Chapter 9

Multimedia sebagai Yuuki Kimisawa (terlihat dewasa karena di cerita ini kimisawa kira-kira umur 23 tahunan)


Ryou berjalan dengan lunglai, kegiatan klub basket yang ia ikuti selesai saat langit sudah berwarna jingga dan burung gagak berbunyi dengan lantangnya. Harusnya tadi ia sudah sampai di rumah pada pukul empat jika teman klubnya tidak menyeretnya untuk latihan. Iya. Niatnya tadi saat jam pelajaran terakhir, Ryou berniat untuk langsung pulang dan bolos ikut latihan basket karena dia sedang malas melakukan hal apapun. Pemuda tampan yang masih berusia empat belas tahun itu kembali menghela napas berat lalu ia tundukkan kepalanya. Dan lagi, sahabat sekaligus tetangganya –Fumio Hideki, tak bisa ia temui saat jam pulang. Jika saat bel pulang berbunyi dan dia menemukan Hide, sudah otomatis sahabatnya itu membantunya untuk melarikan diri dari latihan dengan berbagai alasan tak masuk akal dari otak Hide. Ryou sungguh menyesali, kenapa dirinya selalu tidak sekelas dengan Hide dari mereka lulus SD.

"RYOUU~" –suara teriakan itu, Ryou mengenalinya, iya, dia sahabat sekaligus tetangganya yang tadi ia pikirkan di dalam otaknya.

Sedikit Ryou menyunggingkan senyum setelah mendengar suara sahabatnya itu, ia mendongak dan melihat lurus ke depan, di mana Hide, sahabatnya itu sedang tersenyum lebar ke arahnya dengan sebelah tangan melambai-lambai ke arahnya dan sebelah tangannya lagi –eh? Siapa laki-laki tinggi yang sedang Hide gandeng itu?

Ryou menyerengit heran, pasalnya ia tidak familiar dengan wajah laki-laki yang sedang Hide gandeng tangannya. Baru kali ini Ryou melihatnya.

"Ryou. Kau baru pulang?" ucap Hide, masih dengan senyum lebarnya saat ia sudah berdiri di depan Ryou.

Wajah Ryou datar saat Hide malah tersenyum ke arahnya. Bukan. Ryou bukan sedang memandang datar dan dingin kepada sahabatnya, melainkan laki-laki jangkung melebihi Ryou. Ya. Ryou menatap laki-laki yang tak dikenalnya itu dengan dingin meskipun laki-laki itu tersenyum ke arahnya.

"Hide, siapa dia?" tanpa ragu, Ryou to the point dan menunjuk pemuda itu dengan jari telunjuknya dan bertanya pada Hide.

Hide beralih ikut menatap laki-laki di sampingnya –yang Ryou juga akui, laki-laki itu cukup tampan.

"Oh. Dia Kak Kimisawa."

"Kimisawa? Siapanya kau?" kembali Ryou bertanya, kedua matanya masih menyelidik curiga pada pemuda yang ia kira pasti anak SMA.

"Anaknya temannya ayah. Dia katanya ingin ketemu sama aku –yah, jadi baru sekarang kita ketemu. Ayo Ryou kenalan. Kak Kimisawa, ini sahabatku dari kecil, namanya Satoru Ryouta –panggil saja Ryou, dan Ryou ini –"

Hide menghentikan acara pengenalannya saat ia melihat Ryou memandang tak bersahabat pada Kimisawa.

"Ryou, matamu itu seakan kau sedang memandang penjahat ke kak Kimisawa."

"Senyumnya mencurigakan." Ucap Ryou dengan kedua matanya tak berhenti memandang curiga orang asing di depannya itu.

"Astaga –Ryou! Kak, maafin Ryou ya? Dia memang sulit kalau baru mengenal orang baru."

Pemuda jangkung bernama kimisawa itupun hanya mengangguk dan membalas ucapan Hide dengan senyum manis, "Tidak apa. Memang remaja seumuran kalian kadang seperti itu."

Hide hanya mengangguk sopan saat Kimisaawa mengacak lembut rambut Hide.

Lalu Kimisawa beralih memandang Ryou dan mengulurkan tangan kanannya ke depan wajah Ryou, "Aku Yuuki Kimisawa. Senang berkenalan denganmu, Ryou."

