Part 2
Yona melangkah masuk ke dalam rumah besarnya dengan perasaan jengkel. Perkenalan di kampusnya sangat amat tidak baik, tidak ada yang bisa diajaknya berteman dengan baik. Dia duduk di samping laki-laki cupu memakai kacamata bulat dan besar yang suka sekali mengupil dan mengupil.
Ahhhh seandainya saja dia datang lebih awal, mungkin Yona lebih memilih duduk di kursi paling depan. Di depan meja dosen persis, mencuci mata tentu saja.
"Yona, kamu sudah pulang kok nggak beri salam?" tanya Shinta ketika melihat putrinya pulang dengan wajah kesalnya.
"Yona sebel Mommm, masa Dad menempatkan Yona di kelas reguler sihhhh!" gerutu Yona.
"Aduh Yona, gitu aja kok ribet sih. Itu namanya kamu merakyat, kalau kamu jadi presiden kan bisa terkenal tuh kayak Jokowi," jelas mommy Yona membuat Yona menganga lebar.
Bagaimana mungkin dia disandingkan dengan presiden? Ckck, mommynya terlalu halusinasi di siang bolong rupanya.
"Emang Yona punya impian gitu jadi Presiden???? Ogahhh!" jawab Yona melangkah pergi menuju kamarnya. Meninggalkan Shinta yang hanya mendengus karena selalu saja setiap ucapannya akan dijawab lagi oleh putrinya, sangat berbeda sekali sifatnya dengan Marva, anak pertamanya.
Yona melempar tas selempangnya di atas kasur, melempar high heels asal-asalan dan yang terakhir melempar tubuhnya keatas ranjang super besarnya.
"Astagaaaa, ini kamar apa kandang kuda sih?!" cibir Shinta memasuki kamar Yona.
Shinta melupakan sesuatu, maka dari itu dia segera menyusul Yona kekamar untuk memberitahu anak itu sesuatu.
"Mommm, kebiasaan deh kalau masuk enggak pernah ketuk pintu," dengus Yona sebal.
"Mom hanya memberitahu, nanti malam kita akan makan malam dengan teman Dad waktu kuliah dulu," jelas Shinta.
"Yona nggak ikut deh Mom, Yona capek banget. Sumpahhh," ucap Yona dengan memohon, memasang wajah melasnya.
"Tidak bisa Yona sayanggg, ini itu pentingg. Nanti jam tujuh kamu harus sudah siap, dan berdandanlah yang cantik," kata Shinta dengan menoel dagu Yona, mengedipkan mata genitnya ke arah Yona.
Sepeninggalan Shinta, Yona berfikir keras tentang makan malam yang akan dia hadiri. Apakah itu semacam reuni? Ataukah ....??
.
---- Yona Pov ----
Oh Ya Tuhannnn, kenapa hari ini apes banget. Bagaimana tidak apes, sepulang dari kuliah semua mahasiswa kampus mengerubungi aku, dan kalian tau dosen dingin itu jelas-jelas melihatku tersiksa batin malah dibiarin dan diliatin doang, catat dan digaris bawah ya dibiarin dan diliatin !!!!!
Aku melihat jam yang melingkar ditanganku, sudah setengah enam. Siap-siap dulu deh daripada aku dibunuh Mom karena telat.
Setelah bersiap hampir 40 menit, aku memutuskan untuk segera turun sebelum ada teriakan yang bisa menghancurkan dinding rumah ini.
"Wahhhh anak Mom cantik sekali," puji mommy.
"Baru nyadar nih Mommy kalau punya anak cantik?" jawabku bangga.
"Hei jangan sombong seperti itu, kamu tidak akan secantik itu jika bukan karena gen mommy," ucap Mommy membuatku tak percaya.
"Kayaknya Yona mirip Daddy deh Mom," godaku.
"Ahh mana mungkin, bahkan dulu waktu Mommy umur tiga puluh tahun lebih muda daripada kamu sekarang ini. Dulu semua serba alami, perawatan wajah juga alami," ucap Shinta tak mau kalah.
"Nanti aku bilangin Daddy ya?" ancamku.
"Hahaha kamu ini nggak bisa diajak becanda. Sudah-sudah ayo kita berangkat. Kata Daddy dia sudah perjalanan ke restaurant tempat kita dinner," kata Mommy menarik tanganku.
Sekitar 20 menit perjalanan, kita sudah sampai di restaurant seafood, salah satu tempat makan mewah. Tempatnya juga lumayan besar, ditambah desain interior restoran membuat siapapun menjadi nyaman berlama-lama di sana.
Aku berjalan di samping Mom, sebenarnya aku sudah mulai mendapatkan firasat buruk ketika Mommy memaksaku ikut acara malam ini. Biasanya, Mommy dan Daddy akan pergi sendiri untuk acara-acara non resmi seperti ini.
"Hai Liliii!" teriak Mom, wanita seusia Mom langsung memeluk Mommy erat.
