1. The Meaning of Kiss
"Vital sign, Lin! Don't forget to check! Ummm... Sejam sekali! Kalo ada yang strange segera kasih tau gue! Oke!"
Seorang dokter dengan snelli lengan pendek tampak sedang memberikan instruksi pada perawat berlesung pipi bernama Lina. Sang Dokter yang notabene memiliki garis wajah yang tegas dengan warna rambut berpendar kebiruan jika terpapar sinar matahari itu bernama Kevin, tercetak jelas dengan huruf kapital di nametag yang terpasang di saku dada kirinya.
"Baik, Dok," jawab gadis berambut pendek itu menuruti perintah Kevin. Bagi seorang perawat jaga seperti Lina, sebuah kebanggaan tersendiri kalau bisa memenuhi permintaan dokternya. Apalagi dokternya se-kece Kevin, yang kalau lewat aja bisa bikin menahan napas--biar nggak ketahuan kalau ngos-ngosan--karena Kevin bau amis, habis nangani pasien kecelakaan. Terus, hubungannya apa?
"Jangan lupa ntar anterin laporan pasien ke ruangan gue, lo aja, jangan yang lain," tuntut Kevin sambil menatap tajam Lina, yang ditatap hanya tersenyum simpul dan menundukkan kepala, menyembunyikan sipu. Berada dekat-dekat dengan Kevin sepertinya agak kurang baik untuk kesehatan jantung Lina.
"Baik, Dok!" Lina mengangguk, hatinya terasa menghangat ketika memikirkan betapa penting kehadirannya bagi Kevin. Cukup mimpinya, Lin! batin Lina menginterupsi, membuyarkan lamunan singkat nan hangat yang terangkai di otaknya.
Selesai dengan Lina, Kevin berjalan melenggang menuju ruang pribadinya yang bersebelahan dengan ruang fisioterapi, sambil sesekali tersenyum menanggapi sapaan-sapaan yang datang dari penghuni klinik. Kevin memang dikenal sebagai dokter yang sangat ramah, terutama pada perawat-perawat wanita, terutama lagi yang cantik-cantik. Ck! Jadi, kalian sudah bisa simpulkan, Kevin itu tipe lelaki seperti apa?
Baru saja Kevin berniat membuka pintu ruang pribadinya, ponsel yang tersimpan di saku snellinya meraung-raung minta disentuh. Duh, disentuh? Kok kayak Pe eS--
Ups!
"What's up, El?" Kevin merogoh saku snellinya lalu segera menggeser ikon telepon berwarna hijau ke atas saat membaca caller id 'CungPret' di layar ponselnya. Perasaan tak enak merayapi hati Kevin, karena terakhir El meneleponnya, Kevin berakhir dengan stand by pasca-operasi sampai pagi. Sepertinya ini pertanda buruk!
"Kev, tolong lo siapin operasi kecil di klinik! Ada korban." Suara bariton khas El menyahut dari seberang telepon. El adalah sahabat Kevin, seorang dokter dan juga polisi, melihat nama El yang tersimpan di ponsel Kevin sebagai CungPret, sudah sedikit terlihat kan seberapa dekatnya mereka?
"Korban apaan? Korban perasaan?" Kevin ini jarang banget bisa serius, sepertinya hidupnya nggak pernah susah, senaaaaaang terus. Yah, beginilah hasilnya, saat dibutuhkan urgent, ini cowok malah ndagel. Saat pembagian sense of humor dulu mungkin dia kelebihan dosis beberapa tetes. Ck! Tapi justru cowok dengan sense of humor tinggi seperti ini sekarang lebih laku di pasaran, itu dalih Kevin saat mendengar protes dari beberapa kalangan tentang kegemarannya bercanda.
"Biasa, luka tembak." El di seberang sana yang sudah hapal dengan karakter sahabatnya, nggak terlalu ambil pusing. Nggak pernah protes dengan sifat Kevin, malah terkadang bisa mencairkan suasana tegang yang sering mereka hadapi bersama, saat di ruang tindakan misalnya.
"Berapa lama lagi lo sampe?" tanya Kevin sambil melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Wajahnya sudah berubah serius, alisnya berkerut mengumpul di tengah, tanda sedang dalam konsentrasi tinggi. Tumben-tumbenan ni cowok serius begini, karena prinsip Kevin yang sangat menghargai nyawa pasien, ia tak bisa bercanda untuk hal satu ini.
"Dua puluh lima menit lagi. TKP Bandara," jawab El lagi di sana.
"Oke, Bro!"
Akhirnya Kevin bisa menuntaskan niatnya membuka pintu ruang pribadinya di klinik. Betapa kagetnya Kevin saat mendapati ada seorang gadis manis sedang duduk di sofa sudut ruangan miliknya. Tapi tentu saja Kevin tak ingin keterkejutannya membuat si gadis merasa telah memberikan surprise padanya. Jaga imej itu penting, meskipun sudah terkenal sebagai tukang PHP, setidaknya, gadis yang benar-benar menyukainya pasti nggak akan peduli dengan gelar yang disandangnya, eh, lebih tepatnya disematkan--secara paksa--untuknya.
