Part 9

Mata kuliah telah berlangsung kurang lebih tiga puluh menit, namun aroma kedatangan Yona tidak kunjung tercium pula. Tidak ada pula pesan dari Yona yang menyayakan bahwa wanita itu meminta izin untuk tidak berangkat seperti mahasiswa lainnya yang tidak bisa menghadiri perkuliahan.

Meskipun sering datang terlambat, Yona tidak pernah sekalipun melewatkan satu absen selama ini. Wanita itu selalu masuk kuliah, tidak pernah membolos sama sekali.

Ya begitulah, kuliahnya hanya dua hari saja dalam seminggu. Lima hari berikutnya Yona hanya berdiam diri dirumah dengan aktivitas harian yang membosankan. Tidak ada alasan baginya untuk membolos kuliah.

Sejak insiden si ungu di kamar Yona dua hari yang lalu, wanita itu mendiamkan Regan. Bahkan saking kesalnya Yona memblokir nomor ponsel Regan baik itu seluler maupun media sosial.

Pintu ruang kelas terbuka, Yona melangkah masuk dengan santainya.

"Maaf Pak, saya terlambat," ucap Yona kepada Regan yang tengah berdiri menjelaskan slide di depannya.

Yona melepas kaca mata hitamnya, memicingkan mata kearah Regan. Lelaki itu sangat tampan, gagah, dan juga berwibawa. Lihat saja cara lelaki itu berdiri menjelaskan materi yang dia ampu.

"Saya tahu kamu terlambat," jawab Regan datar.

Yona hanya mengangkat bahunya acuh, tidak perlu meladeni Regan yang memang begitu pembawaannya.

"Kalau begitu saya izin duduk Pak."

Yona berjalan melalui Regan, duduk di deretan ketiga bersama mahasiswa lainnya.

Regan menatap Yona intens, Yona mengeluarkan ponsel dan headsetnya dari tas.

Regan menggelengkan kepalanya, dia sibuk menjelaskan semua materi dan Yona nampak tidak peduli dengan perkuliahannya hari ini.

Bukannya mendengarkan, Yona justru asyik dengan ponsel ditangannya, mencari lagu-lagu di youtube yang cukup menenangkan untuk didengarkan. Beberapa kali Regan mencuri pandang kearah Yona yang terlihat fokus dengan benda kecil itu.

"Yona, coba ulangi apa yang saya jelaskan tadi," perintah Regan membuat Yona gelagapan menatap ke depan.

Regan mengclose power pointnya, itu tandanya Yona tidak bisa membaca apa yang tadi Regan terangkan. Yona membelalakkan matanya, Regan terlihat sengaja melakukan itu.

Yona meringis, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Saya ... tidak mendengarkan Pak," ucap Yona tersenyum masam, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Semua mahasiswa di sana menatap Yona dan tersenyum, menjadi idol bukan berarti Yona harus di istimewakan di manapun dia berada. Contohnya saja sekarang, Regan memberinya pertanyaan tanpa peduli siapa Yona.

"Kemarikan ponselmu," ucap Regan.

"Hah? Mana bisa Pak, ini bukan SMA," keluh Yona yang tidak terima ponselnya diminta Regan.

Regan berkacak pinggang, lelaki itu berjalan tepat dihadapan Yona duduk saat ini. Regan mengulurkan tangannya.

"Kemarikan ponselmu!" ucap Regan lagi.

Dengan terpaksa, Yona menyerahkan ponselnya kepada Regan.

"Kelas saya bubarkan," ucap Regan berjalan keluar ruangan setelah merapikan laptop dan bukunya.

Di belakang Regan, Yona berlari kecil mengikuti langkah lebar lelaki itu. Berani-beraninya Regan mengambil ponselnya, ini bukan lagi era SMA yang melarang siswanya untuk membawa ponsel.

"Regannnn," teriak Yona frustasi karena ponselnya dibawa Regan masuk ke dalam ruangan lelaki itu.

Regan tidak peduli dengan teriakan Yona, lelaki itu nampak tidak terpengaruh atas teriakan-teriakan Yona yang kini menyita perhatian setiap orang yang mereka lewati

Jujur saja, kehadiran Yona di kampus sana sudah menyita perhatian mahasiswa kampus. Ditambah teriakan yang keluar dari mulut Yona yang membuat para mahasiswa menatap mereka berdua penasaran.

Apa yang terjadi antara mahasiswa dan dosennya?

