Chapter 8
Y/n: Your Name
Last name used: Kanzaki
Reader's POV
"Hei hei, Mashu, apakah benar kalau pak Enkidu tuh ngajar banyak mata pelajaran di sekolah?" bisikku.
"Benar, pak Enkidu adalah orang yang pintar (Y/n)!"
"Yup! Tidak seperti kita yang masih bocil-bocil dalam masa puber, dia waktu seumuran kita uda kuliah loh! Dia lompat kelas karena terlalu pintar di sekolahnya makanya dia bisa menguasai banyak ilmu pengetahuan!" jelas Cu.
"Juga, dia itu cantik dan idaman banget tau jadi suami! Uda cantik, lemah lembut, pintar lagi! Masa depan anak terjamin deh! Dia bakalam hasilin anak yang berkualitas!" sambung Jeanne.
Anjir, ni Jeanne luarnya aja polos rupanya dalemnya liar! Gua aja kaga ada kepikiran untuk ngebuat anak sama Enkidu! Lagipula gua tuh ga tau caranya gimana!
Bel sekolah berbunyi dan pelajaran ketiga dimulai. Ketua kelas dan kami sebagai anggotanya berdiri dan memberikan hormat kepada guru yang mengajar kami tadi.
"Nah, ini nih jawaban atas pertanyaanmu. Kan sekarang pelajaran matematika kan? Nanti liat sendiri deh pak Enkidu ngajarnya gimana," sahut Cu.
Benar saja, sesaat setelahnya Enkidu muncul. Kami memberikan hormat kepada Enkidu kemudian pelajaranpun dimulai.
Ku akui, Enkidu pandai membawa diri dan dia juga pandai mengajar. Ada kan beberapa orang yang dia memang pintar tapi dia tidak pintar dalam mengajar.
Cara Enkidu mengajar menyenangkan, sesekali dia akan membuat murid-muridnya tertawa. Dia juga tidak galak dan dia orangnya juga sangat terbuka.
Pembawaannya berbeda dengan pada saat pertama kali kami bertemu. Dia seorang yang pendiam dan tertutup. Di sekolah, dia tak jarang memuji murid-muridnya seperti yang dilakukannya kepadaku kemarin.
Hum hum, aku masih bangga dengan pujiannya kemarin! Tapi aku masih penasaran dengan latar belakang Enkidu. Aku tidak pernah menanyakannya ataupun dia tertarik untuk menceritakannya untukku.
Mungkin nanti aku harus cari tahu sendiri?
Bel istirahat berbunyi, kami akan melanjutkan pelajarannya setelah makan siang. Aku mengambil bento yang dimasak olehku dan Enkidu tadi pagi, fufufu!
"(Y/n)-san, kau punya waktu?"
"Umu??"
Seorang pria berambut pirang dengan manik mata hijau mendatangiku. Dia bukan teman sekelasku, tapi sepertinya dia mengenalku?
"I-iya? Ada apa ya?"
"Ayo makan siang bersama! Kau ... sudah berjanji kan kepadaku waktu itu?"
"Hah? Kapan? Kok ga inget?"
"Ah benar, kau lupa ingatan. P-pokoknya, ayo! Aku sudah membuatkan bekal untukmu!"
Pria ini menarik tanganku, teman-teman sekelasku melihatku bahkan ada yang menggeleng kepalanya. Enkidu ada disitu, aku melihatnya kebingungan dan sebenarnya ada tatapan 'minta tolong' yang ku tujukan kepadanya.
Enkidu tidak memberikan respon apa-apa. Enkidu pasti marah, gawat!!!! Baru aja baikan tapi uda musuhan lagi. 'Aku' benar-benar hebat!
Pria ini mengantarku ke atap. Di tangan yang satunya dia memegang sebuah bekal. Aku juga membawa bekalku sendiri sih dan aku yakin masakanku dan Enkidu rasanya jauh lebih enak dan spesial.
"Aku Robin, anak kelas dua IPA," sahutnya memperkenalkan diri.
"R-Robin .... senpai? Salam kenal, Robin senpai!"
"Jangan pakai senpai, panggil aja Robin seperti biasanya. Ini, sudah ku buatkan bekal dan ini buatanku sendiri loh, ayo makan!"
Dia membuka bekal yang dibuatnya. Penampilannya menarik, mau tak mau aku harus mencicipinya bukan?
Sungguh, penampilan berbeda jauh daripada rasa. Penampilannya memang bagus tapi rasa dari masakannya keasinan! Bahkan ada yang sampai pahit! Tanpa mengurangi rasa hormat kepada Robin tapi Enkidu, you're the best!
"Oh, apakah bapak mengganggu kencan kalian?"
Enkidu!
Enkidu muncul dibalik pintu dengan menggenggam bekal yang kami buat tadi. Dia tersenyum, tapi sorot matanya jelas sekali ada amarah dan kecemburuan disana.
"P-pak Enki--"
"Tidak kok pak, pak Enkidu tidak mengganggu sama sekali! Ayo bergabunglah dengan kami!"
Aku memotong perkataan Robin dengan cepat. Terlihat senang dengan jawabanku, Enkidu tersenyum lembut lalu berjalan mendekat dan duduk di sampingku.
"Sebenarnya, peraturan sekolah sudah jelas tertulis kalau murid yang berbeda jenis kelamin tidak boleh berduaan di tempat yang sepi. Untunglah bapak yang menemukan kalian."