"Woy, dari kapan lo di sini? Udah kaya jalangkung aja, datang tak diundang, pergi nggak bilang-bilang!" Kevin yang langsung sumringah saat melihat Si Gadis Manis segera mendaratkan bokongnya di samping Mita. Kevin mengacak rambut ikal panjang Mita pelan yang segera membuat gadis ini mendengkus sebal.
"Apaan sih, Kev! Gue habis creambath tau, jangan lo acak-acak rambut gue! Sembarangan!" jerit Mita sambil merapikan kembali tatanan rambutnya yang sedikit berantakan akibat ulah Kevin. Walau sebenarnya ada rasa nyaman tercipta ketika telapak tangan Kevin menyentuh rambutnya. Ah, begitulah wanita, perasaan gengsi selalu berhasil mengalahkan logika.
"Ah elah, dikit doang ini, Mit! Lagian lo rapi amat, mau kondangan? Trus lo mau ajak gue gitu?" Kevin merangkul bahu gadis berkacamata elips ini sambil menaikturunkan alisnya menggoda. Jangan tanya gimana rasanya jadi Mita, berada sedekat ini dengan Kevin sukses membuatnya degup jantungnya serasa bertambah dua kali lipat. Aroma musky dari tubuh Kevin seakan menghipnotis Mita untuk beberapa saat.
"Gue abis kelar meeting di kafe deket sini, makanya gue mampir, jangan kegeeran lo! Mana mau gue kondangan sama lo! Nggak level tau! Gue mah kelasnya om-om tajir yang suka one night stand tuh di hotel. Puas?" Bukan Mita namanya kalau nggak bisa menyembunyikan kegugupannya. Segera ia melancarkan ejekan demi ejekan pada Kevin biar cowok itu nggak gede rasa.
"Wuidih, gile juga selera lo, Mit! Ckckck, gue mau dong sekali-sekali jadi om-om tajir, biar bisa ngajak lo kencan di hotel." Kevin kembali menaikturunkan alisnya sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Mita. Aroma mint dari mulut Kevin menguar, membuat napas Mita makin tercekat, membayangkan bagaimana jika si pemilik aroma menyentuhkan bi--
Stop!
Kalau saja gengsi Mita bisa dikesampingkan, saat ini pasti ia sedang memejamkan mata, menikmati perpaduan aroma mint yang agak pedas serta aroma musky yang segar dan--sedikit--manis. Eh, kok pedas-segar-manis, jadi kayak karedok?
"Sarap, lo!" cibir Mita sambil menoyor kepala Kevin dan memanyunkan bibirnya tanda sedang berada pada level kedongkolan hampir maksimal. "Gue sekalian kabur nih dari Darren, ogah aja kalau ntar ujungnya ke hotel," lanjut Mita serius yang sepertinya nggak dapat perhatian berarti dari Kevin.
"Sarap begini, tapi lo suka, 'kan?" Kevin makin mendekatkan wajahnya ke wajah Mita sambil menowel-nowel hidung Mita saking gemasnya, yang tentu saja membuat gadis ini makin tak karuan irama jantungnya.
Bagi Kevin, Mita yang bertubuh mungil ini memang sangat menggemaskan, apalagi setelah menjerit-jerit marah karena rambutnya diacak-acak. Membuat gadis ini keki dengan perlakuan mesra adalah hobi Kevin. Tapi sepertinya nggak cuma ke Mita, tapi juga ke gadis-gadis cantik lain. Ck!
Herannya, gadis-gadis itu tetap saja mendatangi Kevin walaupun sudah dibuat jengkel. Sepertinya dokter yang baru saja menyelesaikan program internship-nya ini memang menyimpan berjuta pesona yang tak lekang oleh zaman. Buset, udah kaya lagu aja!
"Maaf, Dok. Ini laporan pasien yang tadi Dokter Kevin minta. Saya permisi." Raut kecewa tercetak di wajah Lina yang tanpa sengaja melihat kedekatan Kevin dan Mita. Rupanya tadi Kevin sengaja tidak menutup pintu ruangannya, karena pesan dari Mamanya selalu terngiang di telinga, jangan pernah memancing timbulnya fitnah. Dan satu lagi, karena Kevin nggak yakin bisa kuat imannya kalau hanya berdua saja dengan gadis manis--juga seksi--seperti Mita.
"Lho, Lin, bentar! Ini lo harusnya presentasi dulu laporan pasien mana aja yang lo bawa. Trus lo pisahin, based on priority," ujar Kevin tak tahu malu, sudah ketahuan PHP tapi masih bisa santai begini, malah nekat dua-duanya mau diembat!
Mita terkesiap ketika mendengar suara gadis lain yang memanggil Kevin. Ia yang sedari tadi--sebenarnya--harap-harap cemas, bakal ada adegan kissing dari Kevin atau enggak, mendadak uring-uringan. Tentu saja, gara-gara Lina kemesraannya dengan Kevin to be continued begitu saja. Hufh!