Sejenak, Ryou tampak ragu untuk membalas menjabat tangan sosok jangkung yang ada di depannya itu, tapi saat kedua matanya berpapasan dengan kedua mata bulat milik Hide, Ryou mendapat tatapan mengerikan dari sahabatnya itu. Maka dengan terpaksa Ryou membalas jabat tangan dari Kimisawa, "Hm. Aku juga, Kimisawa."

"Kau harus memanggilnya, 'kakak', Ryou. Kak Kimisawa itu mau jadi mahasiswa lhoh. Dia mau kuliah di Amerika katanya. Hebat ya?"

Kimisawa hanya terkekeh mendengar penuturan polos dari Hide. Menurutnya, Hide tidak seperti kebanyakan bocah berumur empat belas tahun lainnya, Hide sangat kekanakan, lincah dan hyperactive sehingga saat pertama kali Kimisawa bertemu, ia tak henti-hentinya untuk menyunggingkan senyum dan terkadang mengacak rambut Hide karena gemas akan polahnya.

Sementara itu, saat Hide dan Kimisawa sedang saling melempar senyum di hadapannya, Ryou kembali menatap curiga dengan pemuda bernama Kimisawa itu. Ia yakin akan perasaannya, bahwa sosok Kimisawa itu tak sebaik dengan apa yang di tampilkannya di luar.

.

.

.

Tapi nyatanya, Ryou tak juga sampai di rumahnya. Setelah ia diperkenalkan Hide dengan pemuda yang diketahui anak teman ayahnya Hide yang bernama Kimisawa, Hide menyeret Ryou –sekaligus Kimisawa ke kedai es krim langganan Hide –ehm, sebenarnya bisa juga dikatakan langganan Ryou. Karena Hide jika ke kedai es krim itu, selalu mengajaknya.

Dan disinilah Ryou, duduk dengan memasang wajah datar sembari melihat Hide yang sedang semangat-semangatnya memilih es krim yang ia ingin kan di meja pemesanan. Dan yang paling Ryou sebalkan –ia lalu melirik pemuda bernama Kimisawa yang sedang memainkan ponsel yang keliatannya mahal itu –Ryou harus duduk berjejer dengannya dan tanpa adanya Hide sebagai penengah.

"Aku tahu, kau tidak menyukaiku, Satoru Ryouta."

Ryou menegakkan duduknya, lalu kepalanya ia tolehkan ke arah pemuda yang lebih tua darinya itu, "Memang."

"Kenapa?"

"Wajahmu menyiratkan bahwa kau bukan orang yang baik."

Kimisawa menaikkan sebelah alisnya, "Benarkah? Tapi sepertinya bukan itu yang kau maksud."

"Diamlah –"

"Kau menyukai Hide, bukan?"

Ryou mendengus dengan nada mengejek, ia menyeringai, "Tch! Hide itu sahabatku, asal kau tahu saja."

"Tapi matamu menatap Hide lain dari tatapan seorang sahabat –kau cemuru padaku?"

Entah kenapa, tiba-tiba bibir Ryou terasa kaku utuk meyagkal ucapa Kimisawa yang menurutnya tidak benar itu.

Kimisawa menyeringai, sementara jedua mata hitam kelamnya mengawasi Hide, takut-takut ia berlari ke arah sii karena sudah selesai memesan es krim nya. "Dengar Ryouta, Aku pasti akan mendapatkan Hide. Dia akan jatuh ke tanganku."

"A-Apa?!"

"Sejak pertama aku melihat wajahnya pada foto keluarga Fumio yang entah bagaimana ada di ruangan kerja ayahku, aku sudah jatuh suka padanya, so.." Kimisawa menggantung kalimatnya, lalu mengedikkan kedua bahunya, "...jika kau menyukainya, itu tandanya kita harus bersaing."

Ryou terkekeh geli, membuat Kimisawa menaikkan sebelah alisnya, "Tapi maaf tuan Kimisawa, Hide bukanlah Gay."

"Aku tak peduli, sumbangan ayahku pada perusahaan milik keluarga Fumio telah banyak tersalurkan. Mereka takkan menolakku hanya karena Hide bukanlah seorang Gay." –dan senyum ramah yang sejak tadi Ryou lihat saat perkenalan, hilang sudah dan tergantikan dengan seringaian iblis yang menakutkan.