Terlihat sekali jika mereka adalah teman baik di masa lalu. Mungkin aku harus mencari teman baik untuk reuni pula besok ketika aku sudah tua.
"Shintaaaa, wah-wahh Nyonya William sudah lupa denganku nih," kata Tante Lili.
"Kau ini ada-ada saja Li, mana para laki-laki?" tanya Mom.
Para laki-laki? Berapa banyakkah? Ini pesta bujang atau acara reuni?
"Septian dan putraku dalam perjalanan, ini Yona ya?" tanya Tante Lili menatapku, aku tersenyum dan mengangguk.
Tante Lili tersenyum lembut menatapku, beliau bahkan mengelus wajahku.
"Iya, Tante saya Yona," ucapku tersenyum dan mencium punggung tangan Tante Lili.
"Tante sampai pangling, ternyata Yona lebih cantik aslinya ya daripada foto yang terpajang di majalah-majalah itu," kata Tante Lili membuatku tersipu.
Benar kan? Pesonaku bukan hanya untuk para lelaki. Bahkan Tante Lili saja mengakui pesonaku.
"Ah tante bisa aja," jawabku tersenyum malu.
Aku, Mommy dan Tante Lili sedang asyik membicarakan tentang dunia modelingku hingga tiba-tiba satu suara membuat kami terdiam.
"Bunda," panggil seorang lelaki membuat kami semua menengok ke asal suara.
Whatt? Dia dosen ganteng? Kenapa dosenku ada di sini? Apa yang keluarga kami rencanakan?
"Sir Regan??" "Kamu?" pekik kami bersamaan.
"Loh kalian udah saling mengenal?" tanya Tante Lili tak percaya.
"Udah Tan, dia dosen Yona di kampus. Oh ya Tan, Tante tahu putra Tante ini tidak menolongku sama sekali saat semua mahasiswa mengerubungiku tadi di kampus," aduku pada tante Lili.
Tante Lili menyipitkan matanya ke arah Regan, nikmati itu!
"Apa? Tega sekali kamu Re, Ya Allah mimpi apa aku punya anak seperti kamu," kata Tante Lili membuatku ingin tertawa.
Rasakan tuhhh!!!! Bwaahaha ....
"Hei, kalian sudah lama ya. Maaf kami telat," kata Dad dan lelaki paruh baya yang aku yakini adalah Om Septian.
Kami semua duduk melingkar mengikuti bentuk meja makan disini.
"Ayo kita makan saja dulu nanti kita lanjutkan," kata Mom.
Tatapan dingin dari Regan membuatku terpaksa menatapnya kembali tak mau kalah. Hei apa maksud tatapan lelaki itu? Dia akan memakanku bersamaan dengan steak yang tengah dia lahap? Yang benar saja, aku terlalu cantik disandingkan dengan steak itu.
"Gini anak-anak, kami ingin membicarakan janji kami dulu waktu masih kuliah," kata Om Septian membuatku mendongak.
Aku menatap dengan seksama, mencerna apa yang akan para orang tua ini katakan.
"Kami ingin menjodohkan kalian," kata Daddy membuatku terbelalak.
"Uwapaaaa?" teriakku tanpa sadar menyemburkan makananku pada kemeja Regan.
"Upssss maaf," kataku merasa bersalah.
Aku mengambil tissue, membantunya mengelap bekas makananku. Namun dengan kasar dia menepis tanganku.
Regan hanya menghembuskan napas beratnya dan menatapku tajam. Hei aku sudah meminta maaf bukan??
"Yona nggak mau Daddy! Emang ini jamannya Siti Nurbaya apa?" tawabku kesal.
Ayolah, ini era modernisasi, rasanya tidak lucu pernikahan kami dimulai dari perjodohan. Apalagi dengan lelaki sedingin Regan? Lelaki tanpa perasaan akan menjadi suamiku, oh God yang benar saja!
"Tidak ada penolakan sayanggg," kata Tante Lili mengelus rambutku dengan sayang.
Aku dan Regan hanya menghembuskan napas frustasi, kenapa mereka bisa sesuka hati menjodoh-jodohkan anak mereka tanpa konfirmasi terlebih dahulu? Mereka melanggar hak kami sebagai anak untuk memilih pasangan.
"Hustt, bilang sesuatu kek," kataku berbisik padanya.
"Bilang apa?" jawabnya ikut berbisik, napasnya membuatku merinding.
"Ishhhh, nolak kek apa emang situ mau ya nikah sama aku?" kataku menginjak kakinya sebal, bagaimana ada lelaki sebodoh Regan di dunia ini.
"Awwwwww," ringis Regan membuat para orang tua menatap kami.
"Kamu kenapa Nak?" Tanya Tante Lili pada Regan.
"Enggak apa-apa kok Bun, cuma diinjek Semut Gajah aja," katanya sambari melirikku.
Wahhh kurang ajar dosen satu ini, dia menyamakanku dengan semut gajah? atau dia mau mengataiku seperti gajah? kurang langsing apa aku ini? tunggu pembalasan Princess Yona, Regan!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top