[3/10]
Hari ini, esok, maupun nanti...
___________________
SUARA bising terdengar, kicau burung berhamburan. Langit cerah dengan mentari yang bersinar terang. Dari kilau cahaya benderang, terlihat sebuah taman terbuka dengan kursi putih yang berjejer rapi.
Di depan, terdapat kursi khusus untuk ijab qabul. Hiasan pita menghias setiap penjuru, serta bagaimana panggung tempat pengantin akan terduduk nanti sudah siap sempurna.
"Aku gak pernah nyangka. Dari sekian saudara kita. Gempa bisa-bisanya dia nikah duluan!" Taufan terduduk dengan wajah kecewa. Sementara Halilintar tertawa menoyor kepala adiknya tersebut. "Ayolah, Gempa itu memang anak baik-baik juga bertanggungjawab. Pantas kalau dia menikah lebih dulu dibanding kita."
"Tapi kita Kakaknya keduluan dong! Kak Hali sih gapapa, emang wataknya kek setan. Pasti gak ada yang mau. Tapi, aku itu pakar cinta! Bisa-bisanya keduluan gitu. Kan gak ngotak!"
"Ya, mau gimana ya. Kak Taufan, 'kan, buaya darat."
"Heh!"
Solar tertawa kecil menjulurkan lidahnya, meledek. Perkataannya tidak ada yang salah. Memang Kakaknya satu itu buaya darat. Pencinta wanita dengan puluhan mantan.
"Ngomong-ngomong, Thorn belum liat Kak Gempa dari tadi pagi. Kak Gempa ada di mana ya?"
"Mungkin ada di ruang rias. Kakak minta waktu sendiri. Kayanya sih gugup banget, berusaha mempersiapkan akad yang sempurna." Ice menjawab pertanyaan Thorn yang mengangguk polos, sementara di tempat makan. Blaze sudah memakan hidangan, katanya dia kelaparan.
"Aku harap, Kak Gempa baik-baik aja sih. Tamu-tamu juga udah berdatangan." Perhatian Solar melirik tamu-tamu menyambut ramah. Sementara saudara yang lain mengangguk. Mereka menatap ruang Gempa berada gusar.
.
.
.
"Saya terima nikahnya kawinnya- ck, salah lagi."
"Saya terima kawinnya seharga emas- hah, tenang Gempa, tenang."
"Saya terima nikah dan kawinnya [Full name] binti [Father name]. Dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan mahar sebesar 500 gram. Dibayar tunai."
Gempa menghembuskan napas panjang, menatap cermin. Kini dia sudah rapi dan berpenampilan baik untuk pernikahannya bersama kekasih hati. Matanya memandang cermin gusar. Jangan sampai dia mengacaukan acara penting ini.
Namun, dari rasa gugup itu. Gempa bisa merasakan sentuhan lembut yang menutupi pandangannya. Tangan yang lembut dan halus. Gempa berbalik, [Name] ada di sana. "Jangan terlalu tegang. Ini bukan berarti kamu bakal mati kalau salah ngomong."
Gempa tersenyum lega menjatuhkan kepalanya menuju tangan [Name]. Kekasihnya itu sudah berpenampilan rapi dan cantik. Gaun putih yang melekat dengan hiasan layaknya bulu angsa terlihat anggun, juga riasan lembut yang menunjukkan keindahannya. Di kepalanya terdapat bulu angsa sebagai hiasan, kali ini dia mengenakan tema white swin like.
Sorot Gempa melembut, dia merasakan kesejukan yang membuat dirinya tenang begitu saja. Tangannya menggenggam [Name] penuh kehati-hatian. Lantas dia beranjak pergi sebelum menatap kekasihnya lagi penuh kehangatan.
Gempa melangkah, kini semua orang menatapnya. Gempa mulai terduduk di kursi paling depan. Dia bisa merasakan atensi semua orang mengarah padanya. Terlebih dari sudut mata, dia bisa melihat saudaranya yang lain memberikan semangat.
Penghulu kini sudah hadir. Dia duduk di hadapan Gempa dengan senyum ramah. Sementara di sisi penghulu terdapat kerabat [Name].
"Di hari yang berbahagia ini. Kita akan menyaksikan pernikahan antara Saudara Gempa dengan Saudari [Name]. Semoga pernikahan ini menjadi pernikahan yang sakinah mawadah warahmah. Tidak hanya mencintai di dunia, tapi, juga di akhirat."
Penghulu memberikan pidato yang membuat suasana pernikahan menjadi semakin hikmat. Semua orang menatap penuh sukacita. Hingga penghulu menatap Gempa yakin. "Saudara Gempa siap?"
Gempa mengangguk. Keduanya mulai berjabat tangan. Memulai acara yang sakral. "Saudara Gempa. Saya nikahkan [Full name] binti [Father name] dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan mahar sebesar 500 gram emas. Dibayar tunai!"
Gempa menarik napas. Dengan penuh keyakinan, suaranya lantang mulai mengatakan ikrar suci pernikahan. "Saya terima nikah dan kawinnya [Full name] binti [Father name]. Dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan mahar sebesar 500 gram. Dibayar tunai."
"Sah?"
"SAH!"
"Alhamdulillah."
Sorak sorai penuh kebahagiaan terdengar nyaring. Gempa memejamkan mata tidak percaya, kini secara resmi dia sudah menikah. Kesadarannya mulai kembali sesaat pemandu acara-- Taufan. Kini dia berseru tentang kedatangan mempelai wanita.
Pandangan mereka bertemu. Saling menatap penuh cinta juga kasih sayang.
___________________
Bonus
___________________
Gempa menarik tudung putih yang menutupi wajah kekasih hati. Kecupan lembut mendarat di wajah [Name]. Semua orang berseru senang, sebelum keduanya menautkan dahi lembut.
"Terima kasih. Aku mencintaimu [Name]."
[Name] mengangguk pelan, malu. Sebelum berbisik pelan, amat pelan. "Aku juga mencintaimu."
.
.
.
___________________
...aku berjanji akan bersamamu hingga ajal menjemput.
30 September 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top