Enkidu itu ... orang yang mengerikan juga ya? Wajahnya tersenyum tapi sorot matanya mengatakan hal yang berlainan dengan ekspresinya. Robin terlihat takut sedangkan aku hanya diam.
"A-ano, saya membuat bekal pak, bapak ingin coba?" tawar Robin.
"Tidak usah, tidak apa-apa. Bapak ada bawa bekal sendiri kok!"
"Oh? Bapak yang masak sendiri?"
"Sebenarnya ... bersama-sama dengan seseorang."
Hehe, dia membicarakanku. Enkidu dengan bangga membuka bekalnya, begitu juga denganku. Lauk kami sama, hanya penempatan dan hiasannya saja yang berbeda.
"K-kalian membawa bekal yang sama?"
Robin terkejut tentunya, Enkidu melihatku tapi senyumannya itu tak pernah hilang dari wajahnya.
"Mungkin jodoh sama pak Enkidu makanya bekalnya bisa sama. Kan ada yang bilang kalau jodoh pasti ga kemana, ya ga pak?" jawabku enteng.
Senyuman Enkidu hilang, berganti dengan pipi yang merona dan dia memalingkan pandangannya dari kami. Robin cemburu, hal itu dibuktikan dengan mimik wajahnya dan dia menggenggam tanganku dengan erat.
"T-tapi, pak Enkidu dan kau memiliki perbedaan usia yang jauh! Hal itu ilegal!"
"Yang penting aku uda bisa hamil dah, itu uda ga ilegal lagi. Toh umurku uda 16 tahun, dua tahun lagi 18 yang artinya aku sama pak Enkidu uda boleh kawin!"
"Ga boleh kawin! Ga boleh kawin! Nikah aja ga boleh apalagi kawin! Dasar cewe playgirl!"
Robin membereskan bekalnya kemudian lari meninggalkanku dan Enkidu berduaan disini. Aku terkekeh pelan lalu melihat Enkidu. Wajahnya merah, mungkin karena dia malu? Dia bisa malu juga?
"L-lain kali, jangan pakai kata 'kawin'. I-itu ... berbeda dengan 'menikah' ... Lalu ... jangan bahas tentang itu lagi ...," sahutnya. Enkidu kemudian menikmati bekalnya tanpa mengatakan apapun setelahnya.
Memang 'kawin' sama 'menikah' bedanya apaan sih?
----
Capek, lelah otak.
Aku berbaring di samping Enkidu. Enkidu membeli sebuah lampu tidur, sebenarnya aku yang memintanya sih. Ruangan ini sudah tidak terlalu gelap lagi.
Aku melihat ke samping, Enkidu juga masih belum tidur. Aku meraih tanganku lalu mencolek pipi Enkidu. Terkekeh pelan dengan aksiku, pria cantik bersurai hijau ini kemudian melihatku dan tatapan kamipun bertemu.
Tatapan yang berbeda dari tatapan yang diperlihatkannya lusa lalu. Tatapan ini lebih lemah lembut dan nyaman.
"Ada apa (Y/n)? Tidurlah, kamu pasti capek."
"Enkidu juga capek kan? Tapi Enkidu masih belum tidur."
"Itu karena aku sedang mengingat kembali apa saja yang ku lakukan hari ini, setelah itu aku akan segera tidur."
Kami saling berhadapan dan berdekatan. Suasana yang benar-benar berbeda dengan lusa lalu. Yang Enkidu butuhkan adalah kasih sayang dan perhatian dari istrinya, sama seperti istri di duniaku yang memerlukan hal itu.
"Enkidu, aku boleh tanya sesuatu?"
"Apa itu?"
"Perbedaan 'kawin' dan 'nikah' apa?"
Terkejut dengan pertanyaanku, Enkidu langsung duduk dan mengomel.
"K-kamu masih mengingat hal itu? B-bukannya sudah ku bilang untuk tidak membahasnya lagi?"
"Penasaran tauk!!"
Ruangan ini memang gelap tapi aku bisa melihat wajah Enkidu yang kembali merona. Aku bangkit untuk duduk dan menunggunya dengan sabar.
"... 'K-kawin' itu ... biasanya digunakan untuk hewan ... dan 'menikah' untuk manusia. Jadi ... jangan dibahas lagi?"
"Tapi kenapa kamu salting?"
Aku kembali menggodanya dengan mencolek lengannya yang mulus dan lembut. Dia laki-laki tapi lengan lebih mulus dan lebih lembut daripada lengan coi.
"T-tidak ... aku tidak salting kok!"
"Bohong! Kata Jalter sih, 'kawin' itu proses buat anak dan 'nikah' tuh saat sahnya. Kita kan uda nikah tuh, dulu waktu malam pertama kita ada kawin gak?"
Tak percaya dengan pertanyaanku, Enkidu menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"P-pertanyaan macam apa itu! (Y-Y/n), aku tak pernah mengajarimu untuk mengatakan hal yang vulgar seperti itu!"
"Malu-malu kucing ya? Kalau gitu, kita pernah ciuman gak?"
"Kamu tidak pernah menyentuhku, tubuhku masih ... murni."
Mengapa dia mengecilkan suara 'murni'nya?
End of Reader's POV
.
.
.
.
.
Author's Note
Allo lagi
Dn jdi gagal cpet2 update deh gegara ada sesuatu hal yg mnghalangi. Pdahal bsa update 3x hari ini :'') ada aja.
Jngan lupa berikan vote, komen, juga memfollow akun ini! Terima kasih!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top