Ryou membelalakkan kedua matanya. Satu fakta yang belum pernah Ryou ketahui, ternyata keluarga Kimisawa bukanlah orang biasa yang ada di kehidupan keluarga milik Hide.

Dan Ryou takkan pernah salah dengan perasaannya sejak tadi yang mencurigai Kimisawa. Ternyata benar, Kimisawa bukanlah pemuda baik-baik, semua senyum yang ia sunggingkan adalah palsu.

.

.

.

Ryou mengacak-acak rambutnya frustasi kala ia ingat kejadian empat tahun silam saat dirinya baru mengenal Kimisawa dan mendapat ancaman darinya. Dan entah kenapa, dirinya yang dulu yakin tak mencintai Hide, sekarang terjebak dengan perasaan cinta yang menggebu-nggebu pada pemuda manis yang nyatanya sejak dulu adalah sahabatnya.

Tapi besyukurlah Ryou, karena sejak ancaman yang dilayangkan Kimisawa, ia tak lagi melihat batang hidungnya, kata Hide, Kimisawa sudah pergi ke Amerika untuk melanjutkan kuliahnya. Dan ia sampai sekarang tak pernah menceritakan ancaman Kimisawa kepada Hide.

Ia cukup senang, karena saat dirinya telah merasakan cinta pada sahabatnya, Kimisawa tak ada. Ia bebas berdekatan dengan Hide meski ia sering merasa sakit di fisik atau hati akibat penolakan Hide. Bahkan ia tak memikirkan kejadian kemarin akan muncul.

Kimisawa telah kembali...

Dan parahnya lagi, ia menjemput Hide di sekolah yang membuat ratusan siswa di sekolahnya menatapnya kagum karena perlakuan Kimisawa kemarin kepada Hide sangatlah romantis.

Menghela napas berat, Ryou berdiri dan keluar dari rumahnya dan langsung disambut kesunyian yang ada di ruang makan. Tidak seperti keluarganya Hide, keluarga Ryou pagi-pagi sekali sudah pergi tanpa berpamitan padanya. Bahkan kadang ayah dan ibunya tak pulang berminggu-minggu lamanya karena sebuah pekerjaan. Maka tak heran jika Ryou sering makan di rumah keluarga Fumio dari dulu hingga sekarang dan bahkan keluarga itu sudah menganggapnya seperti anaknya sendiri.

Oh –Ryou baru ingat. Jika dulu perusahaan ayahnya Hide –yang terbilang kecil –membutuhkan bantuan, kenapa tidak meminta pada orang tuanya? Toh keluarganya dengan keluarga Hide sudah sangat akrab. Kenapa malah mencari bantuan ke orang lain?

"Ini membuatku merasa pusing." Ryou memijat pelipisnya dengan kepala tertunduk. Lalu tanpa membuang waktu, ia keluar dari rumahnya dan pergi ke rumah Hide –tentu saja untuk sarapan bukankah sudah biasa Ryou melakukan hal itu setiap pagi di rumah sahabatnya yang ia cintai itu?

"Ngapain dia pagi-pagi sudah ada disini?" Ryou mengernyit tak suka saat ia keluar dari halaman rumahnya, langsung menemukan mobil sport mewah berwarna merah mengkilat terparkir manis tepat di depan pintu gerbang rumah keluarga Fumio.

Ryou melihat mobil itu kemarin di sekolah.

"Kimisawa..." desisnya dengan penuh amarah. Ia kembali langkahkan kak panjangnya untuk menuju dalam rumah Hide.

Tanpa mengetuk pintu, Ryou membuka pintu depan rumah Hide yang tak terkunci dan segera masuk ke dalam –tentu saja saat ia masuk, ia langsung mendengar derai tawa dari keluarga Hide dan di tambah –Ryou sangat membencinya –si Kimisawa itu. Saat Ryou sampai di ruang makan, Kimisawa sudah duduk di meja makan, dan ia menempati kursinya yang biasa ia duduki jika Ryou makan di rumah Hide.

