[3/10]
Awal baru ini...
_________________
ADA beberapa hal di dunia ini yang tidak sesuai ekspektasi. Selain ekspektasi lebih baik atau buruk, lebih dari itu. Banyak hal mustahil yang atau tidak pernah terpikirkan di masa lalu terjadi pada kita sekarang. Itulah yang [Name] rasakan.
[Name] tidak pernah berpikir untuk menikah, memiliki suami atau berumah tangga. Itu tidak pernah ada dalam kepalanya. Dia selalu memikirkan bahwa sisa hidupnya akan dihabiskan sendirian. Menjaga rumah kaca peninggalan sang ibunda dan memiliki usaha bunga di berbagai tempat. Itu yang selalu dia pikirkan.
Mungkin inilah yang disebut takdir. [Name] melirik sekitar dengan gugup, aula besar serba putih yang mewah, banyak sekali hadirin yang menanti kehadirannya di podium, seruan orang-orang. Dia menunduk sedikit menatap sepatu hills yang mengiringi setiap langkahnya, perlahan dan anggun, gaun panjang putih terlampir menyusuri lantai di belakang, wajahnya yang manis tertutupi dengan tudung tipis yang menutupi wajah.
Sekarang [Name] secara sah sudah menjadi istri dari Frostfire. Terlihat di meja putih, dengan empat kursi juga tiga orang yang duduk di sana menanti kedatangan [Name]. Dia memang memasang wajah dingin sepanjang langkah walau dalam hati dia gugup bukan main.
"Nah, mempelai wanita silakan datang kemari."
[Name] mengangkat kepalanya. Ketika dia duduk di samping Frostfire, dia sedikit terhenyak ketika Frostfire meremas tangannya lembut. "Kamu cantik banget," bisik Frostfire. [Name] melirik kesal-- walau dalam hati salah tingkah, kemudian penghulu memintanya untuk salim pada Frostfire.
"Aku masih gak terima ya," desis [Name] dengan suara yang amat kecil, hanya bisa didengar oleh keduanya. Frostfire tidak marah, malahan terkekeh sembari menyingkap tudung tipis yang menutupi wajah [Name]. Untuk sesaat Frostfire tercekat, melihat kecantikan istrinya sekarang. Terlebih ketika [Name] memejamkan mata, menunggu formalitas kecupan di dahi. Dengan tidak sabar Frostfire menarik dagu [Name] dan mencium bibir gadisnya di hadapan semua orang.
"Woah!"
"Mempelai pria sepertinya tidak sabar ya."
"Weh, sabar dong bang. Main sosor aja lo."
Wajah [Name] memerah ketika membuka mata, dengan cepat dia segera menarik wajah yang dibalas seringai menyebalkan Frostfire. "Salah kamu sih, cantik banget." [Name] sudah seperti kepiting rebus, wajahnya memerah padam diliputi rasa malu dan amarah. Dengan refleks dia meninju bahu sang suami keras-keras. Tawa hadirin semakin kencang.
"Ekhem!"
[Name] menghela napas lega melihat ayahnya yang menghentikan aksi menyebalkan Frostfire. Wajahnya kecut, dia terlihat tidak senang dan merajuk. Walau begitu reaksinya itu tampak dinikmati oleh Frostfire. Setelah beberapa formalitas, foto, tanda tangan dokumen. Akhirnya acara inti selesai yang dilanjutkan pesta megah yang dihadiri banyak tamu.
Sudah beberapa jam berlalu, dia benar-benar lelah berdiri memasang senyum untuk tamu undangan yang datang. Di sisi lain Frostfire sibuk berbincang dengan para tamu undangan sementara dia mulai duduk merilekskan tubuh. Wajahnya pucat, dia sepertinya mulai kelelahan.
"[Name], kalau udah capek langsung istirahat. Kamu nanti sakit."
[Name] menengadah mendengar sumber suara. Matanya menemukan wajah tua sang ayah yang kini menyodorkan segelas air. [Name] terdiam kaku, tidak tahu bagaimana harus merespon. Dia tidak tahu ayahnya memperhatikan dia selama ini, hal itu membuat hatinya menghangat. "Iya, Ayah."
Ayah tersenyum lembut mengelus kepala [Name] dan mengecup pucuk rambutnya lembut. "Ayah sayang banget sama [Name]. Kalau dia ngapa-ngapain kamu. Langsung ceraiin aja. Gak usah banyak tunggu." [Name] terkekeh mengangguk sembari menegak air putih yang diberikan ayah. "Tanpa Ayah kasih tahu [Name] bakal lakuin kok."
Keduanya tertawa bersama-sama kemudian terdiam menatap orang-orang yang hilir mudik. Benar. Pernikahan ini tidak akan seburuk itu kan? [Name] berharap sekali semua akan baik-baik saja.
"Sayang!"
Ah, atau tidak?
__________________
Bonus
__________________
Frostfire berlari memeluk [Name] dan mengecup pipi sang istri dengan seringai menyebalkan. "Kangen gak?'
"Nggak."
Frostfire mendecih sembari memainkan surai [Name]. Tamu undangan mulai pergi tanda acara akan segera berakhir. "Kenapa sih kamu mau nikah sama aku?" tanya Frostfire random membuat delikan sebal hadir dari [Name]
"Kepaksa."
"Kamu jahat banget."
"Emang."
[Name] memalingkan wajah sedari tadi. Frostfire mengira istrinya marah, tidak menyadari jika pipi [Name] sudah memerah sejak ciuman di pipi sebelumnya.
______________
...kuharap akan baik-baik saja.
11 Maret 2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top