Nafas Yona terengah-engah, langkah Regan 2x lebih panjang dan lebar dari langkah wanita itu. Yona membuka kasar pintu ruangan Regan.

Regan memicingkan matanya. "Ada perlu apa?" tanya Regan kepada Yona dengan santainya setelah menyita ponsel milik Yona dan membawanya pergi begitu saja.

"Kembalikan ponselku!" pinta Yona, mengulurkan tangan kanannya kepada Regan.

Regan membuka ponsel Yona, untung saja ponsel wanita itu tidak pernah dia sandi. Regan menelisik pesan dan juga panggilan keluar Yona.

Regan penasaran, kenapa Yona setakut itu jika ponselnya dia bawa?

"Kamu tidak selingkuh bukan?" tanya Regan.

"Selingkuh? Selingkuh dari siapa?"

"Ya dariku lah, Ungu."

Mata Yona membulat ketika Regan menyebutnya Ungu. Rupanya Regan mencari gara-gara dengannya. Apa salahnya jika semua koleksi celana dalam dan branya berwarna ungu?

Warna ungu adalah warna kesukaan Yona, itu warna yang sangat sexy untuk celana dalam dan bra menurut Yona.

"Apa salahnya kalau aku suka CD dan bra warna ungu? Memangnya kamu yang beliin, repot banget jadi orang," keluh Yona tersinggung, benda pusakanya disinggung-singgung.

"Kamu mau aku beliin dalaman?" tanya Regan menggoda Yona.

Yona mengacak rambutnya frustasi, dering di ponselnya langsung membuat Yona sigap menyaut ponselnya dari tangan Regan.

"Dari siapa?" tanya Regan ketika melihat Yona menolak panggilan itu.

"Dari penjual dalaman ungu, puassss?"

Yona segera keluar dari ruangan Regan. Sesampainya di mobilnya, Yona membuka pesan dari mantan kekasihnya.

"Keluar, biar aku yang menyetir," ucap Regan membuka pintu mobil Yona.

"Kamu ini apa-apaan sih!" gerutu Yona ketika Regan menariknya keluar mobil.

"Sana masuk kursi penumpang," suruh Regan.

Rupanya Regan tidak mau tinggal diam, dia tidak ingin Yona memiliki kesempatan bertemu lelaki lain di belakangnya.

"Kamu mau ke mana?" tanya Regan kepada Yona.

"Ke mall, ada urusan," sahut Yona.

"Dengan siapa?"

"Dengan temanku, bukannya kamu harus mengajar lagi ya?" tanya Yona balik menatap Regan menelisik.

"Aku bisa mengirimkan materi di Elearning,"jawab Regan acuh.

Yona mendesah, kapan dia bisa hidup bebas ke manapun dia pergi tanpa Regan yang selalu merecoki kebebasannya.

"Kenapa tidak bertemu Nadia saja sih!" keluh Yona yang mencari alasan untuk bisa menemui Nino.

"Kenapa, kamu cemburu sama Nadia?" tanya Regan menggoda.

"Aku, cemburu?" tanya Yona, menelan salivanya.

Terlintas satu ide dalam benak Yona. "Ya sudah, kita ke mall. Aku mau menagih janjimu," ucap Yona bersemangat.

Di sampingnya, Regan hanya menghendikkan bahunya, tidak peduli apa yang akan di lakukan Yona.

Mereka berdua berjalan beriringan sesampainya di mall. Regan membututi Yona yang sedari tadi hanya mondar-mandir tidak jelas ke mana arah dan tujuannya.

Kemana si Nino, katanya dia menungguku di sini, batin Yona melihat kesekeliling tempat tongkrongan yang dulu sering menjadi langganannya dan Nino.

"Yona!"

Regan dan Yona menoleh, Nino melambaikan tangannya ke arah Yona.

"Aku kira kamu tidak akan datang," ucap Nino memeluk Yona, membuat Regan mengepalkan tangannya.

Siapa lelaki itu hingga beranj memeluk calon tunangannya.

"Jangan memeluknya sembarangan!" ucap Regan dengan nada penuh peringatan.

Nino melepas kacamatanya, dia memicingkan mata menatap Regan.

"Dia pengawalmu di sini?" tanya Nino menunjuk Regan dengan jari telunjuknya.

Yona menatap Regan yang kini tengah menahan amarah, dia tertawa ketika Nino menyebut Regan pengawalnya.

Rupanya tidak sia-sia Yona mengajak Regan bertemu Nino, dengan begitu Yona bisa melampiaskan kekesalannua dua hari yang lalu kepada Regan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top