[1/10]

Pertemuan itu...

___________________

PEMUDA dengan surai hitam serta helaian putih, kini membawa tumpukan buku tebal, tangannya mengerat seiring buku itu longgar dari genggamannya dan hendak terjatuh.

Grep.

Masih berusaha bertahan, perlahan di anak tangga dia berdoa agar buku-bukunya tidak terjatuh. Semua beban ini ditanggungnya karena saudaranya yang lain meminta dibawakan buku. Dan dengan bodohnya dia tidak menolak akan hal itu.

Walau begitu sekuat-kuatnya Gempa, ketika beberapa mahasiswa lain turun dari anak tangga, menyenggol dirinya dan membuat buku-bukunya jatuh, berserak, yang parahnya menimpa kepala seorang gadis yang kini terjatuh duduk dengan kesal.

"HEY! LO PUNYA MATA GAK SIH?!"

Teriakkan lolos memasuki telinga Gempa yang bergegas turun menunduk dan mengeluarkan permintaan maaf. "Ma- maaf! Mau ke UKS? Atau butuh pengobatan? Itu pasti sakit."

Gempa yang mengabaikan buku-bukunya menatap khawatir gadis dengan surai panjang coklat, netra gelap yang terlihat kesal mulai menghela napas panjang. Bukannya kembali memaki, gadis itu tertunduk mengambil buku-buku berserak yang membuat Gempa terdiam bingung. "Nih, lain kali hati-hati. Gue baik-baik aja, lain kali pake mata yang bener."

Gempa tercenung, menatap buku-buku dalam genggamannya sesekali melirik surai gadis itu yang melambai lembut diterpa angin. Kehangatan menjalar, membuat pandangannya tidak bisa beralih pergi.

Cantik.

Ah, astaga. Apa yang baru saja terjadi? Gempa menatap buku-buku, menyadarkan diri lantas bergegas pergi, rona merah tersirat dari kedua pipi. Bahkan dia tidak sempat bertanya lagi, siapa nama gadis tadi.

.

.

.

"Woy! Kak Gem. Hehehe."

Gempa melirik adiknya, Blaze dan Ice tengah berdiri di belakang sofa, menenteng makanan ringan dengan minuman segar. "Tumben. Kak Gempa kok bengong?"

Gempa menggeleng pelan, segera berdiri mengambil jajanan adiknya untuk diwadahi. "Aku gak kenapa-kenapa. Cuman, kepikiran ajah."

"Kepikiran apah?"

Gempa terdiam sesaat, gerakan tangannya terhenti. Dan dirinya kembali tercenung, lantas tanpa aba-aba pipinya merona. "Kak Gempa! Jawab dong."

Ice yang melihatnya tersenyum kecil, menarik Blaze yang tidak sabaran dan tidak mengerti apa yang terjadi. Sedangkan Ice, melihat semua tingkah kakaknya membuat dia tahu, hati sang kakak sedang diliputi virus merah muda. "Blaze. Kak Gempa sedang jatuh cinta."

"HAH?!"

Bukan hanya Blaze, bahkan Gempa berseru kaget. Sementara Ice yang peka itu memalingkan wajah terduduk di sofa dengan malas. "Gimana? Apa maksud kamu Kak Gempa jatuh cinta?"

"Itu gak mungkin."

Ice tidak berekspresi lebih banyak dan mengangkat bahu. Pandangannya teralihkan pada televisi dan memakan jajanan yang dibeli. "Kak Gempa hanya belum menyadarinya. Aku hanya melihat apa yang terlihat."

Gempa tidak menjawab, lantas bergegas memasuki kamar. Menjatuhkan wajahnya dengan keras di atas bantal lantas berteriak tertahan. Astaga! Apakah dia benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama?!

.

.

.

"Kamu?"

Gempa terdiam kaku, menatap gadis yang sama dia temui tempo hari. Ternyata mereka memiliki mata pelajaran tambahan yang sama untuk tambahan materi kuliah. "Ah, apa kamu sudah baikan?"

Gadis itu mengangguk, melirik kursi lain yang sudah penuh dia menarik tasnya dari kursi samping. "Kamu menghalangi white board, cepat duduk." Gempa mengangguk terduduk dengan kikuk. "Kita belum berkenalan sebelumnya, namaku Gempa. Kamu?"

Gempa merasakan dadanya yang berdebar kencang, walau begitu dia berusaha bersikap tenang sebelum gadis itu menjawab singkat. "[Name]. Aku [Name]. Aku pikir kita akan sering bertemu. Jadi tidak ada salahnya berkenalan."

"Itu benar. Salam kenal, [Name]."

Gempa memperhatikan gadis dengan surai coklat yang mengangguk dan fokus menatap dosen yang baru masuk. "Baik, mari kita mulai mata pelajaran tambahan kali ini."

Gempa tidak bisa berfokus pada ucapan yang dikeluarkan oleh dosen yang mengajar. Matanya sesekali masih melirik [Name] yang belajar dengan serius. Entah kenapa melihatnya semakin jelas, membuatnya semakin terpesona.

___________________

Bonus

___________________

"Apa lihat-lihat? Ada masalah?"

Gempa menggeleng cepat. Bagaimana dengan cepat dia ketahuan. Aduh, rasanya malu sekali. "Tidak. Tidak ada. Aku hanya melihat serangga lewat." Alasan yang terlihat sekali dibuat-buat.

"Maksudnya aku serangga?"

"Eh, nggak."

"Kalian yang di belakang diam! Saya sedang mengajar di depan!"

.

.

.

___________________

... membuat aku tahu kalau aku memang tertarik denganmu.

1 September 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top