Chapter 6
Y/n: Your Name
Last name used: Kanzaki
Reader's POV
ENKIDU ADALAH GURUKU????????????
Aku membelakakkan mataku. Tatapanku dan tatapan Enkidu bertemu tapi dengan cepat dia memutus kontak mata kami.
"Baiklah, buka buku halaman 72! Hari ini kita akan membuat sebuah percakapan dalam Bahasa Inggris!"
Ini bukan mimpi kan? ENKIDU BENAR-BENAR GURUKU???????? TIDAK MUNGKIN!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Tanganku gemetar, karena ketakutan juga karena bingung. Hubungan suami istri ini ga baik, bahkan bisa dibilang sangat buruk. Apakah karena ini? Enkidu adalah guru'ku' dan 'aku' adalah murid dari Enkidu.
Jangan-jangan, dulu mereka melakukan hubungan terlarang lalu mereka dipaksa menikah? Itu bisa saja kan?? Ah, aku sudah tahu, jadi itu alasannya!
Enkidu meminta kami untuk membuat sebuah kelompok sendiri untuk membuat tugas percakapan yang diberikannya. Aku, Jeanne, Mashu, Cu dan saudara kembar Jeanne yaitu Jalter satu kelompok.
Jeanne memperkenalkan saudara kembarnya Jalter kepadaku. Mereka mirip hanya berbeda di warna rambut dan mata saja. Mereka tidak terlalu identik.
Jeanne mempunyai sifat yang kalem dan baik sedangkan Jalter sangat berisik dan toxic. Ku suka orang yang toxic karena satu bangsa denganku, h3h3.
Kami diminta untuk membuat sebuah percakapan drama tapi harus menggunakan Past Tense sesuai contoh yang dibuku. Ah kalau ini mah anak kecil juga bisa! Tapi kenapa ya kalau pelajaran Bahasa Inggris topiknya gampang semua? Cciiaakk sombong bentar gapapa yekan?
"Wah, (Y/n) pinter Bahasa Inggris cuk!" ucap Cu.
"Lah, bukannya lu itu goblog Inggris ya sama kaya gua? Kok bisa tiba-tiba pinter sih?" sahut Jalter.
"Tiba-tiba lupa ingatan dan langsung pinter Bahasa Inggris, emang mujizat itu nyata ya," sambung Jeanne.
"(Y/n) keren! Biasanya di pelajaran Bahasa Inggris kamu hanya bisa diam sambil menunggu bantuan! Lupa ingatan ada khasiatnya juga ya!"
Setelah bel sekolah bunyi, yang menandakan satu sesi pelajaran selesai, di sesi kedua ini saatnya bagi kami, murid-murid si bambang cantik untuk mempresentasikan tugas kami.
Ketika saatnya untuk kelompokku tampil, tentu dengan gugup aku maju ke depan. Sialnya aku berdiri di samping Enkidu, ku rasa dia bisa melihat kalau aku sedang gugup karena aku berkeringat dingin.
"Wah (Y/n), jangan gugup dong, nanti Inggrismu makin kacau loh!" ucap seorang perempuan berambut hitam gelombang.
"Ishtar, jangan ganggu temanmu atau bapak akan mengurangi nilaimu!" peringat Enkidu dan diberikam tepuk tangan oleh beberapa murid yang lain.
Ishtar tidak mengatakan apa-apa, hanya terdiam dan cemberut. Oh untunglah Enkidu membelaku! Awas saja nanti!
Kami mempresentasikan tugas kami dan aku membacakan tulisanku dengan cukup lancar kok! Orang-orang yang disini kelihatan sedikit terkejut, begitu juga dengan Enkidu.
"I was ... eat Makudonarudo yesterday just," ucap Jalter.
"Ssttt, salah, seharusnya I ate at McDonald's just yesterday," bisikku.
"Ah salah, i ate at Makudonarudo just yesterday!"
"Hum hum, anak pintar!" pujiku kepada Jalter dengan berbisik tentunya.
Presentasi kami selesai, teman sekelasku kecuali gadis yang bernama Ishtar itu menepuk tangan. Enkidu memberikan pujian kepada kami --terlebih kepadaku. Cciiee, dipuji suami sendiri itu bangga banget loh!
"(Y/n)-san, kamu memiliki kemajuan dalam Bahasa Inggris. Bagus, kembangkan itu agar nilaimu tidak terlalu anjlok sewaktu ujian nanti," puji Enkidu.
"Baik pak!"
Oh, bangga selangit dong tentunya! Kupingku jadi besar nih. Nanti bisa pulang ga ya kira-kira, hehe.
Setelah beberapa sesi pelajaran, jam istirahatpun datang. Aku dan teman-temanku ditambah satu orang yaitu Jalter memutuskan untuk makan siang di kantin. Enkidu menyiapkan bekal untukku jadi aku tak perlu membeli makanan kantin.
Kantin berada di gedung sebelah. Sekolah ini bisa dibilang sebagai sekolah elit untuk orang-orang kaya, aku yakin uang sekolahnya pasti mahal!
"Eh, ada rame-rame apa tuh?" tanya Jalter.
Di lapangan terlihat sangat ramai. Disana terparkir sebuah mobil emas (berwarna emas maksudnya) yang kelihatannya mahal. Entah mengapa firasatku jadi tidak enak.
Disana muncul seorang laki-laki yang berpakaian aneh. Bukan, maksudku selera fashionnya itu jelek tauk! Dia memiliki rambut pirang pendek dan dia memakai kacamata hitam.
Laki-laki itu mendekat ke arahku sambil melepaskan kacamatanya. Maniknya berwarna ruby yang indah. Wajahnya juga terlihat tampan.
Murid-murid perempuan melihatnya dengan ganas. Ah tentu, di dunia ini perempuan itu seperti laki-laki di duniaku. Jika melihat yang seger-seger sedikit pasti uda langsung ngiler.
Aku menghembuskan napas. Rupanya sama toh, pikirku.
"Hei pendek," sahut seseorang.
Aku melihat orang di depanku yang tak lain dan tak bukan adalah si pria ganteng tadi. Astaga, dia tadi memanggilku apa?
"Oi pendek, menyingkirlah!" ucapnya lagi.
Aku melihat ke samping, teman-temanku tidak ada di sampingku. Mereka berada di pinggir dan melambaikan tangan mereka kepadaku. Kok aku ga diajak sih?!
"Lu punya kuping ga sih? Minggir sana!"
Melihat sekeliling, di samping kanan dan kiriku kosong kok, luas malah. Kenapa dia malah menyuruhku menyingkir? Kan di sisi-sisiku masih luas!
"Oi oi, di sampingku masih luas dan tidak ada orang, kenapa bukan anda saja yang menyingkir?"
"Dasar zasshu! Uda pendek, jelek, ga tahu diri lagi. Lu yang harus menyingkir dari hadapan gua, lu tau ga siapa gua?"
"Bodo amat ama lu, bukan urusan gua. Gua ga tertarik ama cowo kasar ga ada akhlak macem lu, minggir sono gua mau lewat!"
"Lu yang lewat, zasshu! Berani-beraninya ngelawan gua, ngajak berantem lu?"
"Yok la kuy berantem kita pirang bangsad! Lu pikir gua takut?'
"HENTIKAN!"
Enkidu berlari menghampiri kami. Wajahnya kelihatan khawatir juga ada kekesalan yang bisa terlihat jelas di wajah dan sorot matanya. Loh, dia bisa membuat ekspresi juga? Ku kira hanya bisa muka datar.
"Gil, apa yang kamu lakukan disini?"
"Menjenguk satu-satunya sahabat dan saudaraku tercinta. Bagaimana keadaanmu, Enkidu saudaraku? Apakah kau baik-baik saja? Ku dengar kau sakit?"
"Gil, tolong jangan buat keributan disini! Memang ini sekolah milikmu tapi tolong jangan mengganggu ketenangan anak-anak yang lain!"
Enkidu melihatku dan mengatakan 'maaf' kepadaku. Kemudian dia menarik tangan si pria pirang bangsad yang dipanggil Gil itu.
Setelah mereka pergi, teman-temanku yang tadi segera menghampiriku. Mereka memujiku karena berani menentang pemilik sekolah ini yaitu Gilgamesh of Uruk.
"Lu jago lu nantang orang paling berpengaruh di dunia, salut gua. Tapi ntar kalo ada apa-apa jangan manggil gua ya, gua ga mau di penjara," ucap Jalter.
"(Y/n), lain kali kalau bertemu dengan orang itu mending mundur deh! Selain dia pemilik sekolah ini, dia tuh pewaris dari perusahaan terbesar di dunia tau!"
Pemilik sekolah ini? Pewaris perusahaan? Orang paling berpengaruh? Apaan sih! Gua kaga kenal dia tauk!
Ku putuskan untuk mengikuti mereka berdua. Tentu aku meminta teman-temanku untuk duluan ke kantin. Sebenarnya aku juga belum lapar kok karena tadi pagi Enkidu membuatkan sarapan untukku.
Mereka berbicara di tempat yang sepi yang terlihat seperti gudang sekolah tapi mereka hanya berbicara di depan pintu gudangnya saja. Aku mengupingi mereka.
"Gil, jangan ganggu istriku!"
"Istrimu? Kau masih menganggap cewe gampangan ga tau diri itu sebagai istrimu? Kau waras ga sih?!"
"Tolong jangan menghina (Y/n)! Suka taupun tidak, dia tetap istriku dan kenyataan itu tak bisa berubah!"
"Kalau saja ibu dan ayah tak menjodohkanmu dengan cewe itu, kau pasti tidak akan semenderita ini!"
"Gil, ini keputusanku sendiri. Aku tahu kalau kamu peduli denganku tapi tolong, untuk kali ini biarkan aku menjalani kehidupanku sendiri!"
Di jodohkan? Berarti Enkidu dan 'aku' dijodohkan oleh orangtua mereka? Ku kira mereka ketahuan naena eh rupanya engga. Gada akhlak gua!
End of Reader's POV
.
.
.
.
.
Author's Note
Update sebelum kerja :")
Jangan lupa brikan vote, komen, dan juga memfollow akun ini~ sankyuu~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top