"Sudah saya pisahin kok, Dok. Periksa aja. Maaf, saya masih harus cek pasien, Dok, permisi!" Lina sepertinya sudah tak tahan lagi karena mendapat tatapan penuh intimidasi dari Mita. Ia lebih memilih melarikan diri dari ruangan Kevin daripada terus menerima pandangan mengusir dari Mita.
"Okey, makasih Lin!" teriak Kevin pada Lina yang sudah jauh keluar dari ruangan.
"Ooo, jadi itu cewek baru lo, Kev?" Mita yang masih dalam mode uring-uringan mencebik sebal, matanya yang tak belo makin menyipit saat memandang Kevin dengan tatapan meremehkan. Sisi positifnya, ia lupa sejenak akan Darren.
"Hey, jangan cemburu Neng Mita sayang, Aa' Kevin still available kok!" kekeh Kevin sambil mengedipkan matanya genit. Mita bergidik ngeri, bertanya pada dirinya sendiri, bagaimana bisa model manusia seperti Kevin begini menjadi seorang dokter?
"Ish, emang lo dijual? Apa dirental? Ogah banget gue nyewa elo! Dasar dokter koplak!" Mita menggelengkan kepalanya, tak tahan dengan kekonyolan-kekonyolan Kevin. Sampai akhirnya Mita menyerah dan menyampaikan maksud lain kedatangannya ke klinik Kevin--selain lari dari Darren. "Eh, by the way, gue masih ada sejam nih, Kev, sebelum Bunda telpon nyuruh pulang. Dinner bareng, yuk!"
"Wah, demi apa, Mit? Lo ngajak gue dinner bareng? Tuhan! Mimpi apa gue semalem, kok bisa ketiban duren begini!" Kevin menarik diri dari posisi terakhirnya yang begitu dekat dengan Mita, lalu menengadahkan tangannya serupa orang berdoa, mengucap syukur karena ajakan Mita. Mita nggak tahu, ini Kevin serius atau cuma menggodanya.
"Ketiban duren sakit bego!" Mita kembali menoyor kepala Kevin, gemas dengan banyolan cowok di sampingnya ini, "Tapi kalau duda keren sih gue mau!" lanjut Mita sambil mencubiti dagunya sendiri, matanya menyipit membayangkan jalan bareng Rifky Balweel atau Mike Lewis, wow!
"Ya ampun, Mit! Tadi lo minta om-om tajir, sekarang duda keren, pilihan lo nggak ada yang bener perasaan! Ini di depan lo jelas-jelas ada dokter ganteng, lo anggurin! Sungguh terlalu lo!" Kevin menepuk dahinya sendiri, berlagak frustrasi, meskipun sebenarnya senyum geli masih bertengger di sudut bibirnya.
"Yeee, kalau dokter ganteng tapi bego kaya lo mah males gue!" cibir Mita yang entah sudah berapa kali ia lakukan, "Cepetan nih, lo bisa nggak? Keburu Bunda telpon, Kev! Ntar masa gue suruh lo yang ngomong biar Bunda percaya kalau gue lagi sama lo," lanjut Mita sambil berusaha fokus, membangun suasana serius dengan Kevin.
"Sorry, Mit, gue bentar lagi ada pasien emergency, nggak bisa gue tinggal, lagi jaga soalnya. Gue mau siap-siap dulu, ya. Maaf Mita sayang, besok deh gue temenin lo dinner, okey!" Kevin kembali mengacak pelan rambut gadis manis bermata coklat cerah ini lalu ngeloyor keluar ruangan setelah melirik jam tangannya.
Baru satu menit berselang Kevin kembali lagi ke ruangan, dengan tanpa dosa mendaratkan kecupan ringan di kening Mita, "Sorry ya, jangan ngambek! Kalau lo mau nunggu sejam lagi, mungkin gue bisa." Kevin terkekeh lalu keluar ruangan lagi.
Mita menghela napas panjang, bukan cuma sekali dua kali ajakannya ditolak oleh Kevin, tapi sudah berkali-kali. Yah, memang bukan karena Kevin yang nggak mau, tapi lebih karena nggak ada waktu. Dan kecupan yang barusan? Tak jauh berbeda. Bukan cuma sekali dua kali saja Mita mendapat kecupan ringan seperti ini. Tiap kali berpisah ia akan selalu mendapat kecupan sayang dari Kevin. Entah apa maksudnya, tapi yang jelas Mita tahu, kecupan ini adalah kecupan spesial, karena nggak semua gadis yang dikenal Kevin bisa mendapatkannya. Saat ini, sekali lagi, saat ini hanya Mita, cuma Mita. Jadi apa artinya?
Originally Posted,
SoloCity, November, 30th, 2017
Regards,
Natha86💖
Yeeeeaayyyy, akhirnya launching juga..
Gimana-gimana..?
Suka nggak..?
Happy Reading deh..
Jangan lupa komen yang buanyak..
Kecup.. 😘 😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top