Part 5

Semua orang sekarang berkumpul diruang keluarga karena cuaca diluar sedang buruk, hujan tiba tiba mengguyur kota Bandung. Terpaksa mereka harus merapikan semua peralatan barbeque agar tidak basah terkena air hujan.

Yona sedang berdiri sambil menggigil kedinginan karena dia hanya memakai dress selutus tanpa lengan.

"Yona," panggil Regan membuat Yona menoleh.

Regan mengalungkan cardigan miliknya di pundak Yona.

"Terimakasih," jawabnya kikuk.

"Lain kali jangan pakai pakaian minim bahan, cuaca sedang tidak stabil," omel Regan pada Yona.

Melihat tubuh Yona yang basah kuyup, Sisil berinisiatif meminjamkan bajunya kepada Yona.

"Yona mari aku pinjami bajuku, ku pikir tubuh kita sama hanya kamu agak lebih tinggi dariku," kata Sisil pada Yona, Yona mengangguk dan berjalan mengikuti Sisil.

Regan dan yang lain sedang duduk menikmati teh hangat yang disiapkan Melodi dan Viona.

"Nadia, kepulanganmu membuat kita bahagia," kata Racka pada Nadia.

"Iya, kamu tidak pernah ingat punya teman di sini," ujar Nata mengimbuhi.

Nadia terkekeh. "Aku akan menetap di sini, mengurus butik Mama," jawabnya.

Mereka tertawa, saling bercerita pengalaman apa saja yang telah Nadia lewati selama mengejar mimpinya di Perancis.

"Nadia, mau main piano?" tanya Viona, rindu akan permainan piano sahabatnya.

"Akan lebih baik jika Vio dan Nadia kolaborasi piano, disini kan ada dua piano," usul Rehan.

"Tidak, Baby Zio dan Baby Valerie mungkin sudah bangun," kata Vio menolak, karena sekarang adalah jamnya Baby Zio dan Valerie bangun tidur.

"Kalau begitu Sisil saja," usul Regan menimpali.

"No nooo, Queenayna dan Varo akan ngamuk jika aku tidak menjemputnya," jawab Sisil berjalan bersama Yona ke arah mereka. Yaps, Nayna sekarang sudah kelas 1 SD dan Varo sudah kelas 4.

"Oke, biar aku sendiri," jawab Nadia bangkit menuju meja piano.

Jenuh aku mendengar
Manisnya kata cinta
Lebih baik sendiri

Bukannya sekali
Seringku mencoba
Namun kugagal lagi

Mungkin nasib ini
Suratan tanganku
Harus tabah menjalani

Jauh sudah melangkah
Menyusuri hidupku
Yang penuh tanda tanya

Kadang hati bimbang
Menentukan sikapku
Tiada tempat mengadu

Hanya iman di dada
Yang membuatku mampu
Slalu tabah menjalani

Malam malam aku sendiri
Tanpa cintamu lagi
Hanya satu keyakinanku
Bintang kan bersinar
Menerpa hidupku
Bahagia kan datang

Lagu Bintang Kehidupan karya Nike Ardilla melantun memenuhi ruang tengah rumah keluarga Corlyn. Semua orang menatap kagum pada Nadia, tak terkecuali juga Regan, hingga membuat Yona sebal setengah mati.

Yona merasakan ada pecahan kaca menyelinap masuk ke dalam dadanya. Menatap lelaki itu memuja wanita lain membuat hati Yona terasa sakit.

'Aku rasa aku tidak kalah cantik dari Nadia,' batin Yona.

Mungkin Yona harus mengambil les privat piano. Mengharapkan dia ditatap Regan dengan memuja seperti itu.

Lihat bagaimana cara lelaki itu menatap wanita lain tepat di samping Yona. Rasanya Yona ingin menghancurkan piano itu saat ini.

Kini suasana benar-benar terasa berubah.

Suara dehaman Yona membuat Regan menoleh, dress santai berlengan panjang dengan leher menutup penuh tidak mengurangi pesona seorang Yona.

"Aku izin pulang," pamit Yona kepada Regan.

Regan menaikkan satu alisnya penasaran, memikirkan apa yang telah terjadi hingga membuat wanita humble itu ingin pulang. Padahal sejak tadi wanita itu terlihat menikmati kebersamaannya dengan teman-teman Regan.

Ataukah Regan membuat kesalahan?

"Aku antar, kamu datang kan sama aku," kata Regan dijawab gelengan kepala dari Yona.

Yona meminta paperbag kepada Sisil untuk membawa pulang bajunya yang basah. Setelah berpamitan dengan mereka semua, Yona langsung pergi begitu saja meninggalkan Regan di sana.

"Yona ada urusan?" tanya Racka penasaran.