"Oh! Ryou –kun! Ayo mari sini, bibi sudah buatkan roti bakar isi tuna dan susu."

Lamunan Ryou hilang saat mendengar suara keibuan dan ramah dari ibu keluarga Fumio itu.

Ryou tersenyum, lalu berjalan mendekati wanita paruh baya itu yang sedang membawa nampan berisi menu sarapan untuknya.

Ryou mengambil nampan itu engan pelan, lalu menunduk sedikit. "Terimakasih bibi."

"Kau ini apa-apaan sih? Ini kan sudah sering bibi lakukan dari dulu untukmu. Duduk ayo –"

Ucapan wanita usia matang itu terhenti saat semua tempat duduk itu penuh, dan ia baru menyadari bahwa tempat yang biasanya Ryou duduki telah di tempati oleh Kimisawa. " –Eh? Tempat dudukmu sudah ditempati Kimisawa-san kau duduk di kursi bibi saja ya? Dia itu Yuuki Kimisawa, kau ingat kan? Sekarang dia sudah lulus kuliah di Amerika dan bekerja di perusahaan terkenal disana."

Ryou tidak sepenuhnya mendengar ucapan ibunya Hide itu, Ryou juga tak segera menuruti perintah ibunya Hide untuk duduk di kursinya, ia malah menatap tak uka pada Kimisawa yang juga ternyata tengah balik menatapnya.

"Biar saya yang pindah saja, nyonya Fumio, agar Ryou-san bisa duduk disini."

Itu suara sok ramah dari Kimisawa. Ryou tahu, senyum ramah itu juga palsu. Tch! Ia sudah tahu kebusukan orang itu sebenarnya. Tunggu sampai ia mempunyai bukti kebusukan Kimisawa, ia akan segera memberitahu ke Hide jika sudah terbukti adanya.

"Tidak perlu." Ryou yang tadi berniat akan duduk di kursi yang biasa ia tempati terhenti, saat Hide bersuara dan memegang lengan Kimisawa yang akan berdiri, jadilah Kimisawa kembali duduk akibat tahanan dari Hide.

"Kak Kimisawa duduk disini saja, biar Ryou sarapan di ruang tengah." Ucap Hide yang memang menempati kursi di sebelah Kimisawa.

Ryou tak bisa membaca ekspresi Hide saat ini. Ia mengucapkannya dengan wajah yang tak bisa terbaca.

"Hmm... baiklah." Dan Ryou ingin membanting nampan yang ia pegang saat Kimisawa kembali duduk. Dan demi puluhan coklat valentinnya kemarin! Ryou sempat melihat Kimisawa menyeringai saat melihatnya lewat ujung matanya.

SIALAN!

"Kak Ryou, kau boleh menempati kursiku." Adik perempuan Hide –Iva tiba-tiba bersuara dan memandang penuh kepeduliaan pada Ryou. Yah, mungkin dari sekian orang disini, yang mengerti perasaannya saat ini hanya Iva.

"Tidak perlu, Iva." Lalu Ryou memandang tak suka pada Kimisawa, "...biar aku makan di ruang tengah." Ucapnya dingin lalu ia berjalan dengan membawa nampannya ke ruang tengah.

.

.

.

Ryou menatap tak suka saat ia melihat mobil sport merah yang sangat ia kenali melintasi bus yang sedang ia tumpangi menuju sekolahnya.

Benar sekali, tadi, sehabis sarapan, Kimisawa mengajak Hide untuk berangkat bersama mewnggunakan mobil mewahnya.

Ryou yang melihat hal itu hanya mendecih dan lebih memperhatikan Iva yang berangkat bersama temannya menggunakan sepeda.

Ryou ingin sekali menguliti Kimisawa yang seperti menganggapnya tak ada padahal jelas-jelas ia sedang berdiri di belakang Hide.

"Ayolah Hide, aku kesini pagi-pagi kan berniat mengantarkanmu ke sekolah."

Hide saat itu terlihat bingung dan menggigit bibir bawahnya. Lalu Hide berbalik dan melihat Ryou yang berdiri bosan di belakangnya dan beberapa detik kemudian, ia kembali menghadap Kimisawa dan mengangguk menyetujui ajakannya.

