa, melihat tingkah laku [Name] yang menggemaskan membuat dia tidak bisa berhenti semakin terpesona. Kini dia mulai menggendong kekasihnya, menikmati sapuan ombak. Tawa terdengar dari [Name] yang menikmati desain ombak yang berhembus.
[Name] mulai turun, walau tubuhnya sakit, dia sangat ingin bermain ombak sendiri. Dari samping Gempa memperhatikan. Hingga ombak besar datang membuat keduanya terjatuh lantas tertawa lebar. Surai coklat [Name] berkibar di bawah angin laut, juga basah dengan air laut. Tawanya yang cerah membuat Gempa mendekati kekasihnya tanpa basa-basi.
Cup.
Satu kecupan. Dua kecupan. Tiga kecupan. [Name] menepuk bahu pemuda itu untuk mengambil napas. Wajah [Name] kembali terlihat sebal, meninju bahu Gempa yang dibalas cengiran. "Kamu terlalu manis. Aku gak bisa berhenti buat terpesona sama kamu."
[Name] tidak tahu harus berekspresi bagaimana. Suaminya itu tidak menampilkan senyum jahil. Dia selalu mengakhirinya dengan senyuman lembut, yang kadang kali selalu membuatnya meleleh. Walau begitu dia tidak mau menunjukkannya!
Setelah puas bermain, [Name] kembali digendong oleh Gempa menuju hotel. Di sana Gempa lagi-lagi mengecupnya lembut. "Mamah! Mamah! Ada yang ciuman!"
Gempa dan [Name] saling lirik melihat anak kecil yang ada di hadapan mereka menarik baju ibunya yang tersenyum kecil. "Aduh, aduh, pasti ini pengantin baru. Lain kali pilih-pilih tempat ya." Setelah itu anak dan ibu itu pergi. Menyisakan keduanya yang tertekuk menahan malu.
___________________
Bonus
___________________
"Udah aku bilang. Jangan berlebihan! Kamu ini kenapa sih?!"
"Aku gak bisa ngebela diri sih."
"Kan emang kamu yang salah!"
Gempa tertawa, kini mereka berdua tengah menikmati matahari terbenam. Lagipula perdebatan itu cuman hal remeh yang tidak perlu diperbesar.
"Indah ya?"
Gempa mengangguk, merengkuh sang istri, ketika melihat perasaannya sudah tenang. "Iya, sangat indah." Gempa tersenyum lembut, bukan pemandangan lagi yang dilihat, tapi wanita yang ada di sampingnya. "Benar-benar indah."
.
.
.
___________________
...melihat kamu yang ada di pelukanku saat ini.
30 September 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top