"Mungkin," jawab Regan menghendikkan bahunya, menatap punggung Yona yang semakin menjauh.

"Kenapa enggak kamu antarkan saja bodoh," ucap Rehan menimpali.

"Dia ada urusan Bro, ya kali aku maksa nganterin."

Regab menatap ponsel miliknya, berpikir haruskah dirinya menghubungi Yona terlebih dahulu? Tapi bagaimana jika wanita itu justru marah-marah tidak jelas seperti biasanya? Aishhh dijodohkan dengan wanita seperti itu membuat hidup Regan terasa jungkir balik.

Di sisi waktu tertawa, di waktu yang lainnya tiba-tiba menjadi cuek dan bermuka masam. Wanita memang sulit ditebak.

"Dia calon tunanganmu?" tanya seseorang membuat Regan menoleh.

Nadia berjalan ke arah Revan, membawa dua cangkir coklat hangat. Dia menyodorkan coklat itu kepada Regan. Regan menerimanya dan mengucapkan terimakasih.

"Hm iya, sekaligus dia mahasiswi kampusku," jawab Regan sambil mencicipi coklat hangat yang Nadia bawa.

"Kenapa tidak dikejar?" tanya Nadia sambil menatap Regan dan tersenyum.

Regan hanya diam tak tau harus menjawab apa.

"Kamu mencintainya?" tanya Nadia membuat Regan tersedak.

"Tidak," jawabnya segera menepis pertanyaan dari Nadia yang menurut Regan hanya lelucon saja.

Nadia tersenyum, sangat lembut, senyuman itu khas dirinya.

"Aku melihat cinta lagi di matamu, untuk dia, Yona AW," katanya membuat mata Regan terbelalak, yang benar saja.

"Udah jujur aja, aku lihat kok cara perhatianmu pada dia," lanjut Nadia membuat Regan berpikir sejenak.

Meskipun Regan menyanggahnya seribu kali, dorongan untuk memperhatikan Yona jauh lebih kuat. Dengan spontan, Regan selalu memperhatikan wanita itu dari hal terkecil.

Mengapa Regan baru sadar setelah apa yang diucapkan Nadia, seharusnya dia sebagai lelaki lebih memahami Yona yang terbiasa hidup dengan kebebasan. Wanita yang biasa hidup di dunia luar, tapi tiba-tiba dijodohkan dengan lelaki yang sangat kaku seperti dirinya.

"Tunggu apa lagi, temui dia sebelum ada yang mengambilnya darimu," ucap Nadia.

Tidak lagi untuk kali ini, batin Regan menjawabnya.

Regan mengangguk dan berlari menuju mobilnya untuk mencari Yona. Regan harus menemukan Yona, meminta kesempatan kepada dirinya.

Seluruh teman-temannya menatap Regan dengan penuh tanya. Melihat lelaki itu tiba-tiba berlari keluar membuat semua orang di sana menggelengkan kepalanya.

"Dasar keras kepala?" ucap Nata mencibir sahabatnya.

Yona berjalan menyusuri komplek perumahan keluarga Corlyn. Dia harus melewati komplek itu lebih dahulu untuk mendapatkan taxi. Karena taxi tidak diperbolehkan masuk begitu saja tanpa tujuan yang jelas.

Wanita itu menghentakkan kakinya kesal. Pilihan orang tuanya ternyata salah. Regan bukan lelaki baik, apalagi perhatian kepada wanita.

Dari tatapan mata lelaki itu, Yona seperti tahu jika Regan menyukai Nadia. Dan itu membuat Yona marah dengan dirinya sendiri karena berharap membuka hatinya untuk Regan setelah penghianatan mangan kekasihnya dulu.

Yona berjalan santai, melewati beberapa orang yang kasak-kusuk menatap dirinya.

"Yonaaa," pekik wanita melihat Yona di sana.

"Hei itu Yona."

"Yonaa minta foto dong."

"Yonaa minta tanda tangan."

Mereka langsung mengerubungi Yona, membuat Yona menatap mereka dengan bingung.

Yona merutuki kebodohannya keluar tanpa masker ataupun kacamata. Semua ini karena Regan!

Di belakang mereka, Regan menatap kerumunan itu dengan cemas. Melihat Yona dikerubungi banyak orang membuat Regan berlari menuju Yona.

"Maaf, Yona sedang sibuk ya," ucap Regan masuk kedalam kerumunan itu.

Regan langsung menarik Yona untuk masuk ke dalam mobilnya. Disisi lain Yona menatap lelaki itu dengan tatapan tidak bisa dijelaskan.

Tidak ada sepatah katapun yang terucap, Yona memilih memalingkan wajahnya keluar jendela.

Sepertinya, mereka memang harus menyelesaikan perjodohan ini sebelum mereka lebih sering saling melukai.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top