Kimisawa tersenyum senang, lalu ia melirik Ryou yang balik meliriknya, "...tapi maaf Ryou-san, mobilku adalah jenis mobil yang hanya bisa memuat dua orang jadi –"

" –siapa juga yang mau ikut denganmu? Aku bisa berangkat sendiri."

Ryou segera memotong ucapan sok halus dari Kimisawa.

Dasar wajah palsu! Bermuka dua! Rutuk Ryou dalam hati dengan masih memandang mobil mewah yang di tumpangi Kimisawa dan Hide yang sekarang berada di depan bus yang ia naiki.

Dia juga ingin memaki Hide karena seakan-akan, Hide juga ikut tak memedulikannya semenjak kemunculan Kimisawa kemarin. Mungkin dengan kemunculan Kimisawa, Hide merasa bebas dari gangguannya. Padahal Kimisawa itu lebih berbahaya darinya!

"Dasar Hide bodoh!" umpatnya. Dan tak terasa, bus sudah berhenti tepat di halte depan sekolahnya. Segera saja Ryou turun dan sudah menemukan Hide yang sedang melambaikan tangannya ke arah mobil mewah Kimisawa yang melaju meninggalkan Hide.

"HIDE!" Ryou berteriak memanggilnya, membuat puluhan siswa yang sedang berjalan menolehnya termasuk Hide. Tapi apa yang ia dapat? Hide malah langsung memalingkan wajahnya dan membenarkan letak ranselnya lalu ia pergi masuk ke dalam gedung sekolah tanpa menunggu Ryou yang sedang berjalan menghampirinya.

Ryou mengepalkan kedua tangannya kesal, ia berlari untuk menyusul Hide. Dan saat ia sudah memotong jarak antara dirinya dengan Hide, Ryou segera menangkap pergelangan tangan Hide dengan cukup kuat Hingga Hide berbalik.

"Le-lepaskan! Ryou! Kau apa-apaan sih?"

"Kau yang apa-apaan? Kenapa kau bersikap seperti tadi, huh? Aku memanggilmu tahu!"

"Aku tahu. Ryou! Bisa lepaskan tanganku?"

Ryou menyerah, ia lepaskan tangan Hide dan kembali memandangnya, "Hide, dengarkan aku –"

" –aku tak mau mendengar apapun darimu."

Sekuat tenaga, Ryou menahan emosinya agar tak meledak-ledak karena ucapan dingin dari Hide.

"Terserah! Aku hanya ingin bilang, Kimisawa itu bukan orang baik-baik. Jadi kau jangan terlalu dekat dengannya."

Hide tertawa kecil dengan nada mencela, "Apa? Jika Kak Kimisawa orang yang berbahaya, kau apa? Setiap harinya aku kadang ketakutan jikalau kau tiba-tiba menyerangku dan menahanku dibawahmu."

Ryou tak mampu membalas ucapan Hide, ia hanya mengraskan rahangnya dan memandang dingin pada pemuda manis yang sangat ia cintai.

" –Jadi tuan Satoru Ryouta, jika kau ingin menuduh orang," ucapan Hide terhenti, ia menyeringai sinis ke Ryou dan meletakkan jarinya ke samping pelipisnya, "...pikirkanlah terlebih dulu, karena kau juga tak lebih buruk."

Dan Hide pergi meninggalkan Ryou yang berdiri mematung di koridor kelas dengan wajahnya yang tampa ekspresi.

"Hide, aku akan melindungimu..." lirihnya. Terdapat nada tulus di ucapannya yang lirih. Namun ucapan itu tak dapat di dengar oleh Hide.

TBC

A/N : Halo? Hai? Apa kabar? Hahaha lama ya aku gak publish cerita ini? Hihihi... maaf, bukannya udah males sama cerita ini, tapi yah gitu, ide tau-tau ilang dan harus mikir ini itu dulu buat bikin plot baru hahaha *dor

Semoga readers pada gak lupa ya sama cerita ini (berdoa) oh iya, karena ini masih bulan syawal, jadi saya mau mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri, 1436H. Mohon maaf lahir batin. Maaf ya karena update nya sering ngaret haha...

Akhir kata, beri vote dan komentar pada part ini sebagai dukungan buat author ^^ oke? Budayakan Voment

Arigatchu~ :*


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top