Chapter 10


Y/n: Your Name
Last name used: Kanzaki

Reader's POV

Kenapa? Mau lagi?" tanya Enkidu.

Luarnya polos yak Enkidu, dalamnya liar anjir. Sasuga Enkidu, ga sia-sia kamu dulu tinggal di hutan.

"M-masih sekolah .... Aku masih sekolah ...."

"Tapi tadi kamu tanya apakah kita sudah kawin atau belum? Lagipula kita suami istri, jadi gapapa kan?"

Tuh kan bener dia cuman polos di luar aja. Anjir kaget dong aku.

"Ano ... K-kalau dicium g-gapapa ..."

Anjir, gua ngomong apa sih??

Aku menjauhkan tubuhku dari Enkidu. Aku yakin, jika aku berada dekat dengan Enkidu pasti dia bisa mendengar detak jantungku.

"Sudah malam, ayo tidur," ajak Enkidu.



Aku berbaring dan Enkidu mendekatiku lalu dia memelukku. Aku dapat mencium aromanya yang nyaman dan wangi ketika aku mendekatkan kepalaku ke dadanya.

Detak jantungnya juga berdetak dengan cepat. Untunglah, bukan aku saja yang merasa gugup.

-----

Beberapa bulan telah berlalu dan hubunganku dengan Enkidu juga membaik. Romani yang melihat perkembangan hubungan kami merasa senang.

Pemilihan jurusan untuk kelas dua sudah dikumpulkan kemarin. Ku putuskan untuk mengambil IPS. Aku buruk dalam hal menghitung (walau gurunya adalah Enkidu) jadi aku yakin kalau aku tak akan sanggup untuk mengikuti pelajaran anak IPS.

Aku dan teman-temanku yang lain juga memilih IPS. Dan oh, aku juga bisa menghasilkan uang loh dengan endorse dan paid promote.

Aku mempunyai rekening sendiri. Awalnya tentu aku tidak tahu pin dari rekeningnya tapi 'aku' yang di dunia ini menyimpan pin tersebut di sebuah note.

Kebalikan dengan 'aku' di dunia ini, aku mengubah akun dari beauty vlogger menjadi gamer. Aku masih memposting makanan tentunya.

Menabung selama beberapa minggu, akhirnya aku dapat membeli sebuah pc gaming dan kursi gaming beserta beberapa peralatannya. Aku mengubah sebagian ruang kamar menjadi ruang kerjaku.

Tentu dengan izin Enkidu makanya aku berani melakukan ini. Enkidu terkejut karena kemampuan tata riasku menjadi hilang, begitu juga dengan kepintaranku di dalam matematika.

Jujur, Enkidu sering mengomeliku karena nilai matematikaku selalu anjlok. Tak peduli seberapa keras aku berlatih dan belajar, nilai matematikaku pasti tetap anjlok. Ah dan, aku juga membuat sebuah channel ASMR & Masak juga ngecover lagu dan voice acting.

Berkat followers Instagroomku yang banyak juga subs yang banyak si Vtube, aku bisa meraih pundi-pundi uang dengan perlahan dan aku bisa membantu Enkidu.

Karena aku dan Enkidu suka memasak, jadi aku berpikiran untuk menabung dan membuka sebuah cafe. Jika ditabung sedikit demi sedikit, aku yakin kalau aku bisa membeli sebuah tempat yang bagus. Tapi, mungkin itu akan membutuhkan waktu yang cukup lama.

"Festival tahunan akan segera dimulai satu bulan lagi," ucap pak Odysseus, wali kelas kami.

Festival tahunan? Festival seperti apa itu?

Seketika teman-teman sekelasku menjadi heboh. Ada yang berdiskusi tentang apa yang harus dikenakan, atau berbicara akan ada penampilan yang di pentaskan, atau ada juga yang mengatakan akan banyak sekali stand-stand makanan yang muncul.

"Dan oh, keluarga Uruk akan datang ke festival tahun ini. Mereka akan melihat pertunjukkan para murid dan jika mereka suka dengan pertunjukan yang dibuat oleh para murid, kemungkinan besar di festival selanjutnya akan diadakan lebih meriah lagi!"

Terkagum-kagum, itulah reaksi teman-temanku. Cu terlihat sangat bersemangat, begitu juga dengan Mashu. Jeanne sedang berbicara kepada dirinya sendiri. Oh, tidak salah dia sedang dengan dengan adik kelas kan? Masih SMP ... dan namanya Sieg? Dia shotacon ya?

"Kita harus menyiapkan sebuah pertunjukkan yang menarik!"

"Benar-benar! Tapi apa ya?"

"Selain penampilan, kita harus membuat sesuatu untuk kelas kita kan?"

"Diam diam! Kita akan mulai mendiskusikannya sekarang! Apakah ada pendapat dari kalian kita harus membuka stand apa dari kelas kita?" tanya pak Odysseus.

"Kita buat rumah hantu!"

"Tapi kan tahun lalu sudah rumah hantu, jangan itu lagi!"

"Bagaimana kalau nyanmaid cafe saja? Kita berpakaian seperti maid kucing!" usul seorang laki-laki yang sangat feminim, Astolfo.


Usulan ini kemudian disetujui oleh kami dan masalah selanjutnya adalah penampilan yang harus dipersembahkan. Aku mengangkat tangan lalu memberikan sebuah usulan.

"Bagaimana jika kita menyanyikan sebuah lagu dan menari?"

"Oh? Bukankah itu sudah biasa?" sahut Ishtar yang kemudian tangannya dipukul oleh kembarannya, Ereshkigal.

"Memang sudah biasa tapi bagaimana jika kita membuat lagunya sendiri? Lagunya lagu kita dan tariannya adalah tarian buatan kita, bagaimana?"

"Original song buatan kita? Itu bagus! Akan seperti idol-idol di televisi!"

"Bagus (Y/n)! Itu adalah ide yang bagus!"


Ideku diterima dan pada hari itu, kami dibedakan menjadi dua kelompok. Kelompok yang pertama adalah kelompok yang membahas tentang cafe, disini pak Odysseus membantu tentang menu yang akan disajikan.

Di kelompok kedua membahas tentang lagu seperti apa yang harus dinyanyikan. Sebuah lagu yang enak di dengar juga mempunyai sebuah lirik yang kuat. Sebuah lagu dengan keinginan menjadi pusat perhatian dan pemenang.

Aku bisa membantu untuk menuliskan liriknya, Sei-chan dan Osakabehima-chan akan membantu membuatkan nadanya, Mashu dan Jeanne akan membantu untuk membuatkan kostumnya.

Yang akan menyanyikan lagu ini adalah Astolfo, dia menawarkan diri dan dengan percaya diri mengatakan bahwa dia pandai dalam bernyanyi.  Karena dia imut dan cantik, kami pada akhirnya bergantung padanya.

Sebuah festival tahunan sekolah yang diadakan di sekolah ini adalah sebuah festival pengganti remedial di sekolah ini. Juga sekolah ini ingin menarik peminat orang lain untuk bersekolah di sekolah ini.

Selama sebulan terakhir pasti sekolah ini akan sibuk menyiapkan keperluan festival. Semua murid harus membantu, tidak boleh ada yang bermalas-malasan.

Kami, kelompok dua di kelas 1-A SMA, meminta bantuan kepada pak Mozart  untuk mengkomposisikan nadanya. Untunglah dia mau membantu kami dan memuji kami karena kami mempunyai ide untuk membuat sebuah original song.

Enkidu, kira-kira dia bagaimana ya? Tidak salah dia adalah wali kelas di kelas 3 SMA? Apakah dia baik-baik saja?

Sepulang sekolah, secara tidak sengaja aku dan Enkidu bertemu di jalan. Kami melalui jalan yang berbeda agar tidak diketahui oleh orang bersekolah di sekolahku. Aku melewati jalan yang lebih dekat sedangkan Enkidu melewati jalan yang agak jauh, maka dari itu Enkidu pagi-pagi sekali harus berangkat duluan ke sekolah.

"Hari ini capek ya?" aku membuka sebuah pembicaraan.

"Iya, tapi menyenangkan. Bagaimana dengan kelasmu? Apakah sudah menemukan sebuah ide?"

"Sudah sudah, bagaimana dengan Enkidu?"

"Kami juga sudah. Kami membuka sebuah tempat ramalan, kebetulan di tempat kami ada yang pintar meramal."

"Benarkah? Medea Senpai?"

"Iya benar, kalau kalian?"

"Kami akan membuka sebuah maid cafe. Juga untuk pertunjukkannya, kami akan bernyanyi."

"Kalau kami akan melakukan sebuah drama musikal untuk pertunjukkannya."


Wah, drama musikal? Itukan susah! Wah gawat nih. Andai saja Enkidu menjadi wali kelas kami, pasti akan lebih mudah!


Pertunjukkan yang ditampilkan di sekolah nanti juga akan menjadi ajang perlombaan. Kelas kami akan mendapatkan sebuah penghargaan nantinya dan pasti itu adalah sebuah kebanggaan bagi kami. Kami akan berjuang dan berusaha untuk menang! Lihat saja nanti!!!


End of Reader's POV
.
.
.
.
Author's Note

Allo desu~

Maaf kmaren ga update 😂😂😂

Jngan lupa utk membrikan vote, komen, dan juga memfollow akun ini~ trima